Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Drama “Fan Man” Dalam Laga Holyfield Kontra Riddick Bowe


Jakarta – Tanggal 6 November 1993 terukir sebagai salah satu malam paling dramatis dan aneh dalam sejarah tinju kelas berat. Di Caesars Palace, Las Vegas, Evander “The Real Deal” Holyfield memasuki ring untuk menghadapi Riddick “Big Daddy” Bowe dalam laga rematch yang bertajuk “Repeat or Revenge.” Pertarungan ini bukan hanya tentang perebutan gelar juara dunia WBA dan IBF, tetapi juga tentang pembuktian diri, sebuah misi penebusan bagi Holyfield setelah kekalahan profesional pertamanya setahun sebelumnya.

Latar Belakang: Misi Penebusan Holyfield

Pada duel pertama di tahun 1992, Holyfield telah kehilangan sabuk juara tak terbantahkan (WBA, WBC, IBF) dari Bowe, seorang petinju muda, besar, dan tak terkalahkan. Bowe, dengan berat badan yang jauh lebih besar dan kekuatan pukulan yang superior, mengalahkan Holyfield melalui keputusan mutlak (unanimous decision) dalam pertarungan yang mendebarkan, yang kemudian diakui sebagai Fight of the Year oleh The Ring Magazine.

Setelah kekalahan itu, Holyfield, yang dikenal karena disiplin dan dedikasinya yang luar biasa, melakukan perubahan radikal. Ia berpisah dengan pelatih lamanya dan mulai bekerja dengan Emanuel Steward, seorang ahli taktik legendaris. Holyfield tahu bahwa untuk mengalahkan Bowe, ia tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan. Ia harus lebih cepat, lebih pintar, dan memaksakan kecepatan yang tidak nyaman bagi sang juara yang lebih besar.

Strategi dan Pertarungan di Atas Ring

Dalam pertarungan kedua ini, Lippi datang dengan persiapan matang. Ia memasuki ring dengan berat badan yang lebih ringan (sekitar 217 pon atau 98.4 kg) dibandingkan Bowe (sekitar 246 pon atau 111.6 kg), sebuah keputusan strategis untuk memaksimalkan kecepatan dan daya tahan.

Pertarungan dimulai dengan dominasi Bowe, yang menggunakan ukuran dan jab kuatnya untuk mengambil putaran-putaran awal. Namun, Holyfield, mengikuti instruksi Steward, mulai meningkatkan intensitas. Ia menggunakan kecepatan kaki yang lebih baik dan hook kanan yang tajam untuk mengganggu ritme Bowe.

Pada ronde menengah, Holyfield mulai menunjukkan peningkatan performa signifikan, memenangkan putaran 4, 5, dan 6. Ia secara konsisten berhasil mendaratkan kombinasi pukulan cepat dan bergerak keluar dari jangkauan Bowe sebelum pukulan balik mendarat. Pertarungan berjalan sangat ketat, dengan intensitas yang lebih tinggi daripada pertemuan pertama. Kedua petinju terlibat dalam baku pukul yang brutal di tengah ring, menukarkan pukulan-pukulan kuat.

Insiden Paling Bizarre: “The Fan Man”

Saat pertarungan mencapai puncaknya di ronde ketujuh, sebuah insiden yang tidak pernah terjadi dalam sejarah tinju profesional terjadi.

Tiba-tiba, dari kegelapan di atas arena outdoor Caesars Palace, seorang pria bernama James “Fan Man” Miller, menggunakan paralayang bermotor (motorized paraglider), terbang melayang di atas ring dan menabrak tali ring.

Kekacauan meletus. Miller segera ditarik dari tali ring oleh petugas keamanan dan kru Bowe. Pertarungan harus dihentikan selama 21 menit saat para kru berusaha melepaskan parasut Miller yang tersangkut di lampu ring. Kerumunan penonton, wasit, dan kedua petinju berada dalam kekacauan, dengan beberapa baku hantam terjadi di luar ring.

Catatan: Insiden ini sedemikian unik dan mengganggu sehingga dinobatkan sebagai “Event of the Year” oleh The Ring Magazine pada tahun 1993.

Setelah jeda yang panjang dan luar biasa ini, Holyfield dan Bowe kembali bertarung. Meskipun interupsi tersebut berpotensi mengganggu konsentrasi, Holyfield berhasil mempertahankan fokusnya dan tampil mendominasi di ronde kedelapan, mendaratkan kombinasi pukulan yang membuka luka di wajah Bowe.

Kemenangan dan Warisan Sejarah

Mendekati akhir pertarungan, Bowe, menyadari bahwa ia tertinggal di kartu nilai, berusaha keras untuk melakukan knockout (KO) di putaran-putaran akhir. Namun, Holyfield yang lebih ringan dan cepat berhasil bertahan dan bahkan membalas.

Pertarungan tersebut berjalan penuh 12 ronde. Ketika bel akhir berbunyi, ketegangan menyelimuti arena karena hasil akhir sangat sulit diprediksi.

Keputusan juri diumumkan:

      • Juri Jerry Roth: 115–113 (untuk Holyfield)
      • Juri Patricia Morse Jarman: 115–114 (untuk Holyfield)
      • Juri Chuck Giampa: 114–114 (Seri)

Dengan dua suara mendukung Holyfield dan satu suara seri, Evander Holyfield dinyatakan menang melalui Majority Decision (Keputusan Mayoritas). Ia telah mencapai penebusannya.

Kemenangan ini menjadikan Evander Holyfield orang ketiga dalam sejarah tinju kelas berat—setelah Floyd Patterson dan Muhammad Ali—yang berhasil merebut kembali gelar kelas berat dari lawan yang mengalahkannya. Kemenangan ini memperkuat julukannya sebagai “The Real Deal” dan menggarisbawahi tekadnya yang tak kenal lelah, mengamankan tempatnya dalam sejarah sebagai salah satu petinju yang paling tangguh dan bermental baja di kelas berat.

(EA/timKB).

Sumber foto: youtube

Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda