Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Chaos di Las Vegas: Malam Kelam UFC 229


Jakarta – Tanggal 6 Oktober 2018, T-Mobile Arena di Las Vegas menjadi saksi bisu dari pertarungan yang disebut-sebut sebagai yang terbesar dan paling menghasilkan dalam sejarah Mixed Martial Arts (MMA): UFC 229. Namun, peristiwa malam itu akan selamanya dikenang bukan karena kemegahannya, melainkan karena kekacauan yang terjadi setelahnya, mengubah sorotan kemenangan menjadi skandal memalukan.

Api Dendam yang Membara di Las Vegas

Pertarungan utama ini adalah klimaks dari dendam pribadi yang mendalam antara dua tokoh yang sangat kontras. Di satu sisi, berdiri Khabib “The Eagle” Nurmagomedov, juara Lightweight yang tak terkalahkan, seorang Muslim Dagestan yang dikenal tenang dan menjunjung tinggi kehormatan, yang datang dengan rekor profesional 26-0. Di sisi lain, ada Conor “The Notorious” McGregor, megabintang Irlandia, mantan juara dua divisi, dan ahli provokasi yang kembali dari jeda dua tahun sejak debut tinjunya melawan Floyd Mayweather.

Permusuhan ini dipicu enam bulan sebelumnya, ketika McGregor dan rombongannya menyerang bus yang membawa Khabib dan petarung lain di New York. McGregor melempar kereta dorong ke jendela, melukai beberapa orang—tindakan kriminal yang sangat memicu kemarahan Khabib. Selama masa promosi UFC 229, McGregor terus meningkatkan retorika trash talk-nya ke level yang sangat pribadi, menargetkan keluarga, negara, dan keyakinan agama Khabib, melewati batas yang dianggap suci oleh petarung Rusia itu. Suasana yang tercipta di T-Mobile Arena oleh aura kebencian ini adalah bom waktu yang hanya menunggu letusan.
Analisis Pertarungan: Kekuatan Versus Kegigihan

Saat bel pembuka berbunyi, pertarungan berjalan sesuai dengan alur yang diprediksi oleh banyak pengamat. Khabib dengan dingin dan tanpa ragu menjalankan strategi andalannya, yang berpusat pada gulat (wrestling) dan kontrol di lantai.

Di Ronde Pertama, Khabib berhasil melakukan takedown dan mendominasi McGregor di kanvas, menjebak McGregor dalam posisi yang tidak ia sukai. Meskipun McGregor terkenal dengan striking-nya, Khabib berhasil menetralisirnya dengan kontrol berat di lantai.

Kejutan terbesar datang di Ronde Kedua. Khabib, yang dikenal enggan bertukar pukulan, mengejutkan McGregor dengan pukulan tangan kanan keras (overhand right) yang membuatnya terhuyung dan jatuh. Khabib segera melompat ke posisi dominan dan menghujani McGregor dengan ground-and-pound brutal. Momen ikonik terjadi ketika Khabib berteriak kepada lawannya yang tersudut, “Mari kita bicara sekarang!”—sindiran langsung terhadap semua provokasi yang ia terima. McGregor berhasil selamat dari ronde yang seharusnya menjadi akhir baginya.

Di Ronde Ketiga, McGregor menunjukkan kegigihannya. Pertarungan lebih banyak terjadi dalam posisi berdiri, di mana McGregor berhasil mendaratkan beberapa pukulan telak. Namun, Khabib menunjukkan dagu yang kuat dan berhasil menyerap serangan tersebut, menunjukkan bahwa ia siap bertarung di mana pun.

Ronde Keempat menjadi penentu. Khabib kembali ke keahliannya, melakukan takedown dan mengambil posisi punggung McGregor. Dalam posisi yang tanpa jalan keluar, Khabib mengunci McGregor dengan neck crank (kuncian leher) yang mencekik. Pada menit 3:03, Conor McGregor akhirnya menyerah (tapped out), mengakhiri pertarungan yang didominasi oleh Khabib. Petarung Dagestan itu mempertahankan rekor tak terkalahkannya dan gelar Lightweight-nya.
Momen Kericuhan yang Mengguncang Dunia

Alih-alih merayakan kemenangan bersejarahnya, Khabib Nurmagomedov membiarkan emosi yang terpendam meledak. Hanya beberapa detik setelah wasit Herb Dean menghentikan pertarungan, Khabib tampak marah dan berteriak ke sudut ring McGregor. Kemudian, dalam tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk seorang juara, Khabib melompati pagar oktagon dan menerjang Dillon Danis, rekan tanding dan pelatih McGregor yang berada di luar ring.

Tindakan itu memicu kekacauan gila di dalam dan luar arena. Saat Khabib terlibat dalam perkelahian di luar, situasi di dalam ring juga memburuk. Dua anggota tim Khabib, termasuk petarung UFC Zubaira Tukhugov, menyelinap masuk ke oktagon. Mereka langsung menyerang McGregor yang masih terhuyung di tengah ring. Pemandangan McGregor diserang dari belakang oleh dua orang yang tidak berhak berada di sana menjadi citra paling mengejutkan pada malam itu.

Pihak keamanan berebut untuk mengendalikan situasi, berusaha memisahkan para petarung dan anggota tim yang saling serang. Dana White, Presiden UFC, mengambil keputusan drastis dengan menolak memberikan sabuk kejuaraan kepada Khabib di dalam ring, khawatir pemandangan itu akan memicu kerusuhan yang lebih besar di antara penonton yang marah. Khabib dengan cepat diantar keluar arena di tengah teriakan dan lemparan botol.
Konsekuensi dan Warisan Abadi

Kekacauan di UFC 229 menghasilkan sanksi keras dari otoritas olahraga. Komisi Atletik Negara Bagian Nevada (NSAC) mengadakan penyelidikan penuh dan menjatuhkan hukuman yang signifikan. Khabib Nurmagomedov, sebagai pihak yang memulai kericuhan, dijatuhi skorsing sembilan bulan dan denda besar sebesar $500.000. Sementara itu, Conor McGregor menerima skorsing enam bulan dan denda $50.000 karena keterlibatannya dalam perkelahian di dalam oktagon. Anggota tim Khabib yang menyerang McGregor juga menerima skorsing panjang dan denda yang besar.

UFC 229 pada akhirnya akan selamanya dikenang sebagai momen di mana batas antara promosi yang sensasional dan kekerasan pribadi benar-benar runtuh. Kemenangan dominan Khabib dinodai oleh tindakan di luar ring, sementara kekalahan McGregor diperparah oleh serangan yang ia terima. Pertarungan ini tidak hanya memecahkan rekor pay-per-view tetapi juga memperjelas bahwa dalam dunia MMA, kata-kata yang dilontarkan sebelum pertarungan dapat memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar daripada pukulan yang dilemparkan di dalamnya.

(EA/timKB).

Sumber foto: instagram

Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda