Jakarta – Bagi pengemar sepak bola di Indonesia pada tahun 80-90an pasti akrab dengan klub klub sepakbola seperti Niac Mitra,Arseto, Krama Yudha, Warna Agung dan legenda klub Indonesia Pelita Jaya
Klub klub tersebut berkompetisi dalam Liga Sepak Bola Utama (Galatama). Sebuah kompetisi sepak bola semi profesional yang dibentuk PSSI pada tahun 1979.Galatama digulirkan tidak hanya untuk menyemarakkan persepakbolaan Indonesia menuju ke profesional tapi juga untuk mengurangi tensi persaingan di Liga Perserikatan yang telah lebih dulu ada. Perserikatan dianggap terlalu menjunjung fanatisme kedaerahan dan primordial yang dianggap kurang sehat bagi persepakbolaan modern di Indonesia.
Setelah bergulirnya kompetisi ini para pecinta bola di Indonesia mulai terbiasa berbondong bondong menyaksikan pertandingan sepakbola sebagai olahraga dan hiburan. Tidak lagi membawa fanatisme kedaerahan atau sekedar mendukung pemain dari daerah kelahiran saja. Tujuan PSSI megelar kompetisi inibdianggap berhasil mengairahkan persepakbolaan Nasional yang mengalami kemajuan hingga disegani di kawasan Asia Tenggara.
Galatama melahirkan banyak bintang seperti Bambang Nurdiansyah, Ricky Yacobi dan bintang bintang asing seperti Fandi Ahmad dan David Lee. Para pemain Galatama banyak yang menjadi tulang punggung Tim Nasional Indonesia dan Singapura. Setelah adanya larangan pemain asing bermain di Galatama, secara signifikan mengurangi kesemarakan kompetisi ini bahkan nyaris tenggelam oleh kejayaan Liga Perserikatan yang kembali merajai persepakbolaan Indonesia.
Galatama kemudian dilebur menjadi satu dengan Liga Perserikatan menjadi Liga Profesional murni yang bernama Liga Indonesia di awal tahun 90an, yg menandai dimulainya era sepakbola profesional di Indonesia.
(Yp/teamKB)
Berita lainya
Bromley Bukan Tandingan Bagi Newcastle
Hasil Putaran Ke-3 FA Cup 2024/2025
Monchengladbach Beri Perlawanan Ketat Pada Munchen