Jakarta – Dalam dunia seni bela diri campuran (MMA) yang penuh ketidakpastian, hanya sedikit petarung yang mampu mencuri perhatian dengan gaya yang autentik, berani, dan memikat. Salah satu nama yang kini mulai membangun legenda di jalur itu adalah Seok Hyeon Ko, petarung asal Busan, Korea Selatan, yang dijuluki oleh media dan penggemarnya sebagai “The Korean Tyson”. Julukan ini bukan tanpa alasan—Ko dikenal dengan gaya bertarung agresif, kekuatan pukulan luar biasa, dan aura intimidatif yang mengingatkan publik pada ikon tinju dunia, Mike Tyson.
Lahir pada 24 September 1993, Ko bukan hanya hadir sebagai representasi Asia Timur di UFC, tapi juga sebagai simbol dari kebangkitan generasi petarung Korea Selatan yang siap mengubah peta pertarungan dunia.
Tumbuh Keras di Jantung Kota Pelabuhan
Busan adalah kota dengan dua wajah: pesisir indah yang terbuka dan denyut kehidupan urban yang tak pernah diam. Di tengah gegap gempita pelabuhan, pasar rakyat, dan aroma garam laut yang khas, Seok Hyeon Ko dibesarkan. Ia berasal dari keluarga sederhana, dengan latar belakang pekerja keras yang menanamkan nilai-nilai disiplin, ketangguhan, dan loyalitas sejak dini.
Namun kehidupan tidak selalu mudah. Di usia muda, Ko sudah harus menghadapi tantangan sosial dan ekonomi. Ia sering terlibat dalam perkelahian jalanan, bukan karena ingin menjadi preman, tapi karena merasa perlu untuk membela diri dan orang-orang yang ia sayangi. Dari situlah, naluri bertarung Ko tumbuh—alami, liar, dan tak tergoyahkan.
Awal Perjalanan Bela Diri: Cinta Pertama Bernama Tinju
Pada usia belasan tahun, Ko mulai mengenal dunia olahraga bela diri secara lebih terstruktur. Ia tertarik pada tinju setelah menonton video pertandingan Mike Tyson. Sosok Tyson yang garang, dengan gaya “peek-a-boo” dan uppercut petirnya, membekas kuat dalam benak Ko. Ia mulai berlatih di sasana tinju lokal dengan tujuan sederhana: menyalurkan energinya secara positif dan terarah.
Dalam waktu singkat, pelatih melihat bahwa Ko memiliki sesuatu yang istimewa: kecepatan pukulan, refleks bertahan, dan mental baja. Ia dengan cepat menjadi murid unggulan, dan tak lama kemudian mulai berpartisipasi dalam turnamen amatir. Di atas ring, ia bertarung dengan nyali dan gaya yang benar-benar “menggigit”, sering kali menyudahi lawan dalam satu atau dua ronde.
Namun dunia tinju Korea saat itu tidak menawarkan banyak jalan bagi petarung muda untuk berkembang, dan Ko pun mulai melirik dunia Mixed Martial Arts—disiplin yang menawarkan ruang eksplorasi lebih luas, dan juga panggung internasional.
Menemukan Identitas dalam Pertarungan
Ko memutuskan untuk masuk ke dunia MMA di usia dua puluhan awal. Ia mulai berlatih grappling, Brazilian Jiu-Jitsu, dan gulat sambil tetap mempertahankan dasar striking-nya yang tajam. Kombinasi antara kekuatan tinju khas Tyson dengan disiplin grappling Asia Timur menjadikannya petarung yang sulit ditebak.
Ia memulai karier profesionalnya di organisasi-organisasi MMA Korea seperti TOP FC dan Road FC, serta bertanding di ajang-ajang lintas negara di Jepang, Tiongkok, dan Asia Tenggara. Dalam setiap pertarungan, Ko membuktikan bahwa dirinya adalah petarung natural—seorang pejuang sejati yang tidak hanya mencari kemenangan, tetapi juga bertarung untuk kehormatan dan kebanggaan.
Kemenangan demi kemenangan datang, dan sebagian besar berakhir dengan cara spektakuler: KO brutal, TKO kilat, atau kombinasi pukulan yang membuat lawan tumbang tak sadarkan diri. Ko menjadi buah bibir di komunitas MMA Asia, dan mulai dibandingkan dengan legenda-legenda lokal seperti Chan Sung Jung “The Korean Zombie”.
Gerbang Global Terbuka
Berkat dominasinya di Asia, Ko akhirnya mendapat perhatian dari pencari bakat UFC. Setelah melalui proses negosiasi dan evaluasi, ia resmi menandatangani kontrak dengan Ultimate Fighting Championship, menjadikannya salah satu dari sedikit petarung Korea Selatan yang berhasil mencapai panggung tertinggi MMA dunia.
Bertarung di divisi Welterweight, Ko langsung menyadari bahwa level kompetisi di UFC sangat tinggi. Tapi ia tidak datang untuk belajar pelan-pelan. Ia datang untuk bertarung, membuat pernyataan, dan mengejar sabuk emas.
Seorang Finisher Alami
Seok Hyeon Ko tidak menyukai pertarungan panjang. Ia dikenal sebagai petarung yang “datang untuk mengakhiri”. Di ronde pertama, ia selalu mencoba menciptakan tekanan. Dengan footwork cepat dan timing sempurna, ia melancarkan pukulan hook dan uppercut yang sangat mirip dengan Tyson.
Namun Ko juga menunjukkan kemampuan bertahan dan adaptasi. Ia tidak hanya mencari KO buta. Jika perlu, ia bisa bertahan hingga ronde ketiga dan tetap menjaga stamina dan konsistensinya. Kemampuan ini membuatnya berbeda dari petarung KO biasa—ia tahu kapan menekan, dan kapan menunggu.
Prestasi dan Pencapaian Karier
-
- Rekor profesional dengan sebagian besar kemenangan via KO/TKO
- Bertarung di organisasi MMA Asia (TOP FC, Road FC)
- Petarung Korea Selatan pertama yang dikenal dengan gaya bertinju agresif “ala Tyson”
- Debut UFC yang menarik perhatian komunitas MMA internasional
- Inspirasi generasi baru petarung Korea Selatan
Simbol Kebanggaan dan Sosok Inspiratif
Di luar arena, Seok Hyeon Ko adalah sosok yang rendah hati dan sangat terhubung dengan akarnya. Ia rutin kembali ke Busan untuk melatih anak-anak muda di gym tempat ia tumbuh. Baginya, pertarungan adalah tentang kejujuran terhadap diri sendiri, dan tanggung jawab sebagai representasi budaya dan bangsa.
Ko sering berbicara dalam wawancara bahwa ia tidak ingin sekadar menjadi “petarung UFC dari Korea”—ia ingin menjadi legenda, yang membuka jalan bagi puluhan, bahkan ratusan petarung muda Korea untuk berani bermimpi.
Masa Depan “The Korean Tyson” Masih Panjang
Seok Hyeon Ko adalah kisah nyata tentang bagaimana bakat, kerja keras, dan keberanian bisa membawa seseorang dari jalanan Busan ke pusat sorotan dunia. Julukannya “The Korean Tyson” bukanlah sekadar gaya—itu adalah representasi dari intensitas, semangat, dan dedikasi tanpa batas.
Dengan umur yang masih produktif dan potensi yang belum sepenuhnya tergali, Ko adalah petarung yang harus diperhitungkan dalam persaingan menuju puncak divisi Welterweight UFC. Satu hal yang pasti: setiap kali ia masuk ke oktagon, dunia MMA akan bersiap menyaksikan momen besar.
(PR/timKB).
Sumber foto: tapology.com
Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda
Berita lainya
Napoli Incar Darwin Nunez Dan Federico Chiesa
Alexander Zverev Susah Payah Kalahkan Corentin Moutet
Atletico Semakin Dekat Dapatkan Theo Hernandez