Jakarta – Dari beberapa legenda Badminton Indonesia nama Liem Swie King mempunyai tempat tersendiri di hati tidak hanya para pengemar badminton tapi juga rakyat Indonesia di era akhir 70 hingga pertengahan 80an. Selain prestasi pribadi yang menempatkannya di jajaran pemain top dan menduduki rangking satu tunggal dan ganda putera, perjuangannya bersama pemain lainnya yang berhasil merebut Thomas Cup akan selalu dikenang jutaan rakyat Indonesia.
Di awal kariernya di pertengahan tahun 70an, King memang dipersiapkan sebagai pemain tunggal putera calon penganti Rudi Hartono yang mulai menurun prestasinya karena bertambah usianya. Terbukti King berhasil menghentikan rekor fenomenal Rudi Hartono sebagai juara tunggal putra 8 kali di All England pada tajun 1978. Sejak menjuarai All England kariernya terus menanjak hingga mengantarkannya menjadi pemain ranking satu dunia. Prestasinya diantaranya tiga kali juara All England, peraih emas Asian Games Bangkok 1978, tiga kali membantu tim Indonesia merebut Piala Thomas dan puluhan gelar juara Grand Prix baik sebagai tunggal maupun ganda putera bersama Kartono, Hadibowo dan Bobby Ertanto.
Dari deretan prestasinya yang luar biasa, publik Badminton dunia juga akan selalu mengingat akan ciri khas permainan Liem Swie King yang dianggap fenomenal pada jamannya, yaitu Lompatan smashnya yang dikenal sebagai “King Smash” atau “Jumping Smash” yang di Indonesia disebut Smash King!. Di saat mendapatkan bola(kock) melambung pengembalian lawannya, maka Liem Swie King selalu mengeluarkan jurus pamungkasnya dengan melompat sambil melakukan smash tajam yang sangat kuat hingga hampir dipastikan tidak dapat dikembalikan lawannya. Di era itu semua pemain yang pernah menjadi lawannya mengakui kerasnya Smash King dan memuji sebagai senjata pamungkas Liem Swie King.
Perjalanan kariernya menjadi inspirasi para pemain Badminton junior dan banyak orang lainnya menjadikannya sebagai idola dan panutan. Apalagi ditambah kehidupan pribadi keluarganya yang harmonis dan menjadi pengusaha yang cukup berhasil setelah pensiun dari dunia Badminton. Pada tahun 2009 Sutradara Arie Sihasale mengangkat kisah hidup Liem Swie King ke layar lebar dengan judul “King” yang sukses dalam peredaran dan mendapatkan Piala Citra untuk kategori penata musik terbaik.
Di dalam film itu pula diceritakan bagaimana kerasnya dia berlatih sejak usia dini termasuk melatih teknik Jumping smash nya yang fenomenal itu. Meskipun di era Badminton saat ini, teknik jumping smash sudah menjadi teknik dasar yang dikuasai oleh hampir semua pemain Badminton, tapi publik tak akan pernah melupakan Smash King! Yang selalu dinantikan di setiap pertandingannya.
(yp/teamKB)
Berita lainya
Bromley Bukan Tandingan Bagi Newcastle
Hasil Putaran Ke-3 FA Cup 2024/2025
Monchengladbach Beri Perlawanan Ketat Pada Munchen