Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Javier Zanetti: Legenda Inter Milan dan Timnas Argentina


Jakarta – Javier Adelmar Zanetti adalah nama yang tidak dapat dipisahkan dari definisi loyalitas, ketangguhan, dan kepemimpinan dalam dunia sepak bola. Bagi para penggemar Inter Milan, sosoknya yang elegan dan tak kenal lelah di sisi lapangan, mengenakan jersey bernomor punggung 4, telah menjadi simbol keabadian. Lahir di Dock Sud, Buenos Aires, Argentina, pada 10 Agustus 1973, Zanetti bukan hanya seorang pemain, melainkan juga sebuah institusi. Kisah perjalanannya dari seorang anak tukang batu dan pengantar susu hingga menjadi kapten legendaris yang mengangkat trofi Liga Champions UEFA adalah pelajaran tentang dedikasi dan profesionalisme yang tak tertandingi, melampaui statistik gol dan assist.

Masa Kecil dan Awal Karier di Argentina

Zanetti kecil tumbuh di lingkungan kelas pekerja di pinggiran kota Buenos Aires. Semangat kerjanya sudah teruji sejak dini. Untuk membantu perekonomian keluarga, ia sering membantu ayahnya sebagai tukang batu, bahkan bekerja sebagai pengantar susu di pagi hari. Etos kerja keras inilah yang kelak menjadi ciri khas permainannya di lapangan, memberinya julukan ikonik: “Il Capitano” atau “El Pupi” (Si Kecil).

Perjalanan karier sepak bolanya dimulai dari penolakan. Ia sempat ditolak oleh akademi Independiente sebelum akhirnya menandatangani kontrak dengan klub divisi dua Talleres pada tahun 1992. Setelah satu musim yang impresif di sana, Zanetti pindah ke klub Divisi Pertama Banfield pada tahun 1993. Di Banfield, penampilannya sebagai bek sayap kanan yang memiliki daya jelajah tinggi dan kecepatan luar biasa mulai menarik perhatian klub-klub Eropa. Ia hanya membutuhkan dua musim bersama Banfield untuk meyakinkan seorang pencari bakat legendaris Inter Milan, Antonio Valentin Angelillo, bahwa ia adalah talenta yang harus dibawa ke Italia.

Pelopor Era Moratti: 19 Tahun Bersama Nerazzurri

Musim panas tahun 1995 menjadi titik balik bersejarah bagi Zanetti dan Inter Milan. Ia menjadi pembelian pertama dari presiden baru, Massimo Moratti, yang kala itu baru mengambil alih klub. Debu dari Argentina mendarat di Milan, dan Zanetti memulai debutnya pada 27 Agustus 1995 melawan Vicenza. Tak ada yang menduga bahwa langkah awal itu akan berkembang menjadi hubungan selama 19 tahun yang penuh gejolak, penderitaan, dan akhirnya kejayaan.

Zanetti adalah pemain yang luar biasa serbaguna. Meskipun posisi naturalnya adalah bek sayap kanan (full-back), ia juga mahir bermain di sisi kiri, dan bahkan menghabiskan banyak waktu sebagai gelandang bertahan atau gelandang tengah (centrocampista). Keserbagunaan ini, ditambah dengan kondisi fisiknya yang prima, menjadikannya aset tak ternilai bagi setiap pelatih yang datang dan pergi di Inter.

Selama hampir dua dekade, Inter Milan mengalami masa-masa sulit yang sering dijuluki era ‘Pazza Inter’ (Inter Gila) karena pergantian pelatih dan minimnya gelar Serie A. Dalam masa penuh kekacauan ini, Zanetti tetap berdiri tegak sebagai pilar kestabilan. Ia mengambil alih ban kapten pada tahun 2001, setelah pensiunnya Giuseppe Bergomi. Sejak saat itu, ia menjadi wajah dan hati Inter Milan, dihormati oleh rekan setim, penggemar, bahkan lawan, karena integritasnya yang tak tercela.

Puncak Kejayaan: Treble Winner 2010 dan Gelar Utama

Loyalitas dan kesabaran Zanetti akhirnya terbayar lunas. Setelah melalui masa-masa puasa gelar Serie A yang panjang, Zanetti memimpin kebangkitan klub. Di bawah kepemimpinan pelatih José Mourinho, Zanetti mencapai puncak karier klubnya pada musim 2009–2010. Meskipun sudah berusia 36 tahun, ia tampil luar biasa di setiap kompetisi, menunjukkan stamina yang seolah tak lekang oleh waktu. Ia adalah kapten yang mengangkat trofi Serie A, Coppa Italia, dan yang paling prestisius, Liga Champions UEFA, setelah mengalahkan Bayern Munich di final. Pencapaian Treble Winner ini adalah momen yang menyegel statusnya sebagai Kapten Abadi (Capitano Eterno) bagi Nerazzurri.

Secara keseluruhan, Zanetti memenangkan total 16 gelar utama bersama Inter Milan, dengan rincian:

    • Liga Champions UEFA: 1 kali (2009–10)
    • Serie A: 5 kali (2005–06, 2006–07, 2007–08, 2008–09, 2009–10)
    •  Coppa Italia: 4 kali (2005, 2006, 2010, 2011)
    • Supercoppa Italiana (Piala Super Italia): 4 kali (2005, 2006, 2008, 2010)
    • Piala UEFA (sekarang Liga Europa): 1 kali (1997–98)
    • Piala Dunia Antarklub FIFA: 1 kali (2010)

Koleksi gelar ini membuktikan bahwa Zanetti tidak hanya loyal, tetapi juga sangat sukses, khususnya setelah skandal Calciopoli yang mengawali dominasi Inter di Italia.

Rekor dan Warisan “El Pupi”

Zanetti akhirnya memutuskan gantung sepatu pada akhir musim 2013-2014, mengakhiri 19 musim yang luar biasa di San Siro. Selama kariernya, ia mencatatkan 858 penampilan resmi untuk Inter Milan, sebuah rekor klub yang sangat sulit dipecahkan dan menjadikannya salah satu pemain dengan caps terbanyak dalam sejarah sepak bola Eropa. Sebagai penghargaan atas dedikasi tak terbatasnya, Inter Milan secara resmi memensiunkan nomor punggung 4 miliknya.

Di kancah internasional, Zanetti juga memegang rekor sebagai pemain dengan penampilan terbanyak dalam sejarah Tim Nasional Argentina selama bertahun-tahun (sebelum dilewati Lionel Messi), mencatatkan 143 caps. Namun, ia tidak pernah memenangkan gelar utama bersama tim senior Albiceleste.

Namun, di luar lapangan, warisannya melampaui trofi. Zanetti dikenal karena profesionalisme ekstremnya, jarang sekali mendapat kartu kuning atau terlibat dalam drama. Ia mendirikan Fondazione P.U.P.I., sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk membantu anak-anak kurang mampu di Argentina. Setelah pensiun, Zanetti tidak meninggalkan Inter; ia langsung ditunjuk sebagai Wakil Presiden Klub, peran yang masih ia pegang hingga hari ini, memastikan bahwa semangatnya tentang loyalitas, kerja keras, dan integritas tetap hidup di tubuh klub.

Kisah Javier Zanetti adalah ode untuk kesetiaan sejati. Ia adalah pengingat bahwa di era sepak bola modern yang serba cepat dan transaksional, masih ada pemain yang memilih untuk mendefinisikan dirinya dengan satu warna, satu klub, dan satu komitmen yang tak terbagi.

(EA/timKB).

Sumber foto: facebook

Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda