Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Pensiun, Bukan Akhir dari Segala Hal


“Segala sesuatu ada masanya.” Sebuah kalimat bijak yang sering kita dengar. Manusia memang tidak bisa melawan waktu. Begitu pula dalam olahraga, ada masa keemasan dan ada masa harus berhenti, entah terkait umur atau pun cedera berkepanjangan.

Kurnia Meiga, adalah salah satu contoh. Dirinya harus pensiun karena gangguan penglihatan di tahun 2017. Kurnia adalah kiper kebanggaan klub Arema FC asal Malang. Ia mengenakan nomor punggung 1, yang baru-baru ini, nomor tersebut pun turut pensiun. Kurnia adalah pemain dengan posisi kiper yang pernah meraih gelar pemain terbaik di Liga Indonesia. Ia meraih penghargaan itu pada musim kompetisi 2009/2010. Musim yang sama, ia berhasil mengantar Arema FC menjadi juara Liga Indonesia. Bersama klubnya, Kurnia Mega bermain dalam 280 pertandingan di berbagai kompetisi. Saat ini, Kurnia masih dalam masa pemulihan.

Foto: Kompas

Bagi atlet, berhenti bukan menyerah. Ada dua hal yang kita bisa pelajari dari para juara, dengan prestasi kelas dunia:

Game Changing

Saat menjadi atlet, lapangan atau arena adalah tempat mereka berkarir. Don Tapscott dalam bukunya ‘Grown Up Digital’, mengungkapkan sebuah hal, yaitu: “Menaklukkan ketakutan dengan pengetahuan.” Tapscott mengungkapkan “Ada kecenderungan pada kalangan yang telah melewati masa muda, tidak suka kepada kultur anak muda dan medianya. Menjadi defensif ketika terancam oleh sesuatu yang baru dan yang tidak dipahami. Perubahan-perubahan pola pikir sering diterima dengan sikap dingin, bahkan sikap melecehkan. Kultur dan media baru kaum muda adalah internet”. 

Apa yang dilakukan Haryanto Arbi adalah sebuah contoh ‘merubah taktik permainan’. Melalui merek Flypower, Arbi bersama Fung Permadi, pebulutangkis yang sudah pensiun, merintis bisnis perlengkapan olahraga sejak tahun 2002. Melalui dua akun Instagram, Rumah Flypower dan Flypower Arbi, kedua eks atlet tersebut menjalankan strategi permainan pada ranah digital. Akun pertama untuk toko online dan akun kedua untuk semua kegiatan yang menyangkut merek serta dukungannya terhadap kegiatan olahraga. Dengan rentang jumlah pengikut di kedua akun tersebut, belasan hingga puluhan ribu, Arbi dan Fung telah berdampak.

Dampak dari merek yang dikembangkan tidak hanya bicara bisnis, tetapi juga menjadi sponsor pendamping kejuaraan bulutangkis. Dari sponsor kegiatan olahraga, kini sang merek juga mendukung tiga klub bulutangkis di Indonesia. Terakhir, 19 pemain timnas bulutangkis turut merasakan dukungan sebgai sponsor individual.

Foto: Okezone

Great Shifting

Mau gak mau, ya harus mau lah. “Survival of the fittest”, bertahan hidup. Begitu kira-kira patokannya. Ada yang menjadi pelatih atau pengurus klub olahraga, bahkan menjadi politisi. Masa kini adalah masa yang baik untuk membangun merek sendiri. Banyak kemudahan untuk membangun merek sendiri. Mulai dari teknologi, akses pembiayaan, dan tempat kerja bersama (coworking space). Semakin mudah, semakin cepat juga perubahan terjadi. Handoko Hendroyono dalam bukunya ‘Artisan Brand’, menjelaskan bahwa anak muda bergerak lincah dalam hal perpindahan, membaca isu terkini dengan dinamis. Menurut Handoko “Merek-merek baru sering lahir dari hobi, minat, dan keasyikan. Lalu, menjawab kebutuhan dan diterima oleh komunitas tertentu. Saat berkembang, akan menjaring komunitas yang lebih luas.”

Siapa yang tak kenal cerita Alan Budikusuma dan Susi Susanti? Mereka adalah peraih medali emas di nomor masing-masing pada Olimpiade Barcelona 1992. Alan dan Susi adalah contoh ‘perpindahan wilayah’ yang lincah beradaptasi. Melalui Astec (Alan Susi Technology), pasangan ini, setelah pensiun, mengembangkan sebuah merek yang fokus awal untuk peralatan bulutangkis, pada tahun 2003.

Kini, merek tersebut memperluas sasaran untuk peralatan olahraga. Berlari, basket, dan futsal adalah cabang-cabang olahraga yang dijangkau sang merek. Berdampak untuk olahraga Indonesia adalah tujuan berikutnya dari Alan dan Susi melalui merek mereka. Turnamen Astec Terbuka rutin digelar sejak 2005, bahkan diakui sebagai turnamen bergengsi di Asia untuk U-15 dan U-17. Melalui nama besar mereka, mereknya juga memberikan sponsor pribadi untuk atlet-atlet berprestasi.

Jadi, melewati masa keemasan dan pensiun, masih bisa melakukan hal yang berdampak, setidaknya bagi komunitas di sekitar. Coba deh…

(BS/timKB)

Sumber Foto: Instagram Susysusantiofficial