Jakarta – Piala Dunia 1990 melahirkan partai ulangan final 1986 antara Argentina vs Jerman yang akhirnya dimenangkan oleh Jerman. Nama Diego Maradona masih menjadi pusat perhatian di ajang itu karena berhasil memimpin Argentina lolos ke dua final Piala Dunia secara beruntun. Namun ada nama seorang pemain senior dari Kamerun yang mencuri panggung di Piala Dunia 1990 dengan aksi aksinya yang tidak hanya menawan namun juga menghibur dan menjadikannya salah satu ikon Piala Dunia hingga saat ini. Dia adalah Roger Milla.
Sebelum tampil di Piala Dunia 1990 hampir tidak ada yang mengenal nama pemain yang saat itu sudah berusia 38 tahun. Namun gol-gol fenomenal dan tariannya di sudut lapangan usai mencetak gol akan selalu menjadi bagian dari sejarah Piala Dunia. Berikut adalah perjalanan dan kisah hidup inspiratif dari bintang sepak bola yang lahir dengan nama lengkap Albert Roger Mooh Miller pada 20 Mei 1952, di Yaounde, Kamerun.
Karier Sepak Bola yang Gemilang
Roger Milla memulai kariernya sebagai pemain sepak bola profesional pada tahun 1970, bergabung dengan tim kampung halamannya, Leopard Douala. Berposisi sebagai striker, ia berhasil mengantarkan tim menjadi juara liga.
Setelah memperkuat Leopard Douala selama lima tahun, ia pindah ke Tonnerre Yaounde, di mana namanya semakin melejit. Pada usia 24 tahun, ia dinobatkan sebagai pemain terbaik Afrika pada tahun 1976.
Karier Eropa Milla dimulai saat bergabung dengan Valenciennes pada tahun 1979, meskipun hanya bertahan semusim. Namun, karier Milla mulai bersinar saat memperkuat AS Monaco, di mana ia berhasil meraih Piala Prancis 1980.
Kemudian, ia pindah ke Bastia dan kembali menjuarai Piala Prancis pada tahun 1981. Menyusul dengan bergabung di Saint Etienne dan Montpellier, Milla menunjukkan bahwa usia tidak menghalangi prestasi, bahkan bermain di Piala UEFA saat usianya 36 tahun.
Rekor Piala Dunia
Milla ikut bertanding di Piala Dunia selama tiga edisi yaitu 1982, 1990, dan 1994. Dia menjadi pemain tertua yang tampil di Piala Dunia dengan usia 42 tahun pada edisi 1994 dan memegang rekor sebagai pencetak gol tertua di Piala Dunia.
Karier di Indonesia
Enam bulan setelah Piala Dunia 1994, Milla melanjutkan kariernya di Liga Indonesia. Ia bergabung dengan Pelita Jaya pada tahun 1995 dan berhasil mencetak 16 gol. Kemudian, ia direkrut oleh Putra Samarinda, sebelum pensiun di usia 47 tahun.
Dedikasi untuk Lingkungan dan Kesehatan
Setelah pensiun, Roger Milla tidak berdiam diri. Ia mendirikan yayasan Heart of Africa pada 2015, berfokus pada program daur ulang plastik menjadi paving block.
Lebih dari itu, ia juga mendirikan yayasan NOMA Found pada 2019 untuk membantu penderita penyakit noma, sebuah penyakit yang merusak jaringan mulut pada anak-anak di Afrika. Bersama pesepak bola lainnya seperti Patrick Mboma dan Samuel Eto’o, yayasan ini berusaha memberikan perubahan nyata.
Roger Milla bukan hanya legenda sepak bola yang berhasil di lapangan, tetapi juga pahlawan bagi banyak orang melalui upaya sosial dan lingkungannya. Karier sepak bolanya yang gemilang diikuti dengan dedikasi yang tulus untuk membantu sesama dan lingkungan menunjukkan bahwa olahraga lebih dari sekedar permainan, tetapi juga sarana untuk memberikan dampak positif bagi banyak orang.
(EA/timKB).
Sumber foto: worldinsport.com
Berita lainya
Zehra Güneş: Si Cantik Bintang Timnas Voli Turki
David Bing: Legenda NBA, Hingga Walikota Detroit
Krisztina Egerszegi: Legenda Renang Hongaria