Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Edmen Shahbazyan: Apakah Bisa Bangkit Menjadi Juara UFC?


Jakarta – Dunia Mixed Martial Arts (MMA) selalu menjadi panggung bagi petarung-petarung muda berbakat yang berusaha membangun nama mereka di antara para legenda. Salah satu petarung yang namanya sempat mencuri perhatian adalah Edmen Shahbazyan, seorang atlet berbakat yang lahir pada 20 November 1997 di Glendale, California, Amerika Serikat.

Dikenal dengan julukan “The Golden Boy”, Shahbazyan masuk ke dalam UFC sebagai salah satu prospek paling menjanjikan di divisi Middleweight. Dengan teknik striking yang eksplosif dan kemampuan menyelesaikan pertarungan dengan cepat, banyak yang menganggapnya sebagai calon penantang gelar di masa depan.

Tetapi perjalanan menuju puncak bukanlah hal yang mudah, dan Shahbazyan telah merasakan kerasnya persaingan di Ultimate Fighting Championship (UFC).

Dari Glendale ke Dunia MMA

Lahir dan dibesarkan di Glendale, California, Edmen Shahbazyan berasal dari keluarga dengan darah Armenia. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan ketertarikannya pada dunia bela diri. Seperti kebanyakan anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan komunitas Armenia yang besar, ia banyak terinspirasi oleh petarung-petarung asal negaranya, seperti Gegard Mousasi, mantan juara dunia dalam beberapa organisasi MMA besar.

Shahbazyan mulai berlatih tinju dan gulat sejak usia muda, tetapi titik baliknya terjadi ketika ia bergabung dengan Glendale Fighting Club, salah satu gym bela diri paling terkenal di daerahnya. Glendale Fighting Club bukanlah tempat biasa, di sanalah Ronda Rousey, juara wanita pertama UFC, menempa kemampuannya sebelum menjadi ikon olahraga tempur.

Di bawah bimbingan pelatih yang sama yang pernah melatih Rousey, Shahbazyan dengan cepat berkembang menjadi petarung berbakat. Ia mulai berkompetisi di MMA amatir, mengasah kemampuannya sebelum akhirnya melangkah ke panggung profesional.

Perjalanan Awal di Dunia MMA

Pada tahun 2017, Edmen Shahbazyan memulai debut profesionalnya di MMA. Berbekal latihan intensif dan pengalaman di kompetisi amatir, ia langsung menunjukkan kehebatannya dengan meraih kemenangan demi kemenangan dalam waktu singkat.

Yang menarik, mayoritas kemenangannya datang dengan cara knockout di ronde pertama. Dengan gaya bertarung yang agresif dan pukulan yang tajam, ia segera mendapat reputasi sebagai petarung muda yang tidak hanya berbakat, tetapi juga memiliki daya ledak luar biasa.

Setelah mencatat rekor tak terkalahkan di berbagai ajang regional, Shahbazyan mendapat kesempatan besar di Dana White’s Contender Series, sebuah ajang pencarian bakat UFC yang mempertemukan petarung potensial untuk membuktikan bahwa mereka layak mendapatkan kontrak UFC.

Tiket Menuju UFC

Pada 17Juli 2018, Shahbazyan menghadapi Antonio Jones dalam pertarungan yang menentukan masa depannya. Tanpa membuang waktu, ia mencetak kemenangan melalui knockout dalam waktu hanya 40 detik di ronde pertama.

Penampilan luar biasa ini membuat Dana White, presiden UFC, terkesan. Tak butuh waktu lama, Shahbazyan pun resmi mendapatkan kontrak UFC, membawa dirinya ke panggung terbesar dalam dunia MMA.

Dari Bintang Muda ke Ujian Ketahanan Mental

Edmen Shahbazyan melakukan debut resminya di UFC pada 30 November 2018, menghadapi Darren Stewart di ajang The Ultimate Fighter 28 Finale. Pertarungan ini cukup sengit, tetapi Shahbazyan berhasil meraih kemenangan melalui keputusan split.

Setelah debutnya yang sukses, Shahbazyan semakin percaya diri. Ia mencatat tiga kemenangan berturut-turut di UFC, termasuk kemenangan spektakuler melawan Jack Marshman dan Brad Tavares.

Yang paling mencolok adalah pertarungannya di UFC 244 pada 2 November 2019. Dalam duel melawan Brad Tavares, Shahbazyan mencetak KO dengan head kick yang brutal hanya dalam waktu 2 menit 27 detik di ronde pertama.

Kemenangan ini semakin memperkuat reputasinya sebagai petarung muda yang berbahaya di divisi Middleweight. Banyak analis dan penggemar mulai membicarakannya sebagai calon penantang gelar dalam beberapa tahun mendatang.

Ujian Nyata di UFC

Namun, dunia MMA penuh dengan tantangan. Setelah mencatat serangkaian kemenangan dominan, Shahbazyan akhirnya menghadapi ujian besar dalam karirnya.

Pada 1 Agustus 2020, ia dipasangkan melawan Derek Brunson, seorang petarung veteran yang memiliki pengalaman lebih banyak di UFC. Brunson adalah lawan yang sangat kuat, dengan kemampuan grappling yang solid dan ketahanan luar biasa.

Dalam pertarungan tersebut, Shahbazyan kesulitan menghadapi tekanan dari Brunson. Setelah tampil baik di awal, ia akhirnya kehabisan energi dan mengalami kekalahan TKO di ronde ketiga. Setelah kekalahan ini, Shahbazyan mengalami kemunduran performa, kalah dalam beberapa pertarungan berikutnya melawan lawan-lawan tangguh seperti Jack Hermansson dan Nassourdine Imavov.

Banyak yang mulai mempertanyakan apakah ia benar-benar siap untuk bersaing di level tertinggi UFC. Namun, alih-alih menyerah, Shahbazyan justru mengambil langkah penting – ia berlatih lebih keras dan meningkatkan aspek permainannya, terutama dalam grappling dan pertahanan ground.

Gaya Bertarung dan Keunggulan

Sebagai petarung Middleweight, Shahbazyan memiliki gaya bertarung yang sangat agresif dan berbasis pada striking. Berikut adalah beberapa keunggulan yang menjadikannya berbahaya di oktagon:

    1. Striking Mematikan
      Dengan latar belakang tinju dan kickboxing, Shahbazyan memiliki pukulan yang eksplosif dan akurat.
    2. Head Kick yang Tajam
      Kemenangan KO-nya melawan Brad Tavares adalah bukti bahwa tendangan kepalanya bisa mengakhiri pertarungan dalam sekejap.
    3. Mobilitas dan Kecepatan
      Dibandingkan dengan banyak petarung Middleweight lainnya, Shahbazyan memiliki pergerakan yang lebih cepat, memungkinkannya menyerang dan bertahan dengan efisien.
    4. Gulat yang Kuat
      Meski awalnya dikenal sebagai striker, ia telah mengembangkan teknik grappling untuk melengkapi arsenalnya di oktagon.

Akankah “The Golden Boy”,Bangkit Kembali?

Meski mengalami beberapa kemunduran, Shahbazyan masih memiliki peluang besar untuk kembali ke jalur kemenangan. Dengan usia yang masih muda dan banyak pengalaman berharga yang telah ia dapatkan, ia bisa berkembang menjadi petarung yang lebih matang.

Jika ia mampu meningkatkan ketahanan dan mempertajam strategi bertarungnya, bukan tidak mungkin kita akan melihat The Golden Boy bersaing di jajaran elit Middleweight UFC dalam waktu dekat.

Perjalanan Edmen Shahbazyan dari Glendale hingga UFC adalah kisah penuh tantangan dan kegigihan. Dengan teknik striking mematikan dan mentalitas pantang menyerah, ia masih memiliki kesempatan untuk mengukir namanya dalam sejarah UFC.

Akankah ia bangkit kembali dan menjadi penantang gelar di Middleweight? Hanya waktu yang bisa menjawab. Yang pasti, The Golden Boy masih belum selesai.

(PR/timKB).

Sumber foto: youtube

Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda