Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Leonardo Perdomo: “El Zambo” Dari Kuba,


Jakarta – Di antara brutalnya pukulan tanpa pelindung dan gemuruh penonton yang memekakkan telinga di ajang Bare Knuckle Fighting Championship (BKFC), berdirilah seorang pria berusia 33 tahun, bertubuh kekar dan sorot mata tajam, Leonardo Perdomo, yang dikenal luas dengan julukan “El Zambo”. Ia bukan sekadar petarung. Ia adalah representasi dari kekuatan mentah, jiwa petarung sejati, dan semangat tak pernah padam dari rakyat Kuba.

Di atas ring, Perdomo tidak tersenyum. Ia tidak bersikap flamboyan. Tapi ketika bel ronde berbunyi, ia berubah menjadi badai, menyerbu lawan dengan kekuatan yang dibentuk oleh tahun-tahun panjang perjuangan hidup, baik di dalam maupun di luar ring.

Tumbuh di Tanah yang Membentuk Petarung

Leonardo lahir dan dibesarkan di sebuah lingkungan sederhana di Kuba, sebuah negara yang secara historis sangat lekat dengan tinju. Di Kuba, tinju adalah tradisi, bukan hanya olahraga. Bagi banyak anak muda, ring adalah jalan keluar dari kemiskinan, dari tekanan sosial, dan dari keterbatasan ekonomi.

Keluarga Perdomo hidup bersahaja. Tak ada banyak fasilitas, tak ada sarung tangan mahal. Tapi Leonardo muda punya dua hal yang jauh lebih berharga: tekad dan semangat juang. Ia mulai menekuni tinju sejak usia remaja, berlatih di gym kecil, seringkali hanya dengan peralatan seadanya.

Pelatihnya dulu pernah berkata, “Dia tidak pernah lelah. Dia datang pertama dan pulang terakhir.” Dari situlah, Leonardo mendapatkan reputasi sebagai anak yang tak pernah menyerah, tak pernah mundur, bahkan saat terjatuh.

Dari Tinju Tradisional Menuju Dunia Baru

Seiring waktu, Perdomo mulai tampil di berbagai turnamen tinju amatir. Ia dikenal sebagai petinju dengan pukulan hook kiri yang keras dan footwork yang disiplin. Tapi ada sesuatu dalam dirinya yang selalu mencari lebih—lebih keras, lebih nyata, dan lebih berbahaya.

Ketika akhirnya mendengar tentang Bare Knuckle Fighting Championship (BKFC), hatinya langsung tertarik. Bagi Leonardo, ini adalah pertarungan sejati. Tak ada sarung tangan, tak ada ruang untuk kesalahan, hanya pria dan tinjunya yang telanjang. Satu pukulan bisa mengubah segalanya.

Setelah pindah dan menetap di luar Kuba, Perdomo memulai petualangan barunya di dunia bare-knuckle. Ia menghadapi tantangan sebagai imigran, perbedaan budaya, dan adaptasi gaya bertarung, tapi seperti biasa, ia tidak mengeluh. Ia bekerja. Diam-diam, keras, dan penuh tujuan.

Lahirnya “El Zambo”

Julukan “El Zambo” bukan sekadar nama panggung. Itu adalah bagian dari identitasnya. Dalam sejarah Latin, “Zambo” merujuk pada keturunan campuran Afrika dan pribumi—simbol perlawanan, keberanian, dan identitas kuat. Leonardo bangga dengan akar budayanya dan membawa nama itu sebagai bentuk penghormatan terhadap nenek moyangnya.

Di atas ring, “El Zambo” tampil seperti prajurit. Ia tidak pernah ragu bertukar pukulan, dan selalu berusaha mengakhiri pertarungan dengan hasil mutlak. Wajahnya tak asing dengan luka, dan tangan kosongnya selalu siap mematahkan mimpi lawan.

Perjalanan di BKFC – Memburu Legenda

Sejak debutnya di BKFC, Leonardo Perdomo langsung menunjukkan bahwa ia bukan sekadar petarung tambahan. Ia datang untuk mengganggu hierarki, dan bahkan mengincar tahta divisi Heavyweight. Ia dikenal dengan gaya bertarung “walk forward,” menekan lawan dari awal, membuat mereka tidak punya waktu untuk bernapas.

Dengan rekor kemenangan KO yang mulai meningkat, Perdomo makin dikenal oleh penggemar sebagai sosok petarung “no-nonsense”—tidak suka bicara panjang, tidak suka gaya, tapi suka membuat lawan tumbang.

Penampilan terbaiknya terjadi dalam pertarungan yang berlangsung hanya dalam hitungan menit, di mana ia mengunci lawan ke sudut, memukul dengan kombinasi kanan-kiri yang brutal, dan memaksa wasit menghentikan laga. Tidak ada yang bisa meragukan lagi: El Zambo adalah kekuatan baru yang tak bisa diabaikan.

Antara Kecepatan dan Kekejaman

Meskipun datang dari latar belakang tinju, Perdomo tidak pernah terjebak dalam gaya konvensional. Ia mengadaptasi tekniknya untuk medan bare-knuckle:

    • Pukulan dengan sudut tajam dan momentum penuh, ideal untuk pertandingan tanpa sarung tangan.
    • Gerakan tubuh yang meminimalkan kerusakan, menjaga dirinya tetap hidup di tengah pertukaran pukulan brutal.
    • Daya tahan luar biasa, mampu menerima serangan dan tetap melanjutkan tekanan.
    • Ketegasan dan fokus penuh, jarang lengah atau terbawa emosi.

Ia tidak bertarung untuk gaya. Ia bertarung untuk menang. Dan setiap kali tangannya terangkat, ia tahu bahwa itu adalah hasil dari kehidupan keras yang ia lalui sejak kecil.

Visi Besar – Bukan Sekadar Petarung

Leonardo Perdomo tidak hanya bertarung untuk dirinya sendiri. Ia bertarung untuk keluarganya, untuk tanah kelahirannya, dan untuk membuktikan bahwa seorang anak Kuba bisa berdiri sejajar dengan nama-nama besar dalam dunia pertarungan paling keras di dunia.

Dengan tekad bulat, ia menargetkan sabuk juara Heavyweight BKFC. Namun lebih dari itu, ia ingin meninggalkan warisan—kisah tentang pria yang datang dari tempat kecil, dengan modal semangat dan keyakinan, lalu menaklukkan panggung dunia.

Tinju Telanjang Tangan, Hati yang Tak Pernah Tumpul

Leonardo Perdomo, dengan tangan kosongnya, telah memukul banyak lawan, tapi yang paling ia pukul keras adalah batas-batas yang coba menghentikannya sejak kecil.

“El Zambo” bukanlah sekadar petarung. Ia adalah cerminan dari generasi petarung sejati: mereka yang tidak pernah mencari alasan, hanya mencari jalan. Dan jalan itu membawanya ke BKFC—tempat di mana hanya yang terkuat yang bertahan.

(PR/timKB).

Sumber foto: swingcompeleto.com

Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda