Jakarta – Sejak musim 2023 yang lalu, MotoGP mengadakan lomba balap Sprint mendampingi lomba balap utama (main race) di setiap serie yang digelar. Hal itu membuat para rider akan menjalani 44 lomba balap dari 22 seri yang diadakan dalam satu musim.
Sprint yang diberlakukan mulai musim ini memang bikin sebagian besar rider senewen karena format pekan balap juga ikut berubah. Menurut mereka, format baru ini membuat mereka harus ngotot mulai sesi latihan pertama pada Jumat, sehingga risiko kecelakaan dan cedera makin tinggi.
Sepanjang 2023, ada 358 kecelakaan di kelas para raja yang dialami 29 rider. Selain itu, terhitung 14 dari 22 pembalap reguler mengalami cedera parah akibat kecelakaan hebat. Tak hanya itu, dari 20 seri yang digelar, MotoGP tak pernah diikuti formasi lengkap akibat banyak rider yang absen.
Beberapa pembalap melayangkan protes kepada FIM dan Dorna untuk menghapus atau mengurangi Sprint pada 2024. Namun, pihak MotoGP justru menyatakan bahwa 22 seri, yang berarti ada 22 balapan Grand Prix dan 22 Sprint, bukan jumlah yang terlalu banyak. Dorna selalu aktif berdiskusi dengan para rider, terutama soal cara meminimalisasi risiko kecelakaan. Menurutnya, solusi jitu tak bisa ditemukan secara instan, apalagi performa motor MotoGP kini semakin mirip satu sama lain. Selain itu, Dorna tampaknya takkan menghapus Sprint dalam waktu dekat, apalagi jumlah penonton MotoGP meningkat sepanjang 2023.
Dua kepentingan yang berlawanan akan menjadi pertentangan sepanjang musim 2024 dan berikutnya mengenai perlu dan tidaknya menggelar Sprint Race. Di satu sisi pihak penyelenggara ngotot tetap menggelar Sprint Race karena mendatangkan keuntungan secara komersial. Namun pihak tim dan pembalap menentang karena akan membuat keselamatan para rider terancam karena terlalu banyak melakukan lomba dalam satu musim.
(bP/timKB).
Sumber foto: detik.com
Berita lainya
Kawhi Leonard Bawa Clipers Kalahkan Nuggets
Romeny Dan Marselino Sulit Tembus Skuad Inti Oxford
Perebutan Tiket Champions Liga Inggris Semakin Sengit