Jakarta – Tanggal 3 Oktober 2012 terukir sebagai malam yang menandai sebuah transisi penting dalam karier gemilang Cristiano Ronaldo. Kala itu, Real Madrid bertandang ke markas legendaris, Amsterdam Arena, untuk menghadapi Ajax Amsterdam di ajang Liga Champions UEFA. Pertandingan tersebut berakhir dengan kemenangan dominan 4-1 bagi Los Blancos, namun bintang utamanya adalah Ronaldo, yang malam itu berhasil menorehkan tonggak sejarah pribadinya: hat-trick pertamanya di kompetisi paling bergengsi Eropa tersebut. Meskipun pada usia 27 tahun Ronaldo sudah menjadi fenomena global dan pemegang banyak rekor gol, mengejutkan bahwa hat-trick di Liga Champions baru ia raih saat itu. Malam di Amsterdam tersebut lebih dari sekadar statistik; itu adalah deklarasi niatnya untuk mendominasi turnamen yang kemudian begitu identik dengan namanya.
Konteks Pertandingan: Ujian di Grup Maut
Real Madrid datang ke Belanda dalam suasana yang menantang. Mereka tergabung di Grup D, yang dijuluki “Grup Maut,” bersama dengan Manchester City, Borussia Dortmund, dan tuan rumah Ajax. Di bawah asuhan José Mourinho, tim tengah mencari keseimbangan, berusaha menyempurnakan performa mereka setelah baru saja memenangkan gelar La Liga dengan rekor poin. Pertandingan di Amsterdam Arena menjadi ujian krusial bagi Real Madrid, yang harus membuktikan bahwa mereka memiliki ketahanan mental dan ketajaman menyerang untuk menaklukkan Eropa, khususnya menghadapi gaya bermain menyerang dan berani dari Ajax yang mengandalkan talenta muda.
Gol Pembuka: Naluri Oportunis Sebelum Jeda
Di babak pertama, Real Madrid cukup kesulitan untuk menembus pertahanan disiplin yang diterapkan oleh Ajax. Namun, beberapa saat sebelum peluit jeda dibunyikan, peluang emas akhirnya datang. Dan seperti yang sering terjadi dalam momen-momen krusial, Cristiano Ronaldo tampil sebagai pemecah kebuntuan. Berawal dari skema tendangan sudut, Karim Benzema melepaskan tembakan yang diblok, namun bola muntah jatuh tepat ke kaki Ronaldo yang sudah berada di mulut gawang. Tanpa ragu, ia melepaskan tembakan mendatar yang merobek jala gawang Ajax. Gol pada menit ke-42 ini sangat signifikan, bukan hanya karena memberi Madrid keunggulan 1-0 menuju ruang ganti, tetapi juga karena menghilangkan tekanan yang mulai membayangi tim. Gol tersebut merupakan cerminan nyata dari naluri oportunis Ronaldo, sebuah kemampuan poaching yang sering terabaikan di balik keterampilan individualnya yang memukau.
Dominasi Babak Kedua: Kombinasi dan Kekejaman
Babak kedua dibuka dengan cepat oleh gol Karim Benzema yang memperlebar jarak, menunjukkan dominasi Madrid. Meskipun Ajax sempat membalas melalui gol dari Niklas Moisander, Madrid segera merespons tantangan tersebut, dan itu adalah isyarat bagi Ronaldo untuk kembali mengambil alih panggung. Gol kedua Ronaldo hadir pada menit ke-79 dan menjadi ciri khasnya yang berbasis pada kecepatan dan finishing yang mematikan. Berawal dari transisi cepat dan umpan terobosan cerdas dari Kaká, Ronaldo berlari menembus pertahanan Ajax yang tinggi. Dalam situasi satu lawan satu melawan kiper Kenneth Vermeer, ia menunjukkan ketenangan luar biasa, melepaskan tembakan keras kaki kiri yang menembus gawang, mengubah skor menjadi 3-1. Gol ini merupakan bukti efektivitasnya sebagai pemain sayap-striker yang mematikan dalam serangan balik.
Tidak butuh waktu lama bagi Ronaldo untuk menyempurnakan malamnya. Hanya dua menit setelah gol keduanya, tepatnya pada menit ke-81, ia menyelesaikan hat-trick yang tak terlupakan itu dengan gol penutup yang merupakan permata sejati. Setelah menerima bola di luar kotak penalti, Ronaldo melakukan gerakan mengelabui dengan step-over ringan untuk melewati satu bek. Tanpa membuang waktu, ia kemudian melepaskan tembakan tendangan chip indah melewati kepala kiper Vermeer yang maju untuk menutup ruang. Bola melambung tinggi dengan parabola sempurna sebelum jatuh tepat ke dalam jaring. Itu adalah finishing yang berkelas dunia, menunjukkan kepercayaan diri yang membuncah dan keterampilan teknis yang luar biasa. Gol spektakuler ini melengkapi hat-trick perdananya di Liga Champions, sebuah momen yang secara resmi membuka gerbang rekor demi rekornya di kompetisi ini.
Warisan dari Malam Bersejarah
Kemenangan 4-1 Real Madrid atas Ajax pada 3 Oktober 2012, dengan Ronaldo sebagai bintang utama, adalah sinyal kuat bagi seluruh Eropa. Hat-trick ini bukan sekadar tiga gol; ini menandai transisi Ronaldo dari bintang yang hebat menjadi penguasa mutlak Liga Champions. Momen ini memperkuat fondasi era dominasi Madrid di UCL yang puncaknya adalah memenangkan empat gelar dalam lima tahun. Malam itu juga menyoroti mentalitas Ronaldo: haus gol, selalu mencari kesempatan, dan memiliki penyelesaian yang bervariasi—dari tap-in yang oportunis hingga chip artistik yang berkelas. 3 Oktober 2012 di Amsterdam adalah malam ketika Cristiano Ronaldo, sang pemburu gol, akhirnya menembus batas hat-trick di Liga Champions, memulai perjalanan yang tak tertandingi dalam sejarah kompetisi tersebut, di mana ia kemudian akan mencetak total delapan hat-trick UCL, sebuah rekor yang ia pegang bersama Lionel Messi.
(EA/timKB).
Sumber foto: google
Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda
Berita lainya
Allan Simonsen: Pemain Denmark Pemenang Ballon d’Or
Chaos di Las Vegas: Malam Kelam UFC 229
Arie Haan: Pahlawan Sepakbola De Oranje