Pengertian Afantasia
Afantasia adalah suatu kondisi di mana seseorang tidak dapat membayangkan gambaran mental secara sadar. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘tanpa fantasi’. Kondisi ini pertama kali diidentifikasi oleh Francis Galton pada tahun 1880-an tetapi baru mendapatkan nama dan penelitian lebih lanjut di abad ke-21 oleh Adam Zeman, seorang profesor di Universitas Exeter.
Orang sering memvisualisasikan pemandangan, orang, pengalaman, imajinasi, objek, dan peristiwa yang direncanakan, di antara banyak hal lainnya. Ketika Anda memikirkan seorang teman, misalnya, Anda mungkin akan langsung membayangkan wajah mereka di dalam pikiran Anda. Orang dengan afantasia tidak dapat memvisualisasikan gambaran mental seperti itu.
Jika Anda meminta orang dengan afantasia untuk membayangkan sesuatu, mereka mungkin dapat mendeskripsikan objek tersebut, menjelaskan konsepnya, dan menyebutkan fakta-fakta yang mereka ketahui tentang objek tersebut. Namun, mereka tidak akan dapat mengalami gambaran mental apa pun yang menyertai pengetahuan ini.
Tanda dan Gejala Afantasia
Individu dengan afantasia umumnya memiliki kesulitan dalam membentuk gambaran visual dalam pikiran. Berikut adalah beberapa gejala yang sering dilaporkan:
• Ketidakmampuan untuk mengingat wajah orang dekat dengan visualisasi mental.
• Kesulitan dalam menarik ingatan visual dari pengalaman masa lalu.
• Kendala dalam memproses informasi yang diberikan secara visual.
• Kegagalan untuk menghasilkan gambaran saat membaca atau mendengar deskripsi.
Penyebab Afantasia
Penyebab pasti afantasia masih belum jelas, tetapi beberapa penelitian mengaitkannya dengan:
• Kerusakan pada area otak yang terlibat dalam proses visualisasi, seperti korteks visual.
• Faktor genetik, karena beberapa laporan menunjukkan adanya afantasia dalam keluarga yang sama.
• Trauma psikologis atau fisik yang kadang-kadang dikaitkan dengan timbulnya afantasia.
Beberapa – tetapi tidak semua – kasus afantasia yang didapat memiliki penyebab yang dapat ditemukan oleh para ahli. Dalam kasus yang jarang terjadi, ini dapat merupakan gejala cedera atau penyakit yang memengaruhi otak Anda. Afantasia dapat terjadi karena kerusakan pada area tertentu di otak Anda, terutama lobus oksipital.
Apa Manfaat dan Kerugian dari Afantasia?
Afantasia memiliki aspek positif dan negatifnya, termasuk:
Manfaat:
• Orang dengan afantasia seringkali memiliki kemampuan analitis dan konseptual yang lebih kuat.
• Mereka cenderung memiliki memori fakta dan detail yang lebih baik daripada visual. Karena mereka tidak dapat mengandalkan gambaran mental untuk isyarat memori, mereka harus mengandalkan metode lain seperti mnemonik atau teknik asosiasi kata. Hal ini dapat sangat berguna dalam lingkungan bisnis di mana menghafal angka dan data penting sangat penting. Beberapa individu melaporkan kurangnya distraksi dari gambaran mental yang mengganggu.
Kerugian:
• Kesusahan dalam mengenang masa lalu atau merencanakan masa depan dengan detail visual.
• Kesulitan dalam menghubungkan secara emosional dengan pengalaman yang tidak dapat mereka visualisasikan.
• Tantangan dalam pekerjaan atau aktivitas yang memerlukan visualisasi kreatif.
Apakah Afantasia Dapat Disembuhkan?
Saat ini, tidak ada obat untuk afantasia. Namun, ada beberapa cara yang mungkin membantu mengelola kondisi ini:
• Terapi yang fokus pada pengembangan strategi kognitif untuk mengkompensasi ketidakmampuan untuk visualisasi.
• Latihan khusus yang bertujuan untuk menguatkan keterampilan ingatan dan imajinasi, meskipun keefektifannya dapat bervariasi.
• Penggunaan alat bantu seperti catatan tertulis atau gambar untuk membantu ingatan dan perencanaan.
Afantasia yang didapat adalah sesuatu yang umumnya membutuhkan diagnosis. Para ahli dapat menggunakan kombinasi pencitraan dan tes diagnostik serta kuesioner khusus yang mengukur seberapa kuat Anda mengalami gambaran mental.
Pemindaian diagnostik dan pencitraan dapat mencakup:
• Pemindaian tomografi terkomputasi (CT).
• Pemindaian pencitraan resonansi magnetik (MRI).
• Elektroensefalogram (EET).
Pada penelitian tahun 2017, ada terapi yang mungkin bisa digunakan oleh penderita kondisi ini untuk meningkatkan kemampuan imajinasinya. Beberapa teknik yang digunakan dalam terapi ini, yaitu:
• permainan kartu memori,
• melakukan aktivitas mengingat pola,
• berkegiatan yang membutuhkan deskripsi objek dan pemandangan luar ruangan,
• permainan dengan teknik afterimage,
• serta melakukan aktivitas komputer yang menggunakan pengenalan gambar.
Setelah 18 sesi terapi penglihatan selama 1 jam setiap minggunya, di laporkan bahwa penderita afantasia ini dapat memvisualisasikan lebih banyak hal sebelum ia tertidur, tetapi tidak signifikan selama kesehariannya.
Penanganan Afantasia
Penanganan terfokus pada pengembangan keterampilan alternatif dan adaptasi terhadap kebutuhan individu:
• Membuat dan menggunakan daftar untuk membantu ingatan.
• Memanfaatkan teknik narasi untuk memperkuat memori dan perencanaan.
• Melibatkan indera lain seperti perabaan atau pendengaran untuk membantu mengingat dan merencanakan.
• Pendidikan dan kesadaran untuk keluarga dan rekan kerja mengenai kondisi ini, sehingga dapat lebih memahami dan memberikan dukungan yang sesuai.
Afantasia adalah kondisi yang menantang namun juga unik, memengaruhi bagaimana seseorang mengalami dan mengingat dunia di sekitar mereka. Kekurangan dalam visualisasi mental dibalikkan dengan cara-cara kreatif untuk mengelola dan beradaptasi dengan dunia. Meskipun tidak ada obatnya, pendekatan adaptif dan dukungan dari lingkungan dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan afantasia. Kondisi ini masih terus diteliti, dan pemahaman yang lebih dalam di masa depan mungkin akan membuka jalan bagi metode penanganan yang lebih efektif.
(EA/timKB).
Sumber foto: theguardian.com
Berita lainya
Mengenal Prosopagnosia: Ketidakmampuan Mengenali Wajah
Sindrom Alice in Wonderland: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Memasak Dengan Kesadaran Penuh: Seni Dan Manfaatnya