Jakarta – William Harrison “Jack” Dempsey lahir pada 24 Juni 1895 di Manassa, sebuah kota kecil di Colorado, Amerika Serikat. Lahir dari keluarga petani sederhana, Dempsey tumbuh di lingkungan yang keras dan penuh tantangan. Kehidupan di daerah pedesaan mengajarkan Dempsey tentang kerja keras dan ketangguhan sejak usia dini, nilai-nilai yang kemudian akan menjadi ciri khasnya di atas ring tinju.
Sejak muda, Dempsey menunjukkan minat yang besar pada olahraga tinju. Di tengah keterbatasan ekonomi keluarganya, ia mulai belajar tinju secara otodidak. Ketertarikannya pada olahraga ini semakin besar ketika ia melihat bagaimana tinju bisa menjadi jalan keluar dari kemiskinan. Pada usia 16 tahun, Dempsey meninggalkan rumah untuk mencari nafkah sendiri, sering kali bertarung di bar-bar dan klub-klub kecil untuk mendapatkan uang.
Mengawali Karir Tinju: Dari Kid Blackie ke Jack Dempsey
Karir tinju profesional Jack Dempsey dimulai pada tahun 1914, ketika ia mulai bertarung di bawah nama “Kid Blackie.” Awalnya, Dempsey bertarung di berbagai tempat kecil di seluruh Amerika Serikat, sering kali tanpa bayaran yang memadai. Namun, kekuatan pukulannya yang luar biasa dan gaya bertarungnya yang agresif segera membuatnya menjadi sosok yang diperhitungkan di dunia tinju.
Dalam pertarungan-pertarungan awalnya, Dempsey menunjukkan ketangguhan yang luar biasa. Ia tidak hanya mampu mengalahkan lawan-lawannya dengan cepat, tetapi juga menarik perhatian para promotor tinju. Nama “Kid Blackie” akhirnya digantikan dengan nama “Jack Dempsey,” dan petinju muda ini segera dikenal dengan julukan “The Manassa Mauler,” yang merujuk pada asal usulnya dari Manassa, Colorado.
Menanjak ke Puncak: Merebut Gelar Juara Dunia Kelas Berat
Perjalanan karir Dempsey mencapai puncaknya pada 4 Juli 1919, ketika ia berhadapan dengan Jess Willard dalam sebuah pertarungan yang akan menentukan gelar juara dunia kelas berat. Pertarungan ini diadakan di Toledo, Ohio, di bawah panas matahari musim panas yang menyengat. Willard, yang dikenal sebagai “The Pottawatomie Giant,” memiliki perawakan raksasa dan reputasi yang menakutkan sebagai juara bertahan.
Namun, Dempsey tidak terintimidasi. Dalam salah satu pertarungan paling brutal dalam sejarah tinju, Dempsey menjatuhkan Willard tujuh kali di ronde pertama saja. Pukulan-pukulan kerasnya menghancurkan Willard, yang akhirnya menyerah setelah ronde ketiga. Dengan kemenangan ini, Dempsey secara resmi dinobatkan sebagai juara dunia kelas berat, dan dunia tinju tidak pernah sama lagi sejak saat itu.
Era Kejayaan: Dominasi di Atas Ring dan Pertarungan-pertarungan Legendaris
Setelah merebut gelar juara dunia, Jack Dempsey menjadi nama yang paling ditakuti dan dihormati di dunia tinju. Ia mempertahankan gelarnya dengan gigih, bertarung melawan beberapa petinju terbaik pada zamannya. Salah satu pertarungan yang paling dikenang adalah melawan Georges Carpentier pada tahun 1921. Pertarungan ini disebut sebagai “Fight of the Century” dan merupakan pertarungan pertama yang menghasilkan pendapatan lebih dari satu juta dolar.
Gaya bertarung Dempsey yang agresif dan tak kenal ampun menjadikannya favorit para penggemar tinju. Setiap kali ia masuk ke atas ring, penonton selalu disuguhkan dengan pertarungan yang penuh aksi dan drama. Dempsey tidak hanya bertarung untuk menang, tetapi juga untuk menghibur penonton dengan performa yang memukau. Ini membuatnya menjadi salah satu atlet paling populer di Amerika Serikat pada era 1920-an, yang sering kali disebut sebagai “Roaring Twenties.”
Akhir Kejayaan dan Pertarungan “The Long Count”
Pada tahun 1926, era kejayaan Jack Dempsey mulai memudar ketika ia kehilangan gelar juara dunia kelas beratnya kepada Gene Tunney. Pertarungan ini, yang diadakan di Philadelphia, berlangsung selama sepuluh ronde dan berakhir dengan kekalahan angka bagi Dempsey. Meskipun demikian, semangat juangnya tidak pudar. Dempsey menuntut pertandingan ulang yang diadakan pada tahun 1927.
Pertarungan ulang ini dikenal sebagai “The Long Count Fight,” salah satu peristiwa paling kontroversial dalam sejarah tinju. Pada ronde ketujuh, Dempsey berhasil menjatuhkan Tunney, tetapi karena tidak segera pergi ke sudut netral, wasit harus menghitung mundur, memberikan waktu tambahan bagi Tunney untuk bangkit dan melanjutkan pertarungan. Tunney akhirnya memenangkan pertarungan tersebut, dan kekalahan ini menandai akhir dari karir tinju profesional Dempsey.
Kehidupan Setelah Tinju dan Warisan yang Abadi
Setelah pensiun dari tinju, Jack Dempsey tidak pernah jauh dari dunia olahraga yang membesarkannya. Ia membuka restoran di New York City yang menjadi tempat populer bagi para penggemar tinju dan selebriti. Dempsey juga tetap aktif di komunitas tinju, sering kali menjadi pelatih, promotor, dan komentator untuk berbagai acara tinju.
Dempsey meninggal dunia pada 31 Mei 1983 di usia 87 tahun. Meskipun sudah tidak bersama kita, warisan Dempsey sebagai salah satu petinju terhebat sepanjang masa tetap abadi. Ia diakui sebagai pelopor dalam membawa tinju menjadi olahraga yang populer di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Gaya bertarungnya yang penuh semangat dan keberaniannya di atas ring menginspirasi banyak generasi petinju setelahnya.
William Harrison “Jack” Dempsey, dengan julukan “The Manassa Mauler,” adalah salah satu ikon terbesar dalam sejarah tinju. Dari awal karirnya yang sederhana hingga mencapai puncak kejayaan sebagai juara dunia kelas berat, Dempsey menunjukkan ketangguhan, keberanian, dan semangat juang yang tak tertandingi. Meskipun karirnya di atas ring berakhir, pengaruhnya terhadap dunia tinju tetap terasa hingga hari ini. Dempsey tidak hanya diingat sebagai petinju, tetapi juga sebagai simbol dari era keemasan tinju Amerika.
(EA/timKB).
Sumber foto: youtube
Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda
Berita lainya
Singkirkan Al Hilal, Al Ahli Lolos Ke Final Champions Asia
PSG Curi Poin Penuh Di Emirates
Kalahkan India, Indonesia Lolos Ke Perempatfinal