Jakarta – Giuseppe “Beppe” Bergomi adalah sebuah ikon abadi dalam panorama sepak bola Italia, terutama bagi pendukung setia Internazionale Milano. Lahir di Milan pada 22 Desember 1963, kisahnya adalah sebuah ode untuk kesetiaan luar biasa dan longevitas karir yang langka dalam dunia sepak bola modern. Bergomi mendedikasikan seluruh karir klub profesionalnya, yang terbentang selama dua dekade (1979 hingga 1999), untuk Nerazzurri. Dedikasi yang tak tergoyahkan ini memberinya tempat tak tergantikan di hati para tifosi dan julukan yang ikonik: “Lo Zio” (Sang Paman), julukan yang muncul karena penampilan fisiknya yang lebih dewasa—terutama kumis tebalnya—bahkan ketika ia baru menginjak usia remaja.
Debut Kilat dan Evolusi Taktis Bek Serbaguna
Bakat alami Bergomi terendus oleh Inter Milan sejak dini, memungkinkannya berlatih dengan tim utama pada usia 15 tahun. Debut resminya terjadi pada usia 16 tahun, 1 bulan, dan 8 hari di ajang Coppa Italia melawan rival abadi Juventus pada 30 Januari 1980, menjadikannya rekor pemain termuda dalam sejarah klub saat itu.
Meskipun memulai karirnya sebagai penyerang di usia muda, Bergomi dengan cepat bertransformasi menjadi bek yang sangat fleksibel dan cerdas. Pelatih-pelatihnya, termasuk Giovanni Trapattoni, segera mengenali kecerdasan posisionalnya yang tajam, memungkinkannya bermain efektif di semua posisi pertahanan: sebagai bek kanan (Right Back), bek tengah (Centre Back), hingga peran sweeper klasik (Libero). Fleksibilitas ini adalah kunci keberhasilan sistem pertahanan timnya selama bertahun-tahun. Sepanjang karirnya di Serie A, ia mencatatkan 517 penampilan dan mencetak 22 gol, sebuah jumlah yang patut diacungi jempol untuk seorang pemain bertahan.
Bergomi dikenal karena kemampuan man-marking (mengawal lawan) yang luar biasa, sehingga ia dijuluki sebagai stopper yang andal, bahkan Diego Maradona pernah mengakui kesulitan menghadapi Bergomi. Namun, seiring perkembangan taktik, ia juga mahir dalam menjalankan sistem pertahanan zona, menunjukkan adaptasi luar biasa yang menjadi rahasia panjang umurnya di level atas. Keunggulan fisik, kekuatan di udara, dan timing tackling yang sempurna menjadikannya salah satu bek paling disegani di Italia.
Pahlawan Piala Dunia Termuda Italia (1982)
Titik balik yang paling mencolok dalam karir Bergomi terjadi di tingkat internasional. Hanya mengantongi sedikit pengalaman di Serie A, ia secara mengejutkan dipanggil oleh pelatih Enzo Bearzot untuk skuad Italia di Piala Dunia FIFA 1982 di Spanyol pada usia 18 tahun.
Italia di bawah Bearzot memulai turnamen dengan goyah, tetapi berhasil mencapai fase gugur. Kesempatan emas Bergomi datang di semifinal melawan Polandia setelah Claudio Gentile diskors. Ia menunjukkan penampilan yang sangat dewasa dan membantu Italia menjaga clean sheet. Di final yang legendaris melawan Jerman Barat, Bearzot tidak ragu untuk mempertahankannya di starting line-up. Bergomi diberi tugas krusial untuk menjaga Karl-Heinz Rummenigge, bintang Jerman dan pemenang Ballon d’Or. Bergomi berhasil menetralisir Rummenigge sepenuhnya, yang bahkan membuat sang bintang Jerman harus ditarik keluar di babak kedua. Italia menang 3-1, dan pada usia 18 tahun, 6 bulan, dan 20 hari, Bergomi menjadi pemenang Piala Dunia termuda Italia dan termuda kedua secara keseluruhan setelah Pelé.
Karir internasionalnya berlanjut hingga meraih medali perunggu di Piala Dunia 1990 di tanah airnya, di mana ia menjabat sebagai kapten. Setelah delapan tahun absen yang panjang, karirnya mengalami kebangkitan yang tak terduga: ia dipanggil kembali untuk Piala Dunia 1998 di Prancis oleh Cesare Maldini pada usia 34 tahun, mengakhiri karir Azzurri-nya dengan total 81 penampilan.
Dedikasi Seumur Hidup dan Tiga Mahkota Eropa
Di Inter Milan, meskipun tim sering berada di bawah bayang-bayang rival sekota AC Milan dan Juventus di era keemasan mereka, Bergomi tetap menjadi kapten dan pilar yang tidak tergoyahkan selama 20 musim.
Ia memenangkan satu gelar Scudetto Serie A pada musim 1988–89, sebuah musim yang dikenal sebagai “Inter of Records” di bawah Trapattoni, di mana tim ini mendominasi dengan memecahkan rekor poin. Selain itu, ia juga memenangkan satu Coppa Italia (1981–82) dan satu Supercoppa Italiana (1989).
Namun, prestasi Bergomi paling bersinar di Eropa bersama Inter di ajang Piala UEFA. Ia memimpin tim meraih tiga gelar bergengsi pada musim 1990–91 (melawan AS Roma di final), 1993–94 (melawan Austria Salzburg), dan 1997–98 (melawan Lazio). Bergomi memegang rekor untuk penampilan terbanyak dalam kompetisi tersebut (96 penampilan) untuk waktu yang lama, mencerminkan dominasi Inter di panggung Eropa tingkat kedua selama era 90-an.
Warisan Abadi dan Kehidupan Pasca-Lapangan
Bergomi pensiun pada tahun 1999 pada usia hampir 36 tahun, setelah mencatatkan total 758 penampilan untuk Inter di semua kompetisi, sebuah angka yang hanya dilampaui oleh Javier Zanetti.
Setelah gantung sepatu, “Lo Zio” berhasil bertransisi menjadi komentator dan analis sepak bola yang sangat dihormati di Italia. Ia dikenal karena analisisnya yang jernih, lugas, dan berwawasan taktis, membuktikan bahwa kecerdasannya di lapangan juga diterjemahkan dengan baik ke dalam dunia media.
Giuseppe Bergomi adalah salah satu bek terbesar Italia yang pernah ada, dihormati secara global, termasuk masuk dalam daftar FIFA 100 yang disusun oleh Pelé pada tahun 2004. Ia adalah personifikasi dari loyalitas satu klub dan merupakan bandiera (bendera) sejati bagi Inter Milan, sebuah warisan yang jauh melampaui jumlah trofi yang ia menangkan.
(EA/timKB).
Sumber foto: google
Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda

Berita lainya
Bournemouth Tahan Imbang Chelsea Di Stamford Bridge
Setan Merah Ditahan Imbang Tim Juru Kunci Di Old Trafford
Libas Aston Villa, Arsenal Juara Paruh Musim