Gangguan makan seringkali dikaitkan dengan citra tubuh yang negatif dan obsesi terhadap berat badan. Namun, ada satu gangguan makan yang mungkin kurang familiar di telinga kita, yaitu pica. Pica adalah kondisi medis di mana seseorang secara terus-menerus mengonsumsi benda-benda yang tidak dapat dimakan. Meskipun sering dianggap sebagai kebiasaan aneh, pica sebenarnya adalah kondisi medis yang serius dan dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental penderitanya.
Apa Itu Gangguan Makan Pica?
Gangguan makan pica adalah kondisi di mana seseorang memiliki keinginan yang kuat untuk mengonsumsi benda-benda yang bukan makanan. Benda-benda tersebut bisa berupa tanah, kapur, rambut, kertas, atau bahkan zat-zat berbahaya lainnya. Kondisi ini seringkali dianggap aneh dan tidak biasa, namun pica adalah gangguan makan yang serius dan membutuhkan penanganan medis.
Jenis Gangguan Makan Pica Berdasarkan Benda yang Dikonsumsi
Meskipun tidak ada klasifikasi resmi yang membagi pica berdasarkan jenis benda yang dikonsumsi, secara umum dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori berikut:
-
- Pica Geofagia: Melibatkan konsumsi tanah atau tanah liat. Ini adalah jenis pica yang paling umum.
- Amylophagia: Kebiasaan makan zat bertepung seperti tepung mentah, kanji, atau pasta.
- Pagophagia: Kecenderungan untuk mengonsumsi es batu atau benda-benda beku lainnya.
- Trichophagia: Kebiasaan mencabut dan memakan rambut sendiri atau orang lain.
- Exophagia: Melibatkan konsumsi benda-benda lain seperti kertas, plastik, atau logam.
Gejala Gangguan Makan Pica
Gejala utama dari pica adalah kebiasaan mengonsumsi benda-benda non-makanan secara teratur. Selain itu, penderita pica juga dapat mengalami masalah kesehatan seperti anemia, gangguan pencernaan, infeksi cacing, dan keracunan timbal
Penyebab Gangguan Makan Pica
Penyebab pasti dari pica belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor yang mungkin berperan meliputi:
-
- Defisiensi nutrisi: Kekurangan zat besi atau seng dapat memicu keinginan untuk mengonsumsi benda-benda non-makanan.
- Kondisi medis: Beberapa kondisi medis seperti anemia, kehamilan, atau gangguan perkembangan dapat meningkatkan risiko terjadinya pica.
- Faktor psikologis: Stres, kecemasan, atau gangguan mental seperti obsesif-kompulsif disorder (OCD) dapat menjadi pemicu pica.
- Lingkungan: Tumbuh dalam lingkungan yang tidak higienis atau kurang perhatian dapat meningkatkan risiko terjadinya pica.
Komplikasi Gangguan Makan Pica
Pica dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan yang serius. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat pica termasuk:
-
- Intestinal obstruction: Jika benda-benda yang dimakan tidak dapat dicerna atau dihilangkan melalui sistem pencernaan, mereka dapat menyumbat usus.
- Perforasi usus: Benda-benda tajam atau keras yang dimakan dapat menembus dinding usus, menyebabkan peritonitis.
- Keracunan logam berat: Jika pica melibatkan konsumsi benda-benda yang mengandung logam berat seperti timbal atau merkuri, hal ini dapat menyebabkan keracunan logam berat.
- Anemia: Jika pica melibatkan konsumsi tanah atau tanah liat, hal ini dapat mengganggu penyerapan zat besi dan menyebabkan anemia.
- Malnutrisi: Pica dapat mengganggu asupan makanan yang sehat dan menyebabkan malnutrisi.
- Masalah gigi dan gusi: Benda-benda yang keras atau tajam yang dimakan dapat merusak gigi dan gusi.
Dampak Psikologis Gangguan Makan Pica
Pica tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga dapat menimbulkan berbagai masalah psikologis. Kondisi ini seringkali terkait dengan gangguan mental lainnya, dan dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan. Beberapa dampak psikologis dari pica antara lain:
-
- Malu dan rendah diri: Orang yang mengalami pica seringkali merasa malu atau rendah diri karena kebiasaan makan yang tidak lazim. Mereka mungkin menghindari interaksi sosial karena takut diejek atau dikucilkan.
- Depresi: Pica dapat menyebabkan depresi karena berbagai alasan, seperti rasa frustrasi akibat tidak dapat mengendalikan keinginan untuk memakan benda-benda yang tidak dapat dimakan, atau karena masalah kesehatan fisik yang timbul akibat pica.
- Ansietas: Kecemasan juga seringkali menjadi akibat dari pica. Kecemasan dapat muncul karena takut akan konsekuensi kesehatan dari kebiasaan tersebut, atau karena tekanan sosial untuk berhenti melakukannya.
- Gangguan obsesif-kompulsif (OCD): Pica seringkali terjadi bersamaan dengan OCD, di mana seseorang mengalami pikiran obsesif yang sulit diabaikan dan tindakan kompulsif untuk meredakan kecemasan.
- Gangguan makan lainnya: Pica dapat menjadi bagian dari spektrum gangguan makan yang lebih luas, seperti anorexia nervosa atau bulimia nervosa.
- Masalah perilaku: Anak-anak dengan pica mungkin mengalami masalah perilaku seperti agresivitas atau menarik diri dari teman sebaya.
Mendiagnosis Gangguan Makan Pica
Mendiagnosis pica biasanya melibatkan kombinasi antara wawancara medis yang mendalam dengan pasien atau orang tua pasien (jika pasien adalah anak-anak), pemeriksaan fisik, dan mungkin beberapa tes tambahan. Dokter akan menanyakan secara detail tentang jenis benda yang dikonsumsi, frekuensi konsumsi, dan durasi kebiasaan tersebut. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari tanda-tanda fisik akibat pica, seperti luka di mulut atau tenggorokan, atau tanda-tanda kekurangan nutrisi.
Beberapa hal yang akan diperhatikan oleh dokter dalam mendiagnosis pica:
-
- Usia: Pica pada anak-anak di bawah 2 tahun seringkali dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal. Namun, jika kebiasaan ini berlanjut setelah usia tersebut, maka perlu diwaspadai.
- Durasi: Seberapa lama kebiasaan mengonsumsi benda-benda non-makanan ini berlangsung.
- Frekuensi: Seberapa sering seseorang melakukan kebiasaan ini.
- Jenis benda yang dikonsumsi: Benda apa saja yang dikonsumsi dan apakah ada pola tertentu.
- Kondisi kesehatan lainnya: Apakah pasien memiliki kondisi kesehatan lain yang mungkin terkait dengan pica, seperti anemia, gangguan perkembangan, atau gangguan mental.
Tes tambahan yang mungkin dilakukan:
-
- Tes darah: Untuk memeriksa kadar zat besi, vitamin, dan mineral dalam darah.
- Tes tinja: Untuk memeriksa adanya parasit atau bakteri.
- Rontgen atau CT scan: Untuk memeriksa apakah ada benda asing yang tertinggal di saluran pencernaan.
Pengobatan Gangguan Makan Pica
Pengobatan pica bertujuan untuk mengatasi penyebab yang mendasarinya dan mengurangi gejala. Beberapa pendekatan pengobatan yang umum dilakukan meliputi:
-
- Terapi perilaku kognitif: Terapi ini membantu penderita mengubah pola pikir dan perilaku yang terkait dengan pica.
- Terapi nutrisi: Penderita akan diberikan suplemen nutrisi untuk mengatasi kekurangan zat besi atau nutrisi lainnya.
- Obat-obatan: Obat-obatan tertentu dapat digunakan untuk mengatasi gejala yang menyertai pica, seperti obat antidepresan atau obat penenang.
- Psikoterapi: Terapi ini membantu penderita mengatasi masalah psikologis yang mendasari pica.
Pentingnya Mencari Bantuan Medis
Jika Anda atau orang yang Anda kenal mengalami gejala pica, segera konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi. Diagnosis dan pengobatan yang tepat dapat membantu mengatasi pica dan mencegah komplikasi yang lebih serius.
Pencegahan Gangguan Makan Pica
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah pica, namun beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko, yaitu:
-
- Perhatikan asupan nutrisi: Pastikan Anda mendapatkan nutrisi yang cukup setiap hari.
- Kelola stres: Cari cara untuk mengelola stres dengan baik, seperti melakukan relaksasi atau yoga.
- Jaga kebersihan lingkungan: Pastikan lingkungan tempat tinggal Anda bersih dan higienis.
- Lingkungan Aman: Simpan benda berbahaya jauh dari jangkauan anak-anak.
- Cari dukungan: Berbicaralah dengan orang terdekat atau profesional kesehatan jika Anda mengalami kesulitan mengatasi masalah emosional.
- Pendidikan: Ajarkan anak tentang makanan sehat dan tidak sehat.
- Perhatikan Tanda Awal: Segera konsultasi ke dokter jika anak sering memasukkan benda aneh ke mulut.
- Kolaborasi dengan Terapis: Terapi perilaku kognitif dapat membantu mengatasi keinginan untuk makan benda aneh.
- Atasi Kondisi Mendasar: Jika pica terkait dengan kondisi medis lain, obati kondisi tersebut.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang gangguan makan pica, diharapkan kita dapat lebih waspada dan memberikan dukungan yang tepat bagi mereka yang mengalaminya. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan gejala pica, segera konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang sesuai. Kesehatan dan kesejahteraan adalah prioritas utama, dan dengan bantuan yang tepat, gangguan ini dapat diatasi.
(EA/timKB).
Sumber foto: mariejavet.com
Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda
Berita lainya
Sindrom Alice in Wonderland: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Memasak Dengan Kesadaran Penuh: Seni Dan Manfaatnya
Berpura-pura Positif: Garis Tipis Antara Harapan Dan Bahaya