Jakarta – Ketika nama Nathaniel Wood mulai muncul dalam daftar petarung UFC yang paling menjanjikan, banyak yang bertanya: siapa sebenarnya pria berpostur ramping dengan pukulan tajam dan kecepatan luar biasa ini?
Julukannya, “The Prospect”, bukan sekadar hiasan. Bagi mereka yang telah mengikuti kariernya sejak awal, julukan itu justru terasa merendahkan karena Wood bukan hanya sekadar prospek masa depan—ia adalah kenyataan masa kini. Petarung asal London, Inggris, ini telah menunjukkan bahwa dirinya bukan sekadar pelengkap di dalam divisi Featherweight UFC, tetapi salah satu petarung yang layak diperhitungkan.
Tumbuh di London dengan Hasrat Menjadi Petarung
Nathaniel Wood lahir pada 5 Agustus 1993, di ibu kota Inggris yang dinamis namun keras, London. Seperti banyak anak muda di kota besar, ia sempat mencoba berbagai olahraga. Tapi ada sesuatu tentang pertarungan satu lawan satu yang membuatnya jatuh cinta pada dunia bela diri.
Ketertarikannya terhadap Mixed Martial Arts (MMA) mulai tumbuh saat menyaksikan pertarungan UFC di televisi, terutama ketika era petarung-petarung seperti Georges St-Pierre dan BJ Penn masih menguasai panggung. Itu bukan sekadar hiburan baginya, tapi juga inspirasi untuk menjadi seperti mereka.
Ia mulai berlatih MMA secara serius di usia 16 tahun, dan sejak saat itu, hidupnya berubah. Tidak ada lagi waktu untuk hal-hal biasa; hidupnya dipenuhi oleh latihan Brazilian Jiu-Jitsu, striking, conditioning, dan sparring.
Bekerja Keras di Bawah Radar
Perjalanan profesional Nathaniel Wood di dunia MMA dimulai pada usia muda, ketika ia terjun ke berbagai ajang lokal di Inggris. Ia bukan nama besar saat itu, namun bagi mereka yang pernah menyaksikan penampilannya secara langsung, jelas bahwa ia punya bakat luar biasa.
Wood mulai bertarung di sirkuit seperti Cage Warriors, promotor ternama di Eropa yang telah melahirkan juara UFC seperti Conor McGregor dan Michael Bisping. Di sinilah nama Nathaniel Wood mulai mencuat ke permukaan.
Di Cage Warriors, ia menggabungkan kemampuan striking cepat khas petinju Inggris dengan grappling yang cerdas dan teknikal. Tahun 2017 menjadi tahun penting baginya: ia merebut gelar Cage Warriors Bantamweight lewat penampilan yang mendominasi. Bukan hanya menang, Wood menang dengan gaya—KO cepat, kombinasi tajam, dan kepercayaan diri tinggi.
Pintu Terbuka ke UFC
Dengan sabuk Cage Warriors di pinggang dan rentetan kemenangan KO, UFC akhirnya datang mengetuk pintu. Nathaniel Wood resmi bergabung dengan Ultimate Fighting Championship pada tahun 2018. Ini adalah panggung utama, tempat para petarung terbaik dunia berkumpul.
Debutnya di UFC melawan Johnny Eduardo langsung meninggalkan kesan mendalam. Wood menang melalui submission pada ronde kedua, dan dengan itu, ia resmi memperkenalkan dirinya kepada dunia.
Seiring waktu, ia terus membuktikan kualitasnya. Meski mengalami satu dua kekalahan—hal yang lumrah di dunia kompetisi MMA tingkat tinggi—Wood tetap menunjukkan perkembangan signifikan dalam setiap laga. Ia tidak hanya bertarung, tetapi belajar dan berkembang dari setiap pengalaman.
Menemukan Versi Terbaik dari Diri Sendiri
Setelah menjalani beberapa pertarungan di divisi Bantamweight, Nathaniel Wood memutuskan untuk naik ke divisi Featherweight pada 2022. Keputusan ini bukan tanpa pertimbangan. Menurunkan berat badan ke limit 135 lbs semakin sulit, dan performa bisa terganggu oleh proses cutting weight yang ekstrem.
Dengan pindah ke divisi 145 lbs, Wood merasa lebih segar, lebih kuat, dan lebih stabil secara fisik. Dan hasilnya langsung terlihat. Dalam debutnya di Featherweight, ia menghadapi Charles Rosa, dan tampil impresif dengan dominasi total sepanjang tiga ronde.
Pertarungan selanjutnya melawan Charles Jourdain kembali membuktikan bahwa Wood bukan hanya cocok di Featherweight—ia bisa bersinar di sana. Ia menunjukkan ketahanan, variasi serangan, dan IQ bertarung yang semakin matang.
Kombinasi Elegan Antara Kecepatan dan Kecerdikan
Nathaniel Wood memiliki gaya bertarung yang menarik:
-
- Ia memiliki striking bersih dan cepat, hasil dari latar belakang boxing yang kuat.
- Timing dan footwork-nya memungkinkan dia bermain di jarak yang dia suka.
- Dalam grappling, ia punya BJJ yang halus dan efisien, tidak terlalu mencolok tapi sangat efektif.
- Di atas segalanya, ia memiliki jiwa petarung yang cerdas—tahu kapan harus menekan, kapan harus mundur, dan kapan mengambil risiko.
Prestasi dan Sorotan Karier
-
- Juara Cage Warriors Bantamweight (2017)
- Debut impresif di UFC (2018)
- Beberapa kemenangan via submission dan keputusan mutlak yang dominan
- Kemenangan spektakuler atas Charles Rosa dan Charles Jourdain di divisi Featherweight
Dari “The Prospect” Menjadi “The Contender”?
Meski julukannya masih “The Prospect”, banyak penggemar dan analis sudah sepakat bahwa Nathaniel Wood kini telah naik level menjadi penantang serius (contender). Ia telah mengalahkan lawan tangguh, menunjukkan fleksibilitas gaya, dan terus berkembang dalam setiap laga.
Jika ia mampu menjaga momentumnya, bukan tidak mungkin dalam waktu dekat kita akan melihatnya menghadapi petarung Top 10, atau bahkan memasuki perebutan gelar Featherweight UFC.
Sebuah Kisah Perjuangan dan Janji Akan Masa Depan
Dari jalanan London hingga panggung global UFC, kisah Nathaniel Wood adalah kisah tentang fokus, pengorbanan, dan keyakinan. Ia bukan hanya representasi dari generasi baru petarung Inggris, tetapi juga bukti bahwa dengan kerja keras dan dedikasi, impian apa pun bisa diwujudkan.
“The Prospect” mungkin adalah julukannya, tetapi bagi banyak penggemar, Nathaniel Wood telah menjelma jadi realita yang menjanjikan. Dan dalam dunia yang keras seperti UFC, itu adalah reputasi yang sangat layak diperjuangkan.
(PR/timKB).
Sumber foto: usatoday.com
Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda
Berita lainya
Aryna Sabalenka Susah Payah Kalahkan Elise Mertens
Cavaliers Sapu Bersih Kemenangan Atas Miami Heat
Golden State Warriors Kalahkan Houston Rockets