Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Alessandro Costacurta: Sang Otak Pertahanan “Abadi” AC Milan


Jakarta – Alessandro Costacurta, yang akrab disapa “Billy,” adalah salah satu bek paling ikonik dan diremehkan dalam sejarah sepak bola Italia dan AC Milan. Lahir pada 24 April 1966, kariernya yang membentang lebih dari dua dekade bersama Rossoneri menjadikannya simbol loyalitas, konsistensi, dan kecerdasan di lini belakang. Costacurta adalah bagian integral dari “Generasi Emas” Milan di bawah asuhan Arrigo Sacchi dan Fabio Capello, sebuah era yang mendefinisikan dominasi klub di Italia dan Eropa.

Era Keemasan dan Kemitraan Legendaris

Costacurta bergabung dengan akademi AC Milan pada usia muda dan, setelah masa pinjaman singkat di Monza, ia menjadi bagian dari skuad utama pada tahun 1987. Di sinilah ia mulai membangun dinding pertahanan legendaris Milan. Bersama dengan Mauro Tassotti (bek kanan), Franco Baresi (bek tengah), dan Paolo Maldini (bek kiri), Costacurta—yang umumnya bermain sebagai bek tengah atau bek kanan—membentuk salah satu kuartet pertahanan terbaik sepanjang masa.

Kuartet ini adalah jantung dari revolusi taktik yang dibawa oleh pelatih Arrigo Sacchi. Sacchi menerapkan zona marking yang ketat, garis pertahanan tinggi, dan offside trap yang presisi. Di sistem ini, Costacurta bersinar. Meskipun tidak memiliki fisik yang paling besar atau kecepatan yang eksplosif, ia memiliki kecerdasan taktik yang luar biasa. Ia adalah pemikir di lapangan, selalu berada di posisi yang tepat untuk memotong umpan, memenangkan duel, atau mengorganisir rekan-rekannya.

Di bawah Sacchi, Milan memenangkan dua gelar Piala Champions berturut-turut pada 1989 dan 1990. Ketika Fabio Capello mengambil alih, dominasi berlanjut. Costacurta dan lini belakangnya menjadi fondasi pertahanan yang hampir tak tertembus, memenangkan tiga gelar Serie A berturut-turut (1992, 1993, 1994), termasuk rekor tak terkalahkan di musim 1991–92. Puncak kehebatannya di era ini adalah final Liga Champions 1994, di mana Milan, meskipun tanpa Baresi dan Costacurta (yang diskors), menghancurkan “Dream Team” Barcelona 4-0.

Daftar Prestasi yang Mengagumkan

Karier Costacurta di AC Milan adalah sinonim dengan kesuksesan. Selama 21 tahun pengabdiannya, ia mengumpulkan total 26 gelar bergengsi, menjadikannya salah satu pemain Italia yang paling berprestasi:

  • Serie A (7): 1987–88, 1991–92, 1992–93, 1993–94, 1995–96, 1998–99, 2003–04
  • Liga Champions UEFA (5): 1988–89, 1989–90, 1993–94, 2002–03, 2006–07
  • Piala Super UEFA (4): 1989, 1990, 1994, 2003
  • Piala Interkontinental (2): 1989, 1990
  • Piala Dunia Antarklub FIFA (1): 2007 (sebagai staff teknis)
  • Gelar Domestik lainnya: Piala Italia (1), Piala Super Italia (5)

Kemampuannya untuk tetap menjadi pemain kunci di klub selama perubahan pelatih dan era yang berbeda (dari Sacchi, Capello, Zaccheroni, hingga Ancelotti) menunjukkan adaptabilitas dan profesionalisme yang luar biasa. Costacurta adalah pemain langka yang mampu beradaptasi dengan formasi empat bek maupun tiga bek, dan bermain sama baiknya di posisi bek tengah atau bek sayap.

Gaya Bermain dan Longevity

Gaya bermain Costacurta sering kali digambarkan sebagai efisien, tenang, dan cerdas. Ia adalah bek yang sangat terampil dalam membaca permainan (reading the game). Dia tidak perlu melakukan tekel keras karena ia sudah memposisikan diri dengan benar lebih dulu. Kemampuan antisipasinya memungkinkannya untuk menetralisir serangan lawan sebelum menjadi ancaman serius.

Pemain legendaris seperti Fabio Cannavaro pernah menyebut Costacurta sebagai “bek terbaik” yang pernah bermain bersamanya, sebuah pujian yang menyoroti kualitasnya yang sering diabaikan karena berada di bayangan Baresi dan Maldini.

Costacurta juga menunjukkan umur panjang karier yang luar biasa. Ia bermain di level teratas hingga usia 41 tahun. Pertandingan terakhirnya di Serie A, melawan Udinese pada 19 Mei 2007, mencatatkan sebuah rekor unik: ia menjadi pencetak gol tertua dalam sejarah Serie A, saat usianya 41 tahun dan 25 hari, setelah mencetak gol dari titik penalti.

Karier Internasional dan Pasca Pensiun

Di kancah internasional, Costacurta mencatatkan 59 penampilan untuk tim nasional Italia (Gli Azzurri), mencetak 2 gol. Ia berpartisipasi dalam dua Piala Dunia (1994 dan 1998) dan satu Kejuaraan Eropa (1996). Momen paling menonjol adalah Piala Dunia FIFA 1994, di mana Italia mencapai final. Sayangnya, ia harus absen di pertandingan final melawan Brasil karena skorsing, dan Italia akhirnya kalah dalam adu penalti.

Setelah pensiun pada tahun 2007—di mana ia turut merayakan gelar Liga Champions kelimanya bersama Milan sebagai pemain yang tidak bermain—Costacurta tetap terlibat dalam sepak bola. Ia sempat menjabat sebagai Direktur Teknis di Milan, mencoba peran sebagai pelatih, dan yang paling dikenal, ia beralih menjadi salah satu pengamat sepak bola yang paling dihormati dan vokal di televisi Italia, khususnya di Sky Sport Italia. Keahliannya dalam analisis taktik dan pandangannya yang tajam menjadikannya suara yang otoritatif dalam diskusi sepak bola.

Costacurta adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Ia mungkin tidak memiliki karisma yang sama dengan Maldini atau aura kepemimpinan Baresi, tetapi ia adalah otak di lini belakang, sosok yang memastikan sistem bekerja dengan sempurna. Warisannya adalah cetak biru tentang bagaimana seorang bek dapat mencapai kehebatan melalui intelektualitas, disiplin, dan pengabdian yang tak tergoyahkan pada satu klub.

(EA/timKB).

Sumber foto: google

Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda