Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Kita Yang Cenderung Bereaksi Terhadap Negatifitas, Yuk Lebih Positif


Kita begitu terbiasa hidup di dunia yang dipenuhi media, kita hampir tidak menyadari betapa banyak kerusakan yang terjadi pada kita setiap hari oleh gambar yang kita lihat dan artikel serta postingan yang kita baca. Jika kita sering cemas atau sulit tidur, atau terkadang ingin menyerah pada masalah, alasannya mungkin karena pengaruh media modern yang tiada henti.

Mungkin kita sering mendengar bahwa dunia ini penuh dengan kabar buruk. Berita buruk tampaknya ada di mana-mana, tetapi itu tidak berarti berita baik tidak ada. Berita buruk sangat cepat menyebar seperti api, tetapi berita baik hanya menjangkau beberapa orang dan kemudian berhenti.

Negativity bias, kecenderungan alami manusia untuk fokus pada sisi buruk daripada kebaikan. Contohnya saat kita menerima pujian. Mungkin seorang teman mengatakan betapa kerennya atau tiba-tiba ada orang asing memuji senyum kita. Bagaimana rasanya? Senang, percaya diri, dan melayang. Selang waktu yang berbeda, mungkin ada seorang teman yang mengatakan betapa egoisnya kita, dan ada orang asing memarahi kita karena mobil kita berjalan lambat. Bagaimana rasanya? Marah dan kesal pastinya.

Sekarang ingatan mana yang membangkitkan lebih banyak emosi? Pasti hal yang menyakitkan, hal tentang kemarahan, bukan pujian. Misalnya kita menerima sepuluh pujian dalam sehari, tetapi hari itu diakhiri dengan satu penghinaan, kita otomatis akan memikirkan satu penghinaan melebihi dari sepuluh pujian.

Jika satu peristiwa memiliki besaran positif yang sama dengan peristiwa lainnya, yang sama negatifnya, kita akan cenderung berfokus pada peristiwa negatif tersebut. Jika dua peristiwa yang sama-sama positif dan negatif meningkat intensitasnya pada tingkat yang sama, kita akan menganggap yang negatif lebih negatif daripada peristiwa positif. Jadi, jika satu orang memberi kita lima pujian dan yang lain memberi lima hinaan, kita akan merasa hinaan itu jauh lebih negatif daripada pujian yang positif.

Kekuatan yang sama faktor positif dan negatif jika digabungkan, cenderung mengambil pandangan yang lebih negatif dalam pikiran, daripada yang positif. Konsep ini lebih berkaitan dengan peristiwa atau kejadian dengan faktor positif dan negatif. Misalnya, jika atasan kita menilai kita dan memberikan dua pujian dan dua ‘bidang yang perlu ditingkatkan’. Kita pasti akan cenderung lebih fokus pada apa yang perlu ditingkatkan daripada pujian positif. Pandangan kita akan mengambil pendekatan yang lebih negatif daripada yang positif, meskipun kedua faktor itu sama.

Foto : Entrepreneur

Cara kita membentuk konsep negatif di otak kita lebih kompleks, daripada cara kita membentuk konsep positif. Kita lebih fokus pada yang negatif karena membutuhkan lebih banyak kekuatan otak untuk terbentuk.

Lalu mengapa kita begitu negatif? Hal tersebut berkaitan dengan kelangsungan hidup. Semua hewan, termasuk manusia memiliki dua penggerak utama, yaitu bertahan hidup dan bereproduksi. Pikiran kita lebih fokus pada rangsangan negatif karena peristiwa negatif dapat mengancam kelangsungan hidup sedangkan peristiwa positif tidak.

Hinaan bisa berarti ancaman bagi hidup kita. Kelangsungan hidup mengalahkan semua naluri lainnya, sehingga penghinaan, stimulus negatif, lebih diperhatikan oleh otak daripada yang positif.

Katakanlah misalnya kita adalah manusia gua, yang belum makan berhari-hari. Dan kita melihat pohon hijau subur dengan buah matang menggantung di atasnya. Akan tetapi ada harimau di sebelah pohon yang melihat kita seperti dia belum makan juga selama berhari-hari.

Pohon dan buahnya yang lezat adalah rangsangan positif, harimau dan rahangnya yang berkilauan adalah rangsangan negatif. Pikiran kita harus memberi lebih banyak perhatian pada rangsangan negatif daripada yang positif, untuk bertahan hidup.

Naluri alami untuk bertahan hidup membuat kita lebih condong ke arah menghindari kerugian daripada keuntungan. Kita lebih suka tidak kehilangan sesuatu yang sudah kita miliki daripada senang mendapatkan sesuatu yang belum kita miliki.

Pikiran kita condong ke perhatian negatif dan diberi pilihan, kita akan selalu memilih untuk meminimalkan kerugian daripada mendapatkan keuntungan. Inilah sebabnya mengapa berita buruk lebih menarik minat kita daripada kabar baik. Mengapa hinaan tetap bersama kita lebih lama daripada pujian.

Berita buruk berbicara tentang negativity bias, secara alami memberikan bobot lebih daripada kabar baik. Dan juga karena kita jauh lebih menghindari kerugian daripada keuntungan, kita lebih suka mendengar hal-hal negatif untuk memastikan kita dapat menghindarinya dan terus bertahan.

Kita bisa lebih waspada dan lebih fokus pada hal positif. Seperti semua bias, ternyata mengetahui kecenderungan manusia untuk hal-hal negatif mungkin hanya menjadi bagian dari untuk menuju pemikiran dan interaksi yang lebih positif. Karena kesulitannya bukanlah kita memiliki pikiran negatif, masalahnya muncul ketika kita percaya bahwa pikiran kita benar.

Setelah menghabiskan sedikit waktu untuk memperhatikan, kita dapat mengambil langkah selanjutnya untuk melatih kembali otak agar lebih bahagia dan lebih positif. Berfokus secara sadar dan mengalami situasi positif secara lebih menyeluruh, sebenarnya membantu membangun struktur saraf baru di otak kita.

Ketika kita mengalami sesuatu yang menyenangkan atau bahagia, berlama-lamalah selama 5 detik atau lebih. Dengan melakukan ini secara berkala, kita akan mengatur ulang otak kita, membuatnya lebih mungkin untuk memperhatikan hal-hal positif di masa depan. Dan saran tambahan, untuk mundur selangkah dan mempertimbangkan pikiran negatif kita. Apakah mereka membantu, apakah mereka benar dan penting?

Bias negatif adalah normal. Tetapi jika kita ingin mengembangkan pandangan yang lebih positif dan melihat sisi baiknya dengan lebih mudah, mulailah dengan sedikit analisis diri, dan kemudian beberapa pelatihan ulang otak secara sadar.

(DK-TimKB)

Sumber Foto : Baptist News Global