Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Mengapa Keluarga Glazer Dibenci Fans United ?


Jakarta – Sepakbola sudah menjadi bisnis dan industri besar yang melibatkan asset Milyaran dollar dan menghasilkan profit yang sangat besar. Bila klub klub kecil/lokal saja sudah mempunyai nilai jutaan dollar maka dapat dibayangkan berapa nilai dari klub klub besar seperti Real Madrid, Bayern Munchen, Manchester City, PSG atau Juventus. Nilai mereka jelas puluhan bahkan ratusan kali lebih besar ditambah lagi mereka sudah berstatus Go Public atau menjual sahamnya di Bursa.

Maka tidaklah heran bila para Investor kelas kakap mulai melirik dan berminat untuk memiliki saham sebuah klub besar karena mengincar keuntungan besar dari kepemilikan saham sebuah klub sepakbola yang merupakan olahraga terpopuler sejagad. Trend dimulai dari akuisisi Klub sepakbola Inggris, Chelsea oleh milyuner Rusia Roman Abramovich yang dianggap sebagai akuisisi tersukses dalam bisnis persepakbolaan lalu diikuti oleh banyak investor besar yang berbondong berinvestasi pada sebuah klub sepakbola. Salah satunya keluarga Glazer, pebisnis dari Amerika Serikat yang memiliki saham terbesar Manchester United.

Namun sejak awal Keluarga Glazer mengambil alih MU para pendukung garis keras Manchester United sudah menyatakan ketidaksukaannya. Itu ditunjukkan dengan protes yang selalu dilakukan setiap MU melakukan pertandingan pertandingan kandang di Old Trafford. Selalu ada saja fans MU yang membentangkan spanduk berisikan kecaman dan ucapan agar Keluarga Glazer hengkang dari MU. Mereka menganggap keluarga Glazer tidak memperdulikan kemajuan MU sebagai sebuah klub sepakbola namun hanya menganggap MU sebagai mesin pencetak keuntungan bagi bisnis mereka.

Berbeda dengan Abramovich yang dengan passionnya yang tinggi terhadap sepakbola rela merugi dalam urusan transfer pemain namun terbukti membawa Chelsea yang satu dekade yang lalu hanya sebagai Klub menengah Premiere League saat ini menjadi salah satu klub terkuat di Eropa dengan pemain pemain terbaik dunia di dalamnya. Begitupun dengan Syekh Manshour yang dalam 10 tahun kepemilikannya atas Manchester City berhasil membawa City keluar dari bayang bayang MU menjadi klub terbaik dunia yang sangat disegani. Hal yang sama juga terjadi di Paris St Germain yang menjelma menjadi klub raksasa setelah dibeli oleh Qayar Sport Investment.

Sementara Manchester United yang begitu berjaya di akhir 90an hingga awal tahun 2000an justru semakin terpuruk setelah dimiliki oleh Avram dan Joel Glazer.Mereka dianggap tidak peduli dan tidak mengerti akan dunia sepakbola. Hanya berhitung atas keuntungan transfer pemain dan pemasukan dari sponsor atau penjualan merchandise klub serta share dari siaran televisi saja. Penjualan Christiano Ronaldo menjadi salah satu bukti manuver bisnis mereka dan semakin terbukti setelah Sir Alex pensiun melatih MU. Tidak ada lagi scout talent yang menjadi kekuatan Sir Alex yang berhasil menemukan Ruud Van Nistelroy,  Ronaldo dan Wayne Rooney. Semua transfer pemain murni didasarkan nilai jual dari pemain tersebut.

Puncak dari kebencian fans MU terhadap Keluarga Glazer terjadi saat MU akan memulai pertandingan menjamu Liverpool di Old Trafford 2 Mei 2021 yang lalu. Ratusan supporter MU memaksa masuk ke tengah lapangan bahkan melakukan perusakan fasilitas stadion sebagai bentuk protes atas keluarga Glazer yang berencana membawa MU menjadi peserta Super League. Semua ketidaksenangan terhadap keluarga Glazer seakan tertumpah hari itu.

Kejadian tersebut membuat pertandingan MU melawan Liverpool tertunda untuk waktu yang belum ditentukan. Bahkan MU terancam sanksi denda atau pengurangan poin dari FA karena hal tersebut. Suatu hal yang sangat disayangkan, namun itulah ekspresi puncak lebencian fans United terhadap keluarga Glazer.