Déjà vu adalah istilah yang berasal dari bahasa Prancis yang berarti “sudah pernah melihat” Fenomena ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf Prancis bernama Émile Boirac pada akhir abad ke-19. Boirac menggunakan istilah ini untuk menggambarkan perasaan aneh dan misterius ketika seseorang merasa bahwa suatu peristiwa yang sedang dialami sudah pernah terjadi sebelumnya.
Penggunaan istilah ini dalam konteks ilmiah pertama kali diusulkan oleh F.L. Arnaud, seorang ahli saraf, pada pertemuan Societe Medico-Psychologique. Sejak saat itu, déjà vu menjadi topik yang menarik bagi para peneliti di bidang psikologi dan neurologi.
Fenomena ini masih menjadi misteri hingga saat ini, dengan berbagai teori yang mencoba menjelaskan penyebabnya, mulai dari teori pemrosesan ganda hingga teori memori dan neurologis.
Apa Itu Déjà vu?
Deja vu adalah perasaan aneh dan sering kali membingungkan di mana kita merasa telah mengalami situasi yang sama sebelumnya, meskipun kita tahu bahwa ini tidak mungkin terjadi. Fenomena ini sering kali digambarkan sebagai “glitch” kecil di otak, di mana dua aliran pemikiran bertabrakan.
Mengapa Kita Mengalami Déjà vu?
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan mengapa kita mengalami déjà vu:
-
- Teori Pemrosesan Ganda: Menurut teori ini, déjà vu terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara dua jalur pemrosesan di otak. Ketika satu jalur sedikit tertunda, otak kita menganggap situasi tersebut sebagai sesuatu yang sudah pernah dialami.
- Teori Memori: Beberapa peneliti percaya bahwa déjà vu terjadi ketika ada kesamaan antara situasi saat ini dengan pengalaman masa lalu yang tidak kita sadari. Otak kita mengingat pengalaman masa lalu tersebut dan menciptakan perasaan déjà vu.
- Teori Neurologis: Ada juga teori yang menyatakan bahwa déjà vu mungkin terkait dengan aktivitas listrik di otak, mirip dengan yang terjadi pada orang dengan epilepsi lobus temporal.
Jenis Déjà vu
Ada beberapa jenis déjà vu yang telah diidentifikasi oleh para peneliti. Berikut adalah beberapa di antaranya :
-
- Déjà vécu: Perasaan bahwa segala sesuatu yang sedang terjadi saat ini identik dengan apa yang pernah terjadi sebelumnya, termasuk detail dan urutan kejadian.
- Déjà senti: Perasaan bahwa emosi atau sensasi tertentu sudah pernah dirasakan sebelumnya.
- Déjà entendu: Perasaan bahwa suara atau percakapan tertentu sudah pernah didengar sebelumnya.
- Déjà fait: Perasaan bahwa suatu tindakan atau aktivitas sudah pernah dilakukan sebelumnya.
- Déjà pensé: Perasaan bahwa suatu pikiran atau ide sudah pernah dipikirkan sebelumnya.
- Déjà raconté: Perasaan bahwa cerita atau narasi tertentu sudah pernah diceritakan sebelumnya.
- Déjà su: Perasaan bahwa pengetahuan atau informasi tertentu sudah pernah diketahui sebelumnya.
- Déjà trouvé: Perasaan bahwa sesuatu yang ditemukan sudah pernah ditemukan sebelumnya.
- Déjà voulu: Perasaan bahwa keinginan atau harapan tertentu sudah pernah diinginkan sebelumnya.
- Déjà visité: Perasaan bahwa suatu tempat yang baru dikunjungi sudah pernah dikunjungi sebelumnya.
Penyebab Déjà vu
Déjà vu adalah fenomena yang menarik dan kompleks, dan para peneliti telah mengajukan beberapa teori untuk menjelaskan penyebabnya. Berikut adalah beberapa penyebab utama déjà vu:
-
- Teori Slip Perception: Menurut teori ini, déjà vu terjadi ketika kita melihat sesuatu secara sepintas dan otak mulai membentuk memori tentang apa yang kita lihat. Ketika kita melihat pemandangan serupa di lain waktu, otak mengingat memori tersebut dan membuat kita merasa bahwa kita telah melihat hal yang sama sebelumnya.
- Temporal Lobe Seizure: Déjà vu sering dialami oleh orang yang memiliki epilepsi lobus temporal. Sebelum serangan epilepsi, mereka mungkin mengalami sensasi aneh seperti déjà vu, halusinasi, atau rasa takut yang tidak beralasan
- Malfungsi Sirkuit Otak: déjà vu juga dapat disebabkan oleh malfungsi antara sirkuit jangka panjang dan sirkuit jangka pendek dalam otak. Ketika otak mencerna keadaan sekitar, informasi yang didapat bisa langsung ditransfer ke bagian otak yang menampung memori jangka panjang, sehingga menciptakan perasaan déjà vu.
- Stres dan Kelelahan: Faktor-faktor seperti stres, kelelahan, dan kesibukan juga dapat meningkatkan kemungkinan mengalami déjà vu. Orang yang sering bepergian atau sering mengingat mimpi juga cenderung lebih sering mengalami fenomena ini.
Meskipun déjà vu adalah pengalaman yang umum dan biasanya tidak berbahaya, jika terjadi sangat sering atau disertai dengan gejala lain, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional medis.
Siapa Saja yang Mengalami Déjà vu?
Déjà vu adalah pengalaman yang umum dialami oleh banyak orang, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang. Namun, ada beberapa kelompok orang yang mungkin lebih sering mengalami Déjà vu:
-
- Remaja dan Dewasa Muda: Penelitian menunjukkan bahwa déjà vu lebih sering terjadi pada kelompok usia ini.
- Orang dengan Gangguan Neurologis: Individu dengan kondisi seperti epilepsi atau migrain mungkin lebih rentan mengalami déjà vu.
- Orang yang Stres atau Kelelahan: Kondisi mental yang tidak stabil dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya déjà vu.
- Pengguna Obat-obatan Tertentu: Beberapa obat-obatan dapat mempengaruhi fungsi otak dan meningkatkan risiko terjadinya déjà vu.
- Orang dengan Kondisi Medis Tertentu: Beberapa kondisi medis, seperti gangguan tidur atau penyakit jantung, juga dapat dikaitkan dengan pengalaman déjà vu.
Namun, perlu diingat bahwa siapa pun dapat mengalami déjà vu, dan tidak ada kelompok khusus yang sepenuhnya terhindar dari fenomena ini.
Apakah Déjà vu Berbahaya?
Secara umum, déjà vu tidak berbahaya dan merupakan pengalaman yang umum dialami oleh banyak orang. Namun, jika déjà vu terjadi sangat sering atau disertai dengan gejala lain seperti kejang, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional medis.
Kapan Harus ke Dokter untuk Déjà vu?
Deja vu umumnya adalah pengalaman yang normal dan tidak berbahaya. Namun, ada beberapa kondisi di mana Anda perlu mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter:
- Déjà vu yang sangat sering: Jika Anda mengalami déjà vu hampir setiap hari atau dalam situasi yang sama berulang kali, ada baiknya untuk memeriksakan diri.
- Déjà vu disertai gejala lain: Jika déjà vu Anda disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala yang parah, kejang, gangguan penglihatan, atau perubahan perilaku, segera konsultasikan dengan dokter.
- Déjà vu mengganggu aktivitas sehari-hari: Jika déjà vu membuat Anda merasa cemas, takut, atau kesulitan menjalankan aktivitas sehari-hari, jangan ragu untuk mencari bantuan medis.
Mengapa Perlu ke Dokter?
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin melakukan beberapa tes untuk menentukan penyebab dari déjà vu yang Anda alami. Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan déjà vu yang sering atau disertai gejala lain antara lain:
-
- Epilepsi: Beberapa jenis epilepsi dapat menyebabkan aura sebelum kejang, termasuk perasaan déjà vu.
- Tumor otak: Tumor otak di area yang berkaitan dengan memori dapat memicu terjadinya déjà vu.
- Migrain: Beberapa orang dengan migrain mengalami aura sebelum sakit kepala, termasuk perasaan déjà vu.
- Gangguan kecemasan: Kondisi seperti gangguan panik atau gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan déjà vu.
- Penggunaan obat-obatan tertentu: Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan efek samping berupa déjà vu.
Deja vu adalah fenomena menarik yang masih menjadi misteri bagi para ilmuwan. Meskipun ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan penyebabnya, pengalaman ini tetap menjadi salah satu aspek paling membingungkan dari otak manusia
(EA/timKB).
Sumber foto: disway.id
Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda
Berita lainya
Kesehatan Mental Dan Fisik Melalui Praktik Puasa
Manfaat Zazen Untuk Kesehatan Mental Dan Emosional
Menemukan Ketenangan Batin Dengan Shinrin-Yoku