Kekuatan Uang Dan Politik Di Balik Penunjukkan Tuan Rumah Piala Dunia

Jakarta – Setelah memastikan menggelar Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat dan Piala Dunia 2030 di Eropa, maka proses penawaran menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034  hanya terbuka untuk negara-negara di Asia dan Oseania sebagai bagian dari kebijakan rotasi benua yang dilakukan FIFA, membuat Arab Saudi berada di posisi terdepan sebagai tuan rumah Piala Dunia kedua di Timur Tengah setelah Qatar pada 2022. Dikabarkan bahwa Piala Dunia Arab Saudi pada tahun 2034 tidak hanya mungkin, namun pada dasarnya sudah pasti. Uang telah berbicara lagi, dan acara ini akan menghasilkan miliaran uang baru untuk FIFA.

Presiden AFC Sheikh Salman bin Ibrahim Al Khalifa asal Bahrain telah menjanjikan dukungan dari seluruh keluarga sepakbola Asia di belakang Arab Saudi, yang membuat frustrasi para penawar potensial, seperti Australia. Seluruh Afrika juga sudah menyatakan dukungannya untuk tawaran Arab Saudi dan bersama-sama kedua konfederasi tersebut menyumbang 101 suara dari 211 anggota FIFA. FIFA menginginkan Piala Dunia 2034 di Asia atau Oseania setelah baru-baru ini mengonfirmasi bahwa 2030 digelar di Amerika Selatan, Eropa Selatan dan Afrika Utara.

Proses penawaran 2034 dimulai awal bulan ini dan negara-negara hanya memiliki waktu hingga 31 Oktober untuk mengonfirmasi ketertarikan mereka dalam mengajukan proposal penawaran resmi. Selain Australia dan Selandia Baru, yang bersama-sama menjadi tuan rumah Piala Dunia Wanita 2023 yang sukses, ungkapan minat lainnya datang dari negara-negara ASEAN (Filipina, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Brunei), Tiongkok, dan bersama-sama dari Kazakhstan serta Uzbekistan.

Hingga saat ini, Arab Saudi adalah satu-satunya penawar yang telah dikonfirmasi dan kampanye mereka bisa saja tidak tertandingi jika yang lain menganggap ada terlalu banyak dukungan untuk mencoba memenangkannya atau terlalu banyak rintangan yang harus diselesaikan.

(Yp/timKB).

Sumber foto: sindonews.com