Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Memahami Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD): Pengertian, Gejala, Dan Penanganannya


Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD) adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang mungkin tidak asing lagi bagi banyak orang. Meski demikian, pemahaman mendalam mengenai OCD seringkali kurang dipahami, yang bisa menyebabkan miskomunikasi dan stigma.

Pengertian Gangguan Obsesif-Kompulsif

Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD) adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai oleh kehadiran obsesi dan/atau kompulsi.

Obsesi adalah pikiran, gambaran, atau dorongan yang tidak diinginkan dan mengganggu yang muncul berulang-ulang dalam pikiran seseorang. Meski individu tersebut biasanya menyadari bahwa pikiran tersebut bersifat irasional, mereka merasa sulit untuk mengendalikannya.

Kompulsi adalah tindakan berulang-ulang yang dilakukan seseorang untuk meredakan ketegangan atau kecemasan yang ditimbulkan oleh obsesi atau untuk mencegah sesuatu yang buruk terjadi. Namun, tindakan ini sering tidak ada hubungannya dengan bahaya yang sebenarnya mereka takuti.

Obsesi dan kompulsi baru menjadi masalah bila terus muncul dan sudah sampai pada tahap mengganggu kehidupan sehari-hari sehingga disebut obsessive compulsive disorder (OCD). Dalam gangguan OCD, perilaku kompulsif dilakukan untuk meredakan kecemasan yang dipicu obsesi. Perilaku ini bisa berlebihan, menghabiskan waktu, dan bersifat merusak.

Gejala Gangguan Obsesif-Kompulsif

OCD mempengaruhi tiap individu dengan cara yang berbeda, tetapi ada beberapa gejala umum:

Pikiran Obsesif yang Umum: Takut kuman, takut melakukan sesuatu yang salah, kebutuhan untuk memiliki segalanya dalam suatu urutan tertentu, dan pikiran atau gambaran mengenai melakukan sesuatu yang mengerikan.

Tindakan Kompulsif yang Umum: Mencuci tangan berulang kali, memeriksa sesuatu berulang kali (seperti apakah pintu sudah terkunci atau kompor sudah dimatikan), menghitung dalam pola tertentu, atau menyimpan barang-barang yang tidak perlu.

Penyebab Gangguan Obsesif-Kompulsif

Penyebab pasti OCD belum sepenuhnya diketahui. Namun, ada beberapa teori:

Faktor Biologis: Perubahan aktivitas di beberapa bagian otak mungkin berperan.

Genetika: OCD mungkin memiliki komponen keturunan, meski gen spesifik belum diidentifikasi.

Lingkungan: Kejadian traumatis atau stresor mungkin memicu OCD pada orang yang memiliki predisposisi genetik.

Perubahan Kimia Otak: Keseimbangan neurotransmiter, seperti serotonin, mungkin terganggu pada penderita OCD.

Stres: Segala jenis stres termasuk pengangguran, kesulitan dalam menjalin hubungan, masalah di sekolah, penyakit, atau melahirkan dapat menjadi pemicu gejala OCD.

Mendiagnosis Gangguan Obsesif-Kompulsif

Diagnosis OCD biasanya melibatkan:

• Pemeriksaan Medis: Untuk memastikan bahwa gejala tidak disebabkan oleh obat-obatan, obat terlarang, atau kondisi medis lainnya.

• Evaluasi Psikologis: Meliputi diskusi tentang pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang.

• Kriteria Diagnostik dari DSM-5: Dokter atau terapis mungkin akan menggunakan kriteria diagnostik dari “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5)” yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association.

Penting untuk disadari bahwa tidak semua kebiasaan atau perilaku berulang identik dengan kompulsi. Setiap orang pernah berpikir berulang kali atau melakukan pengecekan ulang dari waktu ke waktu. Untuk dapat didiagnosis dengan OCD, pengalaman mereka ditandai dengan:

• Ketidakmampuan untuk mengendalikan pikiran atau perilakunya, meskipun mereka menyadari bahwa hal tersebut berlebihan atau tidak rasional

• Menghabiskan satu jam atau lebih dalam sehari untuk obsesi dan kompulsi ini

• Mengalami kesusahan atau masalah dan gangguan yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari karena pemikiran dan perilaku tersebut

OCD biasanya dimulai sekitar masa remaja akhir/awal dewasa, meskipun anak-anak dan remaja juga bisa terkena. Orang tua dan guru sering kali mengabaikan OCD pada anak kecil dan remaja, karena mereka berupaya keras menyembunyikan gejalanya.

Cara Mengobati dan Mengatasi Gangguan Obsesif-Kompulsif

Meski OCD adalah kondisi yang kronis, ada berbagai cara yang dapat membantu mengelola gejala:

Terapi perilaku kognitif (CBT): Ini adalah pendekatan yang efektif untuk mengobati OCD. Terapi ini membantu penderita mengenali pikiran dan perilaku obsesif-kompulsif dan memberikan strategi untuk menghadapinya. Terapi psikologis juga merupakan pengobatan yang sangat efektif untuk mengurangi frekuensi dan intensitas gejala OCD. Perawatan psikologis yang efektif untuk OCD menekankan perubahan perilaku dan/atau pikiran. Bila perlu, psikoterapi dapat dilakukan sendiri atau dikombinasikan dengan pengobatan. Dua jenis terapi psikologis utama untuk OCD adalah terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi pencegahan paparan dan respons (ERP).

Obat-obatan: Beberapa obat antidepresan, seperti yang bekerja dengan mengubah keseimbangan serotonin dalam otak, telah terbukti efektif dalam mengobati gejala OCD.

Latihan strategi perawatan diri yang baik yang akan membantu Anda mengatasi stress: Stres sering kali dapat memicu gejala OCD, jadi penting untuk mengandalkan metode penanggulangan yang efektif dan sehat. Penelitian menunjukkan bahwa gangguan tidur berhubungan dengan gejala OCD yang lebih parah. Selain tidur, olahraga teratur dan pola makan sehat merupakan pilihan gaya hidup yang bisa Anda lakukan yang akan memudahkan Anda mengelola stres dan kekhawatiran yang menghantui hidup.

Terapi relaksasi: Teknik seperti meditasi dan teknik relaksasi lainnya bisa membantu meredakan stres dan kecemasan yang berhubungan dengan OCD.

Kelompok Dukungan: Berbagi pengalaman dengan orang lain yang memiliki OCD dapat memberikan dukungan dan strategi pengelolaan.

Gangguan Obsesif-Kompulsif adalah kondisi yang serius dan bisa sangat mengganggu. Namun, dengan pengobatan yang tepat dan dukungan yang memadai, banyak individu dengan OCD yang dapat mengelola gejala mereka dan menjalani kehidupan yang penuh makna. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan gejala OCD, penting untuk mencari bantuan profesional.

(EA/timKB).

Sumber foto: herminahospitals.com