Jakarta – Pertarungan tinju antara Evander Holyfield dan Lennox Lewis pada 13 Maret 1999 adalah salah satu pertandingan paling kontroversial dalam sejarah tinju. Pertarungan ini berlangsung di Madison Square Garden, New York City, dan diperebutkan untuk gelar juara dunia kelas berat WBA, WBC, dan IBF.
Latar Belakang
Pertarungan ini diberi julukan “Undisputed.” Julukan ini tidaklah berlebihan, mengingat pemenangnya akan menjadi juara dunia kelas berat yang tak terbantahkan, memegang gelar WBA, WBC, dan IBF sekaligus.
Evander Holyfield, dikenal sebagai “The Real Deal,” adalah seorang petinju yang telah mencatat sejarah dengan prestasi luar biasa. Ia memegang gelar juara dunia kelas berat WBA dan IBF, dan terkenal dengan gaya bertarung yang agresif dan berani. Holyfield memiliki reputasi sebagai petinju yang tidak pernah menyerah dan selalu memberikan yang terbaik di atas ring. Keterampilannya dalam bertarung dan ketangguhannya membuatnya menjadi salah satu petinju paling disegani di eranya.
Di sisi lain, Lennox Lewis, yang dijuluki “The Lion,” adalah seorang petinju dengan teknik bertarung yang sangat baik dan strategi yang cerdas. Lewis memegang gelar juara dunia kelas berat WBC dan terkenal dengan pukulan jab yang kuat serta kemampuan bertahan yang solid. Ia dikenal sebagai petinju yang disiplin, memiliki kekuatan fisik yang luar biasa, dan kemampuan untuk membaca gerakan lawannya dengan sangat baik.
Pertarungan
Pertarungan berlangsung selama 12 ronde penuh, menampilkan keterampilan dan ketangguhan yang luar biasa dari kedua petinju. Dari awal bel berbunyi, Lennox Lewis langsung menunjukkan dominasinya dengan pukulan jab yang kuat dan teknik bertahan yang solid. Strategi ini membuat Holyfield kesulitan untuk mendekati dan menyerang Lewis dengan efektif.
Lewis menggunakan keunggulan tinggi dan jangkauannya untuk menjaga jarak dari Holyfield, menghujani lawannya dengan pukulan jab yang akurat dan bertubi-tubi. Teknik bertahan Lewis yang solid juga memungkinkan dia untuk menghindari serangan balik dari Holyfield, meminimalkan kerusakan yang diterima sepanjang pertarungan.
Setiap ronde dipenuhi dengan ketegangan dan aksi yang menarik. Holyfield mencoba untuk menerobos pertahanan Lewis dengan serangan-serangan kuatnya, tetapi Lewis tetap tenang dan terus mendominasi dengan strategi yang terencana dengan baik. Banyak pengamat dan penonton yang merasa bahwa Lewis memenangkan sebagian besar ronde, dengan penampilan yang lebih meyakinkan dan efektif di ring.
Kontroversi
Namun, hasil akhir pertarungan ini adalah hasil imbang yang kontroversial. Skor juri adalah 115-113 untuk Holyfield, 116-113 untuk Lewis, dan 115-115 imbang. Keputusan ini memicu protes dari banyak pihak yang merasa bahwa Lewis seharusnya dinyatakan sebagai pemenang. Kontroversi ini juga memicu penyelidikan oleh Komisi Atletik Negara Bagian New York.
Dampak
Kontroversi yang melingkupi hasil imbang dalam pertarungan pertama antara Evander Holyfield dan Lennox Lewis ini mengundang reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk penggemar tinju, media, dan komunitas tinju internasional. Banyak yang merasa bahwa keputusan imbang tersebut tidak adil bagi Lennox Lewis, yang secara umum dianggap mendominasi pertarungan. Kontroversi ini tidak hanya menimbulkan diskusi panas tetapi juga menodai integritas pertandingan dan reputasi Komisi Atletik Negara Bagian New York yang mengawasi pertarungan tersebut.
Kekhawatiran mengenai keputusan yang tidak adil mendorong adanya investigasi oleh Komisi Atletik Negara Bagian New York, yang akhirnya memutuskan bahwa perlu diadakan pertarungan ulang untuk memastikan siapa yang layak menyandang gelar juara dunia kelas berat yang tak terbantahkan. Keputusan ini disambut baik oleh kedua petinju dan penggemar tinju di seluruh dunia yang ingin melihat hasil yang lebih jelas dan adil.
Penutup
Pertarungan antara Evander Holyfield dan Lennox Lewis pada 13 Maret 1999 adalah salah satu momen penting dalam sejarah tinju. Meskipun hasilnya kontroversial, pertarungan ini menunjukkan kemampuan luar biasa dari kedua petinju dan mengukuhkan posisi mereka dalam sejarah tinju dunia.
(EA/timKB).
Sumber foto: google
Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda
Berita lainya
George Foreman vs. Ken Norton: Pertarungan Epik Di Caracas
Para Pemain Basket Tertinggi di Dunia
Stephen Curry: Sang Raja Tembakan Tiga Poin NBA