Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Ketika Lennox Lewis Meredam Badai Mike Tyson


Jakarta – Pada tanggal 8 Juni 2002, dunia tinju menyaksikan sebuah pertarungan yang telah lama dinanti dan penuh gejolak emosi: Lennox Lewis berhadapan dengan Mike Tyson. Pertandingan yang dijuluki “Undisputed” ini tidak hanya memperebutkan gelar juara dunia kelas berat WBC, IBF, dan IBO, tetapi juga mempertaruhkan reputasi dan warisan dua raksasa tinju paling kontroversial di era modern. Lebih dari sekadar duel fisik, ini adalah pertarungan antara keangkuhan yang meledak-ledak dan ketenangan strategis.

Sejak awal, suasana tegang sudah menyelimuti. Konferensi pers yang ricuh pada Januari 2002, di mana Tyson menggigit kaki Lewis dan memicu baku hantam massal, hanya menambah bumbu pada rivalitas yang sudah mendidih. Kejadian itu memaksa lokasi pertarungan dipindahkan dari Nevada ke Memphis, Tennessee, demi alasan keamanan dan ketertiban. Atmosfer di Pyramid Arena, Memphis, malam itu sangat panas, dipenuhi 20.000 penonton yang haus akan drama dan aksi.

Lennox Lewis, juara bertahan yang tangguh dengan rekor 39-2-1, dikenal dengan jab-nya yang presisi, kekuatan pukulan kanan yang menghancurkan, dan kecerdasan strategisnya. Di sisi lain, Mike Tyson (49-3, 2 NC), “Si Manusia Besi” yang ditakuti, datang dengan reputasi sebagai petinju paling agresif dan intimidatif yang pernah ada. Meskipun ada keraguan tentang disiplin dan kebugarannya pasca-penjara, aura menakutkan Tyson masih sangat terasa, dan banyak yang bertaruh pada pukulan eksplosifnya untuk menyelesaikan pertarungan dengan cepat.

Sejak bel pembukaan berbunyi, ketegangan itu nyata. Tyson, seperti yang diperkirakan, langsung menyerbu, berusaha menekan Lewis dengan kombinasi pukulan cepat dan gerakan kepala yang khas. Ia mencoba masuk ke dalam jangkauan Lewis, yang lebih panjang, untuk melancarkan hook mematikan. Namun, Lewis menunjukkan ketenangan yang luar biasa. Ia menggunakan jangkauannya dengan cerdik, menjaga jarak dengan jab-jab keras yang mendarat di wajah Tyson, sekaligus mempersulit Tyson untuk mendekat.

Seiring ronde berjalan, pola pertarungan mulai terbentuk. Lewis, yang lebih tinggi dan berat, secara sistematis mulai mendominasi. Jabnya yang akurat bukan hanya mencetak poin, tetapi juga mengganggu ritme Tyson dan menyebabkan luka di wajahnya. Tyson terus maju, mencoba mencari celah, namun Lewis mampu bergerak keluar dari jangkauan dan membalas dengan pukulan keras. Beberapa kali, Lewis berhasil mengunci Tyson dalam clinching, membuang waktu dan menguras energi “Iron Mike”.

Pada ronde-ronde menengah, dominasi Lewis semakin jelas. Luka di sekitar mata Tyson mulai terbuka lebar, dan ia terlihat semakin frustrasi. Kekuatan Tyson mulai berkurang seiring dengan pukulan-pukulan Lewis yang terus menghantam. Puncaknya datang pada ronde ke-8. Setelah serangkaian pukulan yang mengenai sasaran, sebuah hook kanan keras dari Lewis menghantam kepala Tyson, membuatnya limbung dan jatuh telungkup di kanvas. Wasit Frank Santore Jr. segera menghitung mundur, dan pada hitungan ke-10, Tyson dinyatakan kalah KO.

Kemenangan Lennox Lewis adalah sebuah masterclass tinju. Ia tidak panik menghadapi tekanan awal Tyson, melainkan dengan sabar mengeksekusi rencana pertarungan. Ia menggunakan keunggulan fisiknya, kekuatan jabnya, dan kecerdasannya untuk secara bertahap menguasai pertarungan dan meredam amukan “Iron Mike”. Bagi Lewis, ini adalah puncak kariernya, mengukuhkan posisinya sebagai juara tak terbantahkan dan salah satu petinju kelas berat terbaik sepanjang masa.

Bagi Mike Tyson, kekalahan ini menandai akhir dari era dominasinya di kelas berat. Meskipun ia akan bertarung lagi, aura tak terkalahkan yang pernah melekat padanya telah memudar. Pertarungan ini akan selalu dikenang sebagai momen di mana strategi dan ketenangan seorang juara sejati berhasil menaklukkan badai yang paling ditakuti.

(EA/timKB).

Sumber foto: google

Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda