Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Selain Panjat Sosial, Indonesia Juga Juara Panjat di Tingkat Dunia


Pansos, istilah yang sudah lazim untuk melabeli perilaku orang Indonesia di media sosial yang cari sensasi dengan “menunggangi” sebuah isu besar atau dengan membuat sebuah isu menjadi besar. Ada istilah lain dalam bahasa Inggris yang juga catchy untuk diingat terkait pansos, yaitu piggybacking. Dalam bahasa Indonesia, “membonceng” sesuatu atau seseorang sebagai pedoman dan bisa juga sebagai pendukung. 

Tidak ada yang salah dari istilah pansos atau piggybacking, selama makna keseluruhannya baik dan benar. Di Indonesia, selalu unik dan bisa terbolak-balik. Makanya kita sayang sama negeri yang indah ini, tidak pernah habis bahasannya. 

Yang menarik dan bikin panas hati, mungkin kebanyakan pengguna media sosial di Indonesia, adalah survei Microsoft Digital Civility Index 2021. Survei menunjukkan bahwa perilaku orang Indonesia di media sosial tidak sopan. Posisi perilaku tersebut adalah yang paling parah di antara negara-negara Asia Tenggara dan urutan 29, dari 32 negara di dunia yang disurvei.

Foto: Instagram Kiromal Katibin

Urusan memanjat yang prestasinya mendunia, Kiromal Katibin lah yang pegang saat ini. Merupakan atlet panjat profesional berumur 21 tahun, asal Batang, Jawa Tengah. Merujuk kepada IFSC-Climbing, Kiromal memecahkan dua kali rekor dunia di hari yang sama. Pada kejuaraan dunia di Villars, Swiss, ia memecahkan rekor dunia 5.09 detik, menang atas Man-hei Chung dari Hong Kong, pada putaran pertama. 

Sebagai catatan, sebelum ia memecahkan rekor dunia di putaran berikutnya, dengan 5.04 detik, Kiromal telah tiga kali memecahkan rekor dunia dalam empat kejuaraan yang berbeda. Tiga atlet dunia yang bersaing dengan Kiromal Katibin semuanya dari Cina, yaitu: Cao Long dengan 5.21 detik, Long Jianguo dengan 5.22 detik, dan Wu Peng dengan 5.32 detik.

Tidak puas dengan pencapaian rekor dunianya, Kiromal mencetak rekor dunia terbaru dengan 5.00 detik pada kejuaraan dunia di Chamonix, Perancis. Ini berarti, ia telah memecahkan lima kali rekor dunia atas namanya sendiri sejak Mei 2021. Rekor dunia pertamanya 5.25 detik di Utah, Amerika Serikat. Yang kedua dalam kurun waktu 14 bulan di Seoul, Korea Selatan dengan 5.17 detik. Rekor ketiga terjadi di Utah. 

Kiromal Katibin, masih muda, idola baru dari Indonesia karena prestasinya dalam cabang olahraga memanjat (kecepatan) tingkat dunia. Membanggakan bagi Indonesia. Tetapi, kembali ke urusan pansos. Coba deh, kita sebagai orang Indonesia perbanyak prestasi baik di media sosial, seperti tolong orang yang kesusahan atau buka kesempatan kerja bagi yang membutuhkan. Sehingga, semua survei tentang perilaku orang Indonesia di media sosial pun hasilnya baik. Tahu sendiri kan, mesin media sosial doyan dengan kehebohan yang dampaknya cenderung tidak baik.

Mengutip Katadata Insight Center berdasarkan data Kominfo, mayoritas orang Indonesia, mengakses informasi di media sosial sebagai yang tertinggi. Disusul televisi dan berita online. Jika melihat rentang umur, menurut laporan UNESCO, tingkat literasi tinggi ada pada usia 15-24 tahun. Sedangkan pada rentang umur 40-55 tahun, tingkat literasinya rendah. Daripada berdebat tentang umur, karena sensitif (karena masih jarang orang Indonesia yang mau mengaku ‘sudah tua’), hahaha… Coba cek yang berikut, aturan pansos yang OK, tidak baku, dan minim kemungkinan terkena UU ITE:

  • Jangan sok tahu. Pikir dahulu, apakah kita sudah sesuai bidang keahlian dan pengalaman tentang isu yang beredar? Silakan ikutan pansos, dengan memberi pendapat.
  • Jangan sok tahu. Pikir dahulu, apakah kita belum memiliki bidang keahlian dan pengalaman tentang isu yang beredar? Silakan ikutan pansos dengan catatan, dengan memposisikan diri bertanya.
  • Kalau tetap ngeyel untuk sok tahu. Kembali kepada kedua aturan. Awas jangan coba-coba tingkat kepedasan “olah jari” orang Indonesia di media sosial.

Selamat mengukir prestasi saat pansos…

(BS/timKB)

Sumber foto: Amazon