Jakarta – Ray Charles Leonard, yang lahir pada 17 Mei 1956, adalah salah satu ikon tinju terbesar yang pernah kenal. Dengan nama panggung Sugar Ray Leonard, ia memberikan definisi baru tentang olahraga ini dan meninggalkan jejak yang tak terhapuskan.
Sebagai anak yang pemalu, Leonard menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di rumah, membaca buku komik dan bermain dengan anjingnya. Namun, semangat petarungnya terbangun saat ia mulai berlatih tinju pada tahun 1969 di Pational Park Recreation Centre, bersama kakaknya, Roger. Dengan bimbingan Dave Jacobs dan Janks Morton, Leonard mengasah keterampilan dan tekniknya, mempersiapkan dirinya untuk karier besar dalam tinju.
Namun, perjalanan Leonard bukanlah tanpa rintangan. Pada tahun 1972, ia menderita kekalahan pertama dalam karier tinjunya saat melawan Jerome Artism di perempat final kelas bulu Turnamen AAU Nasional. Namun, kekalahan ini tidak menurunkan semangatnya. Ia terus berlatih dan bertanding, bahkan berbohong tentang usianya untuk bisa berpartisipasi dalam Uji Coba Olimpiade Timur tahun 1973.
Kemajuan Leonard dalam dunia tinju mulai terlihat jelas ketika ia memenangkan Kejuaraan Ringan Sarung Tangan Emas Nasional pada tahun 1973, dan meraih gelar National Golden Gloves dan National AAU Lightweight Championship pada tahun berikutnya. Prestasinya semakin menanjak pada tahun 1975, dengan kemenangan dalam Kejuaraan Kelas Welter Ringan AAU Nasional dan Pan American Games.
Titik penting dalam karier Leonard adalah ketika ia mewakili Tim Olimpiade AS pada tahun 1976 dalam kategori kelas welter ringan, dan memenangkan Medali Emas Olimpiade. Kemenangan ini menandai dimulainya dominasi Leonard dalam dunia tinju profesional. Dia memenangkan gelar kelas welter Dewan Tinju Dunia pada November 1979 dan, sepanjang dekade berikutnya, berhasil memenangkan hampir semua pertandingan tinju yang dihadapinya.
Setelah pensiun pertama kali pada tahun 1984 untuk belajar administrasi bisnis dan komunikasi, Leonard kembali ke ring pada tahun 1986 untuk melawan Marvin Hagler, Juara Dunia Kelas Menengah dua belas kali. Meskipun kalah, Leonard tidak menyerah dan kembali melakukan comeback di tahun 1988, bertarung melawan Don Lalonde dalam salah satu pertarungan paling kontroversial dalam karirnya.
Leonard pensiun sekali lagi pada tahun 1990, tetapi kembali ke ring untuk terakhir kalinya pada tahun 1997, bertarung melawan Héctor Camacho untuk Kejuaraan Kelas Menengah IBC. Meskipun ia kalah, Leonard mengakhiri kariernya dengan bangga, dengan rekor 36 kemenangan dan hanya 3 kekalahan dan 1 seri.
Setelah pensiun, Leonard dan istrinya, Bernadette, mendirikan Sugar Ray Leonard Foundation untuk mendukung Juvenile Diabetes Research Foundation dan Walk for a Cure tahunannya. Foundation ini juga mendukung program perumahan yang dapat diakses, layanan kesehatan, dan layanan pendidikan dan pelatihan kerja.
Penghargaan Leonard tidak terbatas pada ring tinju. Pada tahun 1981, ia dinobatkan sebagai ‘Fighter of the Year’ untuk kedua kalinya oleh ‘The Ring’ dan ‘The Boxing Writers Association of America’. Majalah ‘Sports Illustrated’ juga menjadikannya ‘Sportsman of the Year’. Leonard juga mendapatkan penghormatan dengan dimasukkan dalam ‘Hall Of Fame Tinju Internasional’ pada tahun 1997.
‘Sugar’ Ray Leonard, dengan karier yang mencakup hampir tiga dekade, telah meninggalkan warisan abadi dalam dunia tinju. Dengan kegigihan, dedikasi, dan keterampilan yang tak tertandingi, Leonard akan selalu diingat sebagai salah satu petarung terbesar dalam sejarah olahraga.
(EA/timKB)
Sumber foto: si.com
Berita lainya
“The Battle of Ages” – Holyfield Bertahan Melawan Foreman
Spinks Vs Holmes 2: Pertandingan Ulang Kontroversial
Javier Sotomayor: Raja Lompat Tinggi Dunia Dari Kuba