Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Vonis Hukuman Tendangan Kungfu Eric Cantona


Jakarta – Eric Cantona, salah satu pemain sepak bola paling ikonik dalam sejarah Liga Inggris, dikenal tidak hanya karena bakatnya yang luar biasa di lapangan, tetapi juga karena insiden kontroversial yang terjadi pada 25 Januari 1995. Pada hari itu, Cantona melakukan tindakan yang mengejutkan dunia sepak bola: sebuah tendangan kungfu ke arah seorang penggemar Crystal Palace di Selhurst Park.

Insiden ini tidak hanya berdampak pada kariernya, tetapi juga membawa konsekuensi hukum yang signifikan, dengan vonis pengadilan yang dijatuhkan pada 31 Maret 1995.

Kronologi Insiden

Pada pertandingan antara Manchester United dan Crystal Palace, Cantona mendapat kartu merah setelah melakukan pelanggaran terhadap pemain lawan, Richard Shaw. Saat berjalan keluar lapangan, ia melewati tribun penonton yang dipenuhi pendukung Crystal Palace. Salah satu penggemar, Matthew Simmons, diduga melontarkan komentar yang memprovokasi Cantona. Tanpa ragu, Cantona melompat ke arah Simmons dengan tendangan kungfu yang langsung menjadi berita utama di seluruh dunia.

Setelah tendangan tersebut, Cantona juga melayangkan beberapa pukulan sebelum akhirnya ditahan oleh staf Manchester United dan petugas keamanan. Insiden ini langsung memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk media, penggemar, dan otoritas sepak bola.

Vonis Pengadilan pada 31 Maret 1995

Setelah insiden tersebut, Cantona menghadapi proses hukum yang intens. Pada 31 Maret 1995, pengadilan menjatuhkan vonis atas tindakannya. Awalnya, Cantona dijatuhi hukuman dua minggu penjara atas tuduhan penyerangan. Namun, setelah banding, hukuman tersebut dikurangi menjadi 120 jam pelayanan masyarakat. Keputusan ini mencerminkan upaya pengadilan untuk memberikan hukuman yang setimpal tanpa sepenuhnya menghancurkan karier Cantona.

Selain hukuman hukum, Cantona juga menerima sanksi dari Federasi Sepak Bola Inggris (FA). Ia dilarang bermain selama delapan bulan, yang membuatnya absen hingga awal musim berikutnya. Manchester United juga mendenda Cantona sebesar £20.000 sebagai bentuk tanggung jawab atas tindakannya.

Dampak pada Karier dan Reputasi

Insiden ini hampir mengakhiri karier Cantona di Inggris. Banyak yang meragukan apakah ia akan kembali bermain setelah larangan delapan bulan tersebut. Namun, berkat dukungan dari manajer Manchester United, Sir Alex Ferguson, Cantona memutuskan untuk tetap bertahan. Ia kembali ke lapangan pada Oktober 1995 dalam pertandingan melawan Liverpool, di mana ia mencetak gol penalti yang membantu timnya meraih hasil imbang 2-2.

Meskipun insiden ini mencoreng reputasinya, Cantona tetap menjadi salah satu pemain paling dihormati dalam sejarah sepak bola. Ia memimpin Manchester United meraih berbagai gelar, termasuk Liga Inggris dan Piala FA, sebelum pensiun pada tahun 1997.

Refleksi dan Warisan

Eric Cantona adalah sosok yang kompleks—seorang pemain dengan bakat luar biasa, tetapi juga temperamen yang sulit dikendalikan. Insiden tendangan kungfu ini menjadi salah satu momen paling kontroversial dalam sejarah sepak bola, tetapi juga menunjukkan sisi manusiawi dari seorang atlet yang berada di bawah tekanan besar.

Hingga hari ini, insiden tersebut tetap menjadi bahan diskusi di kalangan penggemar sepak bola. Cantona sendiri, dalam wawancara-wawancara berikutnya, mengaku tidak menyesali tindakannya dan bahkan menyatakan bahwa ia seharusnya “memukul lebih keras.” Pernyataan ini mencerminkan kepribadiannya yang penuh percaya diri dan sering kali menantang norma.

Eric Cantona mungkin telah meninggalkan dunia sepak bola, tetapi warisannya tetap hidup. Ia tidak hanya dikenang sebagai pemain hebat, tetapi juga sebagai simbol dari keberanian, kontroversi, dan semangat yang tak tergoyahkan. Insiden tendangan kungfu ini, meskipun kontroversial, adalah bagian dari cerita yang membuatnya menjadi legenda.

(EA/timKB).

Sumber foto: marca.com

Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda