Jakarta – Setiap negara memiliki legenda olahraga yang membanggakan, dan bagi Panama, Roberto Durán Samaniego adalah salah satunya. Dengan karier yang mempesona dan kontroversial, Durán menorehkan sejarah sebagai salah satu petinju terbaik abad ke-20. Melalui artikel ini, kita akan menelusuri jejak dan prestasi dari pria yang dikenal dengan julukan “Manos de Piedra” atau “Tangan Batu”.
Roberto Durán lahir pada 16 Juni 1951 di Guararé, Panama. Darah petarungnya tampak sejak muda. Di usia 14 tahun, jalanan Panama City, khususnya distrik Chorillo tempat dia tumbuh besar, menjadi saksi bisu dari berbagai perkelahian yang ia lakukan. Distrik tersebut dikenal keras dan penuh dengan tantangan. Mungkin dari situlah Durán membangun ketangkasan dan keberaniannya.
Pada usia 16 tahun, keberaniannya menarik perhatian mantan juara tinju nasional, Sammy Medina. Medina, yang pernah meraih gelar juara di kelas bantam dan kelas bulu, melihat potensi besar pada Durán. Terkesan dengan kemampuan Durán dalam perkelahian jalanan, Medina mengajaknya untuk berlatih tinju secara profesional.
Durán memulai kariernya sebagai petinju profesional pada usia 18 tahun, yakni pada tahun 1967. Lawannya saat itu adalah seorang veteran tangguh bernama Carlos Mendoza. Meski berstatus sebagai pendatang baru, Durán berhasil memutuskan pertarungan dalam empat pertandingan. Di akhir tahun itu, rekor yang ia miliki adalah 5-0 dengan empat kemenangan melalui KO.
Namun, setiap petinju pasti mengalami kekalahan. Durán merasakannya pada 17 November 1972 saat dikalahkan oleh Esteban De Jesús dalam pertandingan 10 ronde tanpa gelar. Namun, kekalahan tersebut seolah memicu semangat juang Durán. Ia berhasil memenangkan 12 pertandingan kejuaraan kelas ringan berikutnya dari tahun 1973 hingga 1978. Tak hanya itu, ia juga memenangkan seluruh pertarungan non-gelar selama periode tersebut.
Memasuki divisi kelas welter, Durán berhasil mengalahkan Sugar Ray Leonard pada 20 Juni 1980 dan merebut gelar dunia. Namun, dalam pertandingan berikutnya, Leonard berhasil membalasnya dengan kemenangan KO pada ronde kedelapan. Pada pertemuan kedua dengan Leonard, Durán membuat sebuah keputusan yang kontroversial. Di tengah pertandingan, dia menyerah dengan mengatakan “No mas!” atau “Tidak lagi!”. Kontroversi tersebut sempat membuat reputasinya tercoreng.
Walaupun insiden dengan Leonard meredupkan reputasinya, Durán tidak menyerah. Dia kembali ke ring pada musim panas 1981 dan berhasil menjadi juara kelas menengah junior Asosiasi Tinju Dunia pada 1983 serta juara kelas menengah Dewan Tinju Dunia pada 1989. Dedikasinya begitu kuat hingga ia masih aktif bertinju hingga usia 49. Saat pensiun pada 2002, Durán memiliki rekor 103 kemenangan dan 16 kekalahan.
Meski memiliki kontroversi, para pakar tinju sepakat bahwa Durán adalah salah satu petarung terbaik abad ke-20. Julukannya, “Manos de Piedra”, menggambarkan pukulan keras dan pertahanan hebatnya di atas ring. Sebagai pengakuan atas kontribusinya, Durán dilantik ke International Boxing Hall of Fame pada tahun 2007.
Tak hanya di dunia tinju, Durán juga menunjukkan bakatnya dalam dunia hiburan. Ia pernah muncul di film Rocky II tahun 1979 serta serial televisi populer seperti Miami Vice dan CSI: NY. Roberto Durán bukan hanya petinju, tetapi juga simbol keteguhan, dedikasi, dan semangat juang. Meski menghadapi kontroversi, Durán membuktikan bahwa ia layak diakui sebagai salah satu petinju terbaik abad ke-20. Sebuah inspirasi bagi banyak generasi bahwa keberhasilan memerlukan perjuangan, dan Roberto Durán adalah contoh nyatanya.
(EA/timKB).
Sumber foto: espn.com
Berita lainya
Gervonta Davis: Dari Baltimore ke Puncak Dunia Tinju
“The Battle of Ages” – Holyfield Bertahan Melawan Foreman
Spinks Vs Holmes 2: Pertandingan Ulang Kontroversial