Jakarta – Dalam dunia seni bela diri campuran (MMA), hanya sedikit petarung yang bisa mengukir sejarah dengan prestasi yang begitu gemilang. Henry Cejudo, yang dikenal dengan julukan “The Messenger”, adalah salah satu di antaranya. Dari pegulat kelas dunia hingga menjadi juara dua divisi di UFC, perjalanan Cejudo adalah kisah inspiratif yang membuktikan bahwa dengan kerja keras, disiplin, dan tekad yang kuat, seseorang bisa mencapai puncak kejayaan.
Lahir di Los Angeles, California, pada 9 Februari 1987, Cejudo tumbuh dalam lingkungan yang penuh tantangan. Namun, dengan mentalitas petarung sejati, ia berhasil menembus batasan hidupnya dan mencetak sejarah sebagai juara Olimpiade termuda dalam gulat Amerika Serikat serta pemegang gelar juara UFC di dua divisi berbeda.
Perjuangan Seorang Imigran Muda
Henry Cejudo lahir di Los Angeles, California, dari orang tua imigran Meksiko yang mencari kehidupan yang lebih baik di Amerika Serikat. Ayahnya, yang memiliki masalah hukum dan kecanduan narkoba, sering kali absen dalam kehidupannya. Ibunya, yang harus membesarkan delapan anak seorang diri, bekerja keras demi memenuhi kebutuhan keluarganya.
Masa kecil Cejudo penuh dengan tantangan ekonomi dan sosial. Ia dan saudara-saudaranya sering berpindah-pindah tempat tinggal, bahkan pernah tinggal di rumah tanpa listrik dan air yang memadai. Meski hidup dalam keterbatasan, ibunya selalu menanamkan nilai kerja keras dan ketekunan kepada anak-anaknya.
Kakaknya, Angel Cejudo, adalah orang yang memperkenalkan Henry pada dunia gulat. Sejak kecil, Henry sering melihat Angel bertanding dan berlatih, hingga akhirnya memutuskan untuk mengikuti jejaknya. Berbekal bakat alami, ketekunan, dan mentalitas baja, ia dengan cepat menjadi salah satu pegulat terbaik di sekolahnya.
Dari Kompetisi Sekolah hingga Medali Emas Olimpiade
Cejudo mulai menorehkan prestasi di dunia gulat sejak remaja. Di sekolah menengah, ia memenangkan berbagai kejuaraan tingkat negara bagian, menjadikannya salah satu pegulat muda paling menjanjikan di Amerika Serikat.
Kehebatan Cejudo semakin terlihat ketika ia mulai bertanding di kompetisi nasional dan internasional. Pada usia 17 tahun, ia bergabung dengan Tim Gulat Nasional AS, bersaing di berbagai ajang bergengsi.
Olimpiade 2008: Sejarah Baru untuk Amerika Serikat
Puncak karier gulat Cejudo terjadi pada Olimpiade Beijing 2008, di mana ia memenangkan medali emas dalam cabang gulat gaya bebas kelas 55 kg. Prestasi ini membuatnya menjadi juara Olimpiade termuda dalam sejarah gulat Amerika Serikat, sebuah pencapaian luar biasa bagi seorang atlet yang baru berusia 21 tahun.
Medali Emas Olimpiade Beijing 2008 dengan menjadi juara Olimpiade termuda dalam sejarah AS di cabang gulat.
Setelah meraih medali emas, banyak yang mengira bahwa Cejudo akan melanjutkan kariernya di dunia gulat profesional atau menjadi pelatih. Namun, ia justru mengambil jalan yang berbeda dan beralih ke MMA, sebuah keputusan yang akan mengubah hidupnya selamanya.
Dari Matras Gulat ke Octagon UFC
Pada tahun 2013, Cejudo memutuskan untuk terjun ke dunia MMA, mengikuti jejak beberapa pegulat legendaris lainnya yang sukses di UFC, seperti Daniel Cormier dan Khabib Nurmagomedov.
Meskipun ia memiliki kemampuan gulat kelas dunia, Cejudo harus bekerja keras untuk mengembangkan kemampuan striking-nya. Ia mulai berlatih tinju, Muay Thai, dan jiu-jitsu Brasil untuk menjadi petarung yang lebih seimbang.
Perjalanan Menuju Gelar Juara Flyweight
Pada tahun 2014, setelah mencatatkan beberapa kemenangan impresif di level regional, Cejudo menandatangani kontrak dengan UFC. Ia langsung menarik perhatian karena latar belakangnya sebagai peraih medali emas Olimpiade, sesuatu yang sangat langka di dunia MMA.
Setelah beberapa kemenangan awal, puncak kariernya di divisi Flyweight terjadi pada 4 Agustus 2018, saat ia berhasil mengalahkan Demetrious Johnson—salah satu petarung Flyweight terbaik sepanjang masa—untuk merebut gelar Juara Dunia UFC Flyweight.
Juara UFC Flyweight setelah mengalahkan Demetrious Johnson
Setelah kemenangan tersebut, Cejudo mempertahankan gelarnya melawan TJ Dillashaw, petarung berbakat yang saat itu merupakan Juara UFC Bantamweight.
Mengalahkan TJ Dillashaw dan mempertahankan gelar Flyweight
Setelah sukses di Flyweight, Cejudo naik ke divisi Bantamweight untuk menantang Marlon Moraes dalam perebutan gelar yang ditinggalkan oleh Dillashaw.
Pada 8 Juni 2019, Cejudo mengalahkan Marlon Moraes melalui TKO di ronde ketiga, menjadi Juara UFC Bantamweight dan salah satu dari sedikit petarung yang memegang dua gelar UFC secara bersamaan.
Menjadi Juara Ganda UFC dengan mengalahkan Marlon Moraes
Setelah mempertahankan gelarnya melawan Dominick Cruz pada Mei 2020, Cejudo mengejutkan dunia dengan mengumumkan pensiun dari UFC.
Misi Merebut Kembali Gelar
Setelah dua tahun pensiun, Cejudo kembali ke UFC pada 6 Mei 2023 dalam pertarungan melawan Aljamain Sterling untuk memperebutkan gelar Bantamweight. Meskipun memberikan pertarungan yang ketat, ia kalah melalui keputusan juri.
Namun, Cejudo tidak menyerah dalam misinya untuk merebut kembali gelarnya. Kini, ia berlatih keras dan bertekad untuk kembali ke puncak divisi Bantamweight UFC.
“The Messenger” yang Selalu Mengejar Kejayaan
Dari anak imigran yang hidup dalam keterbatasan hingga juara Olimpiade dan legenda UFC, perjalanan Henry Cejudo adalah bukti nyata bahwa kerja keras dan mentalitas juara dapat mengatasi segala rintangan.
Dengan teknik gulat kelas dunia, kemampuan striking yang berkembang pesat, dan mentalitas pemenang, Cejudo tetap menjadi salah satu petarung paling berbahaya di UFC.
(PR/timKB).
Sumber foto: juara.net
Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda
Berita lainya
Taylor Fritz Singkirkan Adam Walton
Aryna Sabalenka Melaju Ke Perempatfinal Miami Open
Jimmy Butler Bawa Heat Bungkam Warriors