Jakarta – Setelah era Lim Swie King berlalu, tunggal putra bulutangkis dunia didominasi tiga nama pemain yaitu, Icuk Sugiarto dari Indonesia, Morten Frost Hansen dari Denmark dan Yang Yang dari China. Ketiganya saling mengalahkan satu sama lainnya yang membuat persaingan di sektor tunggal putra menjadi dinamis dan ketat serta unik.
Yang Yang, lahir pada 8 Desember 1963 di Nanjing, Jiangsu, China, adalah seorang legenda bulu tangkis yang telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi olahraga tersebut, baik sebagai pemain maupun pelatih.
Yang mulai berlatih bulu tangkis saat berusia 12 tahun, pada 1975. Hanya memerlukan waktu delapan tahun bagi Yang untuk direkrut oleh tim nasional Tiongkok, sebuah prestasi yang mencerminkan bakat dan dedikasinya yang luar biasa.
Pada tahun 1984, Yang meraih gelar juara nasional Tiongkok pertamanya, suatu pencapaian yang menegaskan keahliannya dalam olahraga tersebut. Tahun berikutnya, ia mengukuhkan statusnya sebagai pemain kelas dunia dengan memenangkan Kejuaraan Hong Kong Terbuka, mengalahkan Morten Frost.
Prestasi Yang tidak berhenti di sana. Pada 1986, ia meraih gelar di Kejuaraan Jepang Terbuka dan Hong Kong Terbuka untuk tahun kedua berturut-turut. Tidak hanya itu, Yang juga menjadi kunci sukses China merebut Piala Thomas, kejuaraan beregu dunia putra, dari Indonesia.
Akhir tahun 80-an menjadi masa keemasan Yang, dimana ia mendominasi permainan tunggal internasional. Ia berhasil memenangkan Kejuaraan Dunia atas Morten Frost pada tahun 1987 dan atas Ardy B. Wiranata pada tahun 1989. Pada tahun 1988, ia memenangkan ajang pameran Olimpiade di Seoul, menandai bulu tangkis menjadi olahraga resmi Olimpiade pada pertandingan berikutnya di Barcelona.
Kemenangan demi kemenangan terus diraih Yang, termasuk Kejuaraan All-England pada 1989. Dia membawa China meraih gelar Piala Thomas berturut-turut pada 1986, 1988, dan 1990, semakin mengukuhkan dominasinya dalam olahraga bulu tangkis.
Yang pensiun sebagai pemain pada tahun 1991 dan melanjutkan kariernya sebagai pelatih bulu tangkis di Malaysia. Di bawah kepemimpinannya, tim Malaysia berhasil memenangkan Piala Thomas pertama dalam 25 tahun pada tahun berikutnya. Kemenangan ini juga menjadi momen historis, karena merupakan satu-satunya kesempatan sejak 1967 di mana baik Indonesia maupun China tidak memenangkan piala tersebut.
Pada tahun 2000, Yang kembali ke China dan membuka klub bulu tangkis yang dinamai sesuai namanya sendiri di Nanjing. Klub ini menjadi simbol dedikasi dan cinta Yang terhadap olahraga yang telah membawa namanya ke puncak kejayaan.
(EA/timKB).
Sumber foto: youtube
Berita lainya
Novak Djokovic: Pemegang Rekor Grand Slam Terbanyak
Lucien Laurent: Pencetak Gol Pertama Di Piala Dunia
Ma Long: Sang Diktator Tenis Meja Dunia