Jakarta – Di dunia Mixed Martial Arts (MMA), cerita petarung yang bangkit dari kehidupan keras menjadi bintang di panggung internasional selalu menarik untuk diikuti. Salah satu kisah yang paling menginspirasi datang dari jantung kota Liverpool, Inggris—sebuah kota yang melahirkan Molly McCann, wanita petarung yang dikenal luas dengan julukan “Meatball”.
McCann adalah petarung wanita penuh karisma dan energi tinggi, baik di dalam maupun di luar oktagon. Dia membawa bukan hanya kekuatan pukulan dan determinasi tinggi dalam setiap laga, tetapi juga semangat dari komunitas yang membesarkannya. Dengan latar belakang yang keras, ia menjelma menjadi simbol daya tahan, keteguhan hati, dan tekad yang membara.
Menempa Mental Baja Sejak Dini
Molly McCann lahir pada 4 Mei 1990 di Liverpool, kota pelabuhan yang terkenal dengan budaya musik, sepak bola, dan sejarah panjang kelas pekerja. Hidup di Liverpool bukanlah hal mudah, terutama bagi perempuan muda dari keluarga sederhana. Lingkungan tempat Molly dibesarkan penuh tantangan sosial dan ekonomi.
Masa kecilnya diwarnai dengan ketidakpastian dan perjuangan, tetapi juga membentuk karakter tangguh yang kelak menjadi kekuatan utamanya. Dalam berbagai wawancara, Molly mengakui bahwa pengalaman masa lalunya, baik yang manis maupun yang pahit, adalah bagian dari apa yang menjadikannya hari ini. Karena ia pernah bekerja di Subway, hal ini membuatnya mendapat julukan “Meatball Molly”.
Awalnya, ia berlatih karate, kickboxing, dan tinju Thailand sebelum memulai tinju pada usia 12 tahun. Kemudian dia bermimpi menjadi pesepak bola profesional. McCann sempat bermain secara kompetitif untuk Everton Girls dan Liverpool serta menunjukkan bakat menjanjikan. Namun, takdir membawanya ke jalur lain saat cedera ligamen pergelangan kaki membuatnya pensiun dari sepak bola.
Perkenalan dengan Dunia MMA dan Perjalanan Awal
Perjalanan Molly dalam MMA dimulai tanpa kemewahan dan dukungan besar, tapi dengan satu modal utama: niat dan keberanian. Ia berlatih di Next Generation MMA Liverpool, tempat di mana banyak talenta berbakat asal kota itu dilatih. Di sana, ia mulai menekuni Brazilian Jiu-Jitsu, wrestling, dan striking secara intensif.
Tak lama setelah memulai pelatihan MMA penuh waktu, Molly mulai merangkai kemenangan di level amatir dan kemudian masuk ke dunia profesional. Pada saat itu, dia juga bekerja sebagai pelayan bar dan pelatih kebugaran untuk mendukung kehidupannya.
Tahun-tahun awal kariernya diwarnai dengan pertarungan di berbagai ajang lokal. Puncaknya, ketika ia bergabung dengan Cage Warriors, promotor yang juga melahirkan nama-nama besar seperti Conor McGregor dan Paddy Pimblett.
Juara Cage Warriors dan Panggilan dari UFC
Pada tahun 2018, Molly memenangkan gelar Flyweight wanita di Cage Warriors, sebuah pencapaian monumental yang membuat namanya diperhitungkan secara nasional. Hanya beberapa bulan setelah kemenangan tersebut, ia mendapat panggilan dari UFC.
Momen debutnya di UFC memang tak berjalan mulus. Ia kalah melalui submission di ronde kedua dalam debut melawan Gillian Robertson di Liverpool—di hadapan para penggemar yang datang untuk mendukungnya. Namun, seperti karakter sejatinya, Molly bangkit lebih kuat.
Perjalanan dan Gaya Bertarung di UFC
Sejak kekalahan debut itu, Molly mencetak beberapa kemenangan beruntun dengan penampilan yang menunjukkan ketekunan dan agresivitas tinggi. Ia menjadi terkenal berkat gaya bertarungnya yang penuh energi: tekanan konstan, volume pukulan tinggi, serta tidak takut bertukar serangan.
Puncak popularitasnya datang ketika ia memenangkan pertarungan melalui KO spektakuler dengan spinning back elbow—teknik langka yang langsung viral di seluruh dunia. Kemenangan itu membuatnya masuk dalam highlight UFC dan menjadikannya wajah MMA wanita Inggris yang dikenal luas, baik oleh penggemar kasual maupun hardcore.
Selain kekuatan striking, Molly terus mengembangkan kemampuan grappling dan defense, menyadari bahwa untuk bertahan di puncak, ia harus menjadi petarung komplet. Pada 2024, ia mengambil langkah berani dengan turun ke divisi Strawweight untuk mengimbangi ukuran tubuh dan memaksimalkan performa.
Persahabatan dengan Paddy Pimblett dan Dukungan Komunitas
Nama Molly McCann juga identik dengan persahabatannya dengan Paddy “The Baddy” Pimblett, sesama petarung UFC asal Liverpool. Keduanya bukan hanya rekan satu tim, tapi juga ikon komunitas lokal, sering tampil bersama di acara amal dan media.
Keberadaan mereka di UFC adalah simbol keberhasilan Liverpool sebagai penghasil petarung bertalenta, sekaligus bukti bahwa kerja keras dan semangat tak mudah menyerah bisa membawa siapa pun menuju puncak.
Kehidupan Pribadi dan Perjuangan Identitas
Di luar oktagon, Molly dikenal sebagai pribadi yang terbuka, jujur, dan penuh semangat sosial. Ia adalah anggota komunitas LGBTQ+ yang vokal, dan kerap menyuarakan isu-isu kesetaraan serta hak perempuan. Keberaniannya bersuara membuatnya menjadi panutan dan inspirasi banyak orang, terutama mereka yang merasa tidak diberi ruang untuk menunjukkan siapa diri mereka sebenarnya.
Molly juga sering terlibat dalam kegiatan sosial di Liverpool, memberikan motivasi kepada remaja dan berbagi kisah perjuangannya sebagai bukti bahwa masa lalu tidak menentukan masa depan.
Masa Depan dan Ambisi
Dengan pengalaman dan kedewasaan yang terus berkembang, Molly masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh di UFC. Langkah turunnya ke divisi Strawweight bisa menjadi strategi baru yang membuka peluang untuk menantang para petarung papan atas di kategori tersebut.
Jika mampu menjaga performa, menyesuaikan strategi, dan tetap disiplin dalam pelatihan, tidak mustahil jika suatu saat nanti kita akan melihat Molly McCann bertarung memperebutkan gelar juara UFC.
Lebih dari Sekadar Petarung
Molly McCann bukan sekadar petarung MMA. Ia adalah simbol kekuatan, ketulusan, dan harapan. Ia mewakili mereka yang pernah terjatuh, bangkit lagi, dan memilih untuk terus maju meskipun jalan di depan tak mudah.
Dengan energi khas Liverpool dan hati yang besar, “Meatball” bukan hanya pejuang di dalam ring—ia juga pejuang dalam hidup. Dan perjalanan luar biasanya di UFC masih jauh dari kata usai. Kita hanya perlu duduk, menonton, dan menyaksikan legenda ini terus menulis kisahnya.
(PR/timKB).
Sumber foto: skysports.com
Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda
Berita lainya
Deniz Oncu Catat Waktu Tercepat Di FP1 Moto2
Kondisi Terkini Para Pemain Timnas Indonesia Abroad
Bermain Full Team, Miami Tumbang Di Tangan Vancouver