Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Berlian di Dalam Oktagon: Perjalanan Dustin ‘The Diamond’ Poirier Dari Lafayette Ke Puncak MMA Dunia


Jakarta – Dustin Poirier, lahir dari kota Lafayette, Louisiana, mengukir namanya dalam sejarah seni bela diri campuran (MMA) dengan keringat dan darah. Di kota yang dikenal dengan budaya kaya dan pertarungan ayam, Poirier tumbuh dengan nilai-nilainya yang kini tercermin dalam setiap pertarungannya—kegigihan, keberanian, dan integritas.

Memulai Langkah di MMA

Poirier memulai perjalanan MMA-nya pada usia yang sangat muda. Ketertarikannya pada pertarungan dimulai ketika ia masih remaja karena berulang kali terlibat masalah dan perkelahian di jalanan dan tak lama kemudian, ia mulai berlatih secara profesional. Dengan fokus pada peningkatan kemampuan bertarungnya, Poirier membuat debut profesionalnya pada tahun 2009. Keberhasilannya di kancah lokal segera membawanya ke palagan yang lebih besar.

Perjalanan di WEC dan Transisi ke UFC

Pada tahun 2010, Poirier menandatangani kontrak dengan World Extreme Cagefighting (WEC). Tidak lama kemudian bergabung dengan UFC, Poirier telah menunjukkan potensi besar sebagai pejuang ulung. Perpaduan antara tinju yang tajam, jiu-jitsu yang licin, dan daya tahan yang luar biasa menjadikannya bintang yang sedang naik daun.

Membangun Nama di UFC

Dustin Poirier bergabung dengan UFC setelah merger dengan WEC dan segera menjadi nama yang diperhitungkan dalam divisi kelas bulu. Serangkaian kemenangan spektakuler melawan pejuang terkemuka membuatnya naik ke puncak divisi. Namun, Poirier menyadari bahwa untuk benar-benar mengoptimalkan kekuatannya, ia perlu pindah ke divisi kelas ringan.

Menaklukkan Divisi Kelas Ringan

Pada tahun 2015, Poirier mulai bertarung di divisi kelas ringan. Keputusan ini terbukti bijaksana, karena ia menunjukkan peningkatan performa yang signifikan. Dengan kekuatan tambahan dan stamina yang tidak terpengaruh, Poirier mulai merangkai kemenangan yang mengesankan.

Puncak Karier dan Juara Sementara UFC

Karir Poirier mencapai puncaknya ketika ia memenangkan gelar Juara Kelas Ringan UFC Sementara pada tahun 2019. Pertarungan melawan Max Holloway untuk gelar interim adalah pertunjukan kekuatan, ketekunan, dan keahlian. Meskipun kemudian kehilangan pertarungan unifikasi gelar melawan Khabib Nurmagomedov, Poirier tetap menjadi salah satu pejuang terbaik di divisi ini.

Pertarungan Kunci dan Prestasi

Sebagai salah satu petarung paling menarik di UFC, Poirier terkenal dengan pertarungannya yang mendebarkan dan sering kali brutal. Pertarungan melawan pejuang seperti Eddie Alvarez, Justin Gaethje, dan Dan Hooker adalah beberapa pertarungan terbaik dalam sejarah UFC, menunjukkan keberanian dan kemampuan Poirier untuk bertahan dan mengalahkan lawan-lawannya di situasi yang paling menegangkan.

Poirier di Luar Oktagon

Di luar oktagon, Poirier dikenal karena kegiatannya yang filantropis. Dia mendirikan “The Good Fight Foundation” yang memberikan kembali kepada komunitasnya melalui berbagai inisiatif sosial. Sikapnya yang rendah hati dan bermurah hati di luar arena pertarungan telah membuatnya mendapatkan penghargaan dan pengakuan di luar karir pertarungannya.

Status Terkini dan Masa Depan

Pada 1 Agustus 2023, Poirier berada di peringkat #3 dalam peringkat kelas ringan UFC, dan masih menjadi salah satu petarung paling ditakuti dalam divisi ini. Meski sudah tidak memegang sabuk juara, “The Diamond” masih bersinar terang, dengan banyak penggemar dan analis yang percaya bahwa ia memiliki beberapa pertarungan besar di depannya.

Warisan Poirier

Warisan Dustin Poirier tidak hanya diukur melalui sabuk dan penghargaan, tetapi juga melalui perjalanan pribadi dan profesionalnya yang inspiratif. Dari jalan-jalan Lafayette hingga puncak MMA dunia, Poirier telah membuktikan bahwa dengan dedikasi dan kerja keras, batasan dapat diatasi. Ceritanya akan terus menginspirasi generasi atlet masa depan yang ingin mengejar mimpi mereka di panggung dunia

(PR/timKB).

Sumber foto: okezone.com