Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Allyson Felix: Perjalanan Sprinter Peraih 11 Medali Olimpiade


Jakarta – Allyson Michelle Felix lahir pada 18 November 1985 di Los Angeles, California, Amerika Serikat, dalam sebuah keluarga yang sangat menjunjung tinggi pendidikan dan nilai-nilai agama. Ayahnya, Paul Felix, adalah seorang pendeta sekaligus profesor di sebuah seminari, sementara ibunya, Marlean Felix, bekerja sebagai guru sekolah dasar. Sebagai anak kedua, Allyson dibesarkan dalam lingkungan yang disiplin dan penuh kasih sayang.

Sejak usia muda, Felix menunjukkan bakat alaminya dalam olahraga. Namun, ia sebenarnya tidak langsung tertarik pada atletik. Minatnya pada lari baru muncul saat ia berusia 14 tahun ketika ia mulai mengikuti program atletik di sekolah menengah. Di Los Angeles Baptist High School, bakat Felix mulai terlihat dengan jelas. Hanya dalam waktu 10 minggu setelah ia mulai berlatih serius, Felix sudah bisa berlari sejauh 200 meter dengan waktu 23,63 detik, sebuah prestasi yang mengindikasikan potensinya sebagai pelari kelas dunia.

Awal Karier dan Prestasi di Usia Muda

Pada tahun 2003, Felix yang saat itu berusia 17 tahun, mencetak sejarah dengan menjadi juara nasional sekolah menengah atas untuk nomor 200 meter. Pencapaian ini menarik perhatian dunia, dan Felix segera dikenal sebagai “Chicken Legs” karena tubuhnya yang kurus namun memiliki kekuatan luar biasa. Pada tahun yang sama, Felix membuat lompatan besar dengan memenangkan medali emas di Pan American Games di Santo Domingo, Republik Dominika.

Felix memulai karier profesionalnya setelah lulus dari sekolah menengah pada tahun 2003, dan pada tahun 2004, ia sudah siap untuk berkompetisi di Olimpiade Athena. Pada usia 18 tahun, Felix mencetak prestasi luar biasa dengan memenangkan medali perak di nomor 200 meter, menjadikannya pelari termuda yang pernah memenangkan medali di nomor tersebut pada ajang Olimpiade.

Puncak Karier dan Dominasi dalam Dunia Sprint

Setelah meraih kesuksesan awal di Olimpiade, Felix tidak pernah berhenti mengembangkan dirinya. Ia terus berlatih keras, memperbaiki teknik larinya, dan mengikuti berbagai kompetisi internasional. Kegigihannya membuahkan hasil pada Olimpiade Beijing 2008, di mana ia kembali memenangkan medali perak di nomor 200 meter, dan untuk pertama kalinya meraih medali emas dalam nomor estafet 4×400 meter.

Namun, puncak karier Felix datang pada Olimpiade London 2012. Setelah dua kali hanya meraih medali perak, Felix akhirnya berhasil meraih medali emas di nomor 200 meter, mengalahkan lawan-lawannya dengan penampilan yang memukau. Tidak puas hanya dengan satu medali emas, Felix juga membantu tim Amerika Serikat memenangkan dua medali emas lainnya di nomor estafet 4×100 meter dan 4×400 meter. Pada saat itu, Felix sudah menjadi salah satu nama terbesar dalam dunia atletik.

Keberhasilan Felix tidak berhenti di situ. Pada Olimpiade Rio 2016, ia menambahkan dua medali emas lagi ke dalam koleksinya melalui nomor estafet 4×100 meter dan 4×400 meter, serta satu medali perak di nomor 400 meter individu. Dengan total 11 medali Olimpiade—7 emas, 3 perak, dan 1 perunggu—Allyson Felix menjadi atlet wanita dengan jumlah medali Olimpiade terbanyak dalam sejarah atletik, melampaui rekor sebelumnya yang dipegang oleh pelari legendaris Merlene Ottey.

Kejuaraan Dunia dan Rekor Lainnya

Selain prestasinya di Olimpiade, Allyson Felix juga mendominasi di Kejuaraan Dunia Atletik. Sejak debutnya di Kejuaraan Dunia 2005 di Helsinki, Felix telah mengumpulkan total 14 medali emas, menjadikannya atlet dengan jumlah medali emas Kejuaraan Dunia terbanyak sepanjang masa. Prestasi ini memperkuat posisinya sebagai salah satu sprinter paling sukses dalam sejarah.

Felix dikenal tidak hanya sebagai spesialis 200 meter, tetapi juga sebagai pelari yang serba bisa, mampu bersaing di nomor 100 meter hingga 400 meter. Kombinasi kecepatan, kekuatan, dan teknik lari yang sempurna membuat Felix menjadi lawan yang sangat sulit dikalahkan di lintasan.

Perjuangan di Luar Lintasan dan Warisan

Di luar lintasan, Allyson Felix juga dikenal sebagai sosok yang berani dan berkomitmen pada isu-isu sosial. Pada tahun 2019, Felix membuat keputusan besar untuk mengakhiri kontraknya dengan Nike setelah perusahaan tersebut gagal memberikan dukungan yang layak kepada atlet wanita yang sedang hamil atau baru saja melahirkan. Langkah ini menjadi inspirasi bagi banyak atlet wanita lainnya dan memicu perubahan besar dalam industri sponsor olahraga.

Felix juga menggunakan pengaruhnya untuk mendukung berbagai kegiatan amal, termasuk inisiatif untuk meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak kurang mampu dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan ibu. Ia terus menjadi panutan, tidak hanya karena prestasinya di lintasan, tetapi juga karena keberaniannya dalam memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan para atlet wanita.

Pensiun dan Warisan yang Abadi

Allyson Felix mengumumkan pensiunnya dari dunia atletik pada tahun 2022 setelah karier yang luar biasa selama lebih dari 20 tahun. Pensiunnya meninggalkan warisan yang mendalam dalam dunia atletik, dan banyak yang menyebutnya sebagai salah satu sprinter terbesar sepanjang masa.

Felix dikenal sebagai seorang yang tidak hanya mengandalkan bakat alaminya, tetapi juga dedikasi dan kerja keras yang luar biasa. Ia meninggalkan jejak yang akan selalu dikenang dalam sejarah atletik, dan prestasinya akan terus menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.

Allyson Felix adalah simbol dari keunggulan dan ketangguhan dalam dunia atletik. Dari awal kariernya yang cemerlang di usia muda hingga pencapaian legendarisnya di Olimpiade dan Kejuaraan Dunia, Felix telah membuktikan bahwa dengan kerja keras, disiplin, dan tekad yang kuat, tidak ada batasan untuk apa yang bisa dicapai. Sebagai salah satu sprinter terbaik sepanjang masa, Felix tidak hanya meninggalkan jejak prestasi, tetapi juga warisan inspiratif bagi atlet-atlet di seluruh dunia.

(EA/timKB).

Sumber foto: infobae.com

Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda