Masa kecil yang menyenangkan dengan aktivitas luar ruangan, akan selalu diingat saat dewasa. Beragam olahraga yang dimainkan, dari yang sifatnya kompetisi hingga yang terkait budaya. Masing-masing daerah di Indonesia memiliki kekhasan dalam hal olahraga. Nilai khas tersebut bisa menjadi aset, tidak hanya budaya tetapi juga pemasukan bagi masing-masing daerah.
Menjaga olahraga tradisional tetap eksis adalah salah satu misi berkelanjutan dalam FORTRADNAS (Festival Olahraga Tradisional Tingkat Nasional) ke-12, di Solo, Jawa Tengah. Kegiatan yang menarik ini telah rampung digelar, dengan dihadiri oleh 19 delegasi provinsi di Indonesia. Provinsi Jawa Tengah menjadi pembuka festival dengan menampilkan permainan Egrang Bathok.
Berbagai olahraga tradisional seperti gobak sodor, egrang, balap bakiak, hingga dagongan ditampilkan oleh para peserta. Dalam pelaksanaan FORTRADNAS ke-12, penyelenggara memberikan batasan durasi waktu untuk kontingen untuk menampilkan olahraga tradisionalnya. Setiap delegasi mendapatkan waktu 13 menit, dengan rincian 3 menit untuk persiapan penampilan dan 10 menit untuk penampilan.
Mengutip kantor berita ANTARA, menurut Deputi 3 Bidang Pembudayaan Olahraga, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Raden Isnanta, “Perhelatan festival kali ini berbeda dengan Pekan Olahraga Tradisional yang mempertandingkan olahraga tradisional sebagai cabang olahraga prestasi.” FORTRADNAS lebih mengutamakan pengenalan olahraga tradisional asli dari berbagai daerah Nusantara. Fokusnya adalah untuk menggali, melestarikan dan mengembangkan permainan olahraga tradisional yang banyak tersebar di tanah air.
FORTRADNAS terakhir dilaksanakan di Jambi pada 2018 lalu, saat pandemi belum melanda dunia. Juaranya adalah kontingen Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan menampilkan olahraga tradisional Obah Owah, yang mengantongi nilai tertinggi 629.62.
Permainan Obah Owah biasanya dimainkan pada bulan purnama. Permainan ini, membutuhkan ketangkasan dan daya tahan fisik yang kuat. Obah Owah menggunakan alat-alat yang ada saat panen padi. Perlengkapannya antara lain orang-orangan sawah (memedi sawah), jerami, untaian padi, hingga alu, dan tenggok tempat padi. Permainan dibagi menjadi dua tim dan dimainkan oleh empat orang. Pada tahap awal, peserta akan berlomba mengambil alu dan sarung dengan berjalan secara duduk, menggunakan tangan. Setelah berhasil mendapatkan alu, tiga pemain berjalan bersama dilingkari sarung.
Selain Obah Owah, olahraga tradisional lainnya adalah Mo Dandta (Gorontalo), Eket Daet (Bengkulu), Cado (Papua), Kacapak Kacabau (Kalimantan Selatan), Terompah Panjang, Gasing, Bakiak, Kereta Sorong, dan Pencak Silat (Bangka Belitung), Sepak Rago Tinggi Kopah (Riau), Merebut Benteng (Maluku Utara), Gala Jamban (DKI Jakarta), Monsitolong (Kalimantan Timur), Silaga Awok (Sulawesi Selatan), Patumbu (Bengkulu), Sepak Rawut (Kalimantan Tengah), Beselang Menanjak Padi (Jambi), Hak Ula Banyu (DIY, Kabupaten Bantul), Roda Toroktok (Jawa Barat), Sipak Tekong (Sumatera Barat), Ma Do De (Sulawesi Selatan), Sapton (Kabupaten Kuningan, Jawa Barat), Lintau Basilek (Kabupaten Tanah Datar), Deduplak (Bali), Batu Dampar (Tanjung Balai, Sumatera Utara), dan Koko-Koko (Sleman, DIY)
Diharapkan dari FORTRADNAS adalah dampak baik yang muncul. Bukan hanya pada aspek fisik tapi juga aspek psikologis dan pembangunan karakter, serta perekonomian dari pariwisata, daerah yang menampilkannya.
(BS/timKB)
Sumber Foto: Kemenpora
Berita lainya
21 Maret 1987: Ruud Gullit Bergabung Dengan AC Milan
Canelo Álvarez: Legenda Tinju Meksiko
Diana Taurasi: “White Mamba” Legenda Bola Basket Wanita