Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

“The Battle of Ages” – Holyfield Bertahan Melawan Foreman


Pada tanggal 19 April 1991, dunia tinju tertuju pada Convention Hall di Atlantic City, New Jersey, Amerika Serikat. Di sana, sebuah pertarungan yang sangat dinantikan bertajuk “The Battle of Ages” mempertemukan dua sosok ikonik dari generasi yang berbeda. Sang juara dunia kelas berat tak terbantahkan, Evander “The Real Deal” Holyfield, yang saat itu berusia 28 tahun dan berada di puncak kejayaannya, siap mempertahankan gelarnya melawan legenda yang kembali dari masa pensiun, George “Big George” Foreman, yang telah menginjak usia 42 tahun.

Holyfield di Puncak Kejayaan, Foreman Mengejutkan Dunia dengan Comeback

Holyfield memasuki ring sebagai penguasa divisi kelas berat setelah penampilan dominannya dalam merebut dan menyatukan gelar melawan Buster Douglas beberapa bulan sebelumnya. Dikenal dengan kecepatan, stamina, dan determinasi yang tak kenal lelah, Holyfield dianggap sebagai representasi generasi petinju kelas berat modern. Di sisi lain, Foreman, setelah satu dekade absen dari ring, melakukan comeback yang mengejutkan banyak pihak. Dengan rekor 24 kemenangan beruntun, 23 di antaranya melalui knockout dahsyat, Foreman membuktikan bahwa kekuatannya masih menjadi ancaman serius, meskipun usianya terpaut jauh dari sang juara.

Ekspektasi dan Keraguan Menjelang “The Battle of Ages”

Menjelang pertarungan, opini terbagi. Banyak yang meragukan peluang Foreman, menganggap usianya sebagai hambatan besar untuk menghadapi kecepatan dan ketahanan Holyfield yang prima. Perbedaan generasi dan gaya bertarung menjadi sorotan utama. Bahkan, manajer Holyfield sempat melontarkan komentar meremehkan, menyebut pertarungan itu sebagai “The Real Deal” melawan “The Big Meal.” Namun, popularitas Foreman yang abadi dan narasi tentang kemungkinan dirinya menjadi juara kelas berat tertua dalam sejarah tinju berhasil membangkitkan antusiasme yang luar biasa di kalangan penggemar dan media.

Duel Taktis dan Sengit di Atas Ring

Saat bel berbunyi, Holyfield menunjukkan keunggulannya dalam kecepatan dan variasi pukulan. Ia bergerak lincah mengelilingi Foreman, melancarkan kombinasi pukulan ke berbagai arah tubuh lawannya. Sementara itu, Foreman dengan sabar menunggu momen yang tepat untuk melepaskan pukulan-pukulan kerasnya yang legendaris. Ronde ketujuh menjadi momen krusial dan tak terlupakan. Holyfield tampak memegang kendali, namun tiba-tiba Foreman melepaskan pukulan kanan keras yang mengguncang sang juara. Dengan mentalitas juara, Holyfield berhasil memulihkan diri dan balik menyerang dengan rentetan pukulan yang luar biasa, yang secara mengagumkan mampu diserap oleh ketahanan Foreman.

Keputusan Juri dan Penghormatan untuk Sang Legenda

Setelah 12 ronde pertarungan yang intens dan mendebarkan, para juri akhirnya memberikan keputusan bulat untuk kemenangan Evander Holyfield. Skor yang diberikan adalah 116-111, 115-112, dan 117-110 untuk keunggulan sang juara bertahan. Meskipun gagal merebut kembali mahkota kelas berat, George Foreman meraih penghormatan yang besar dari seluruh dunia tinju. Ia membuktikan semangat juangnya dan menepis keraguan banyak pihak dengan mampu bertahan selama 12 ronde melawan petinju yang jauh lebih muda dan enerjik.

Mengenang Malam Bersejarah di Dunia Tinju

Pada hari ini, 19 April, kita kembali mengenang sebuah malam bersejarah dalam dunia tinju. Pertarungan antara Evander Holyfield dan George Foreman bukan hanya sekadar perebutan gelar, tetapi juga sebuah kisah tentang pertemuan dua generasi, kekuatan semangat juang, dan daya tarik abadi dari tantangan yang tampak mustahil. “The Battle of the Ages” akan selalu dikenang sebagai salah satu pertarungan kelas berat paling menarik dan inspiratif dalam sejarah olahraga adu jotos ini.

(EA/timKB).

Sumber foto: google

Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda