ASEAN Para Games 2022 telah berakhir. Indonesia berhasil membuktikan dirinya sebagai juara umum. Para atlet Indonesia berhasil meraih 175 medali emas, 144 medali perak, dan 106 medali perunggu. Ini berarti, Indonesia meraih jumlah medali emas terbanyak, sejak keikutsertaannya dalam ASEAN Para Games pertama pada tahun 2001.
Semangat juang dari para atlet, pasti menular. Dengan keterbatasan fisik yang mereka miliki, prestasi adalah pembuktiannya. Ni Made Arianti, adalah salah satunya. Pelari yang buta sejak lahir, kini punya banyak harapan bagaikan terang.
Kepada kantor berita Antara, Ni Made Arianti mengatakan “Saya menahan rasa tidak nyaman. Kaki sakit dan punggung kaki sebelah kiri bengkak, bahkan sejak tiga pekan sebelum lomba.” Perjuangannya membuahkan hasil. Dengan waktu 13,70 detik, ia meraih emas. Walaupun, ia merasa waktunya di bawah pencapaiannya, saat berlomba di Swiss dengan 12,80 detik.
Ainur Rohman, editor olahraga Jawa Pos, menambahkan cerita, tentang perjuangan Ni Made Arianti. Prestasinya didukung oleh orangtua tercinta. Rupanya di tengah keterbatasan fisik, ia telah mencoba hal lain di luar olahraga, yaitu musik dan teater. Tetapi, menjadi pelari adalah pilihannya. Berpadu dengan perjuangan, niat, dan kemauan, rupanya ia telah berkali-kali mencoba berganti kategori. Ni Made Arianti merasa prestasinya belum menghasilkan medali emas. Prestasinya adalah tiga medali perak di tingkat ASEAN dan dua medali perak untuk tingkat Asia. Akhirnya, pilihannya saat ini, kategori T12 (atlet dengan gangguan penglihatan) mampu meraih emas.
Selain orangtua dan pelatih, Ni Made Arianti, tidak bisa sendiri dalam pencapaian prestasinya. Medali emas di ASEAN Para Games 2022, adalah bentuk kerjasamanya dengan seorang guide, orang yang membantu pelari kategori T12 sampai di garis finish. Sang penolongnya bernama Bayu, yang diakui sebagai pendukung sejak dari persiapan hingga kompetisi berlangsung.
Samuel Smiles di tahun 1859 menulis sebuah buku berjudul Self-Help. Samuel mengungkapkan bahwa “Apa dan siapa yang telah ada sebelum kita hidup di dunia ini, tidak hanya membuat kita kagum. Tetapi, juga memberi sejumlah gagasan tentang banyak kemungkinan yang luas serta bisa kita alami dalam hidup. Karakter yang timbul adalah kegigihan, keterampilan, dan daya tahan.”
Menarik, bila melihat Ni Made Arianti melalui Self-Help. Sebagai atlet profesional, tentu terkait dengan pertumbuhan kualitas pribadinya. Karakter adalah kunci bagi prestasinya. Sesuatu yang dibentuk meskipun ada kondisi pada tubuhnya, yang memungkinkan untuk menyerah.
Dalam ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’, RA Kartini menulis “Pergilah, laksanakan cita-citamu. Kerjalah untuk hari depan…Pergi…Pergilah! Berjuanglah dan menderitalah, tetapi bekerjalah untuk kepentingan yang abadi.”
Jangan-jangan tulisan Kartini adalah slogan hidup Ni Made Arianti untuk berprestasi dalam bidang yang ia cintai. Ia menyemangati dengan “Kalau sudah suka, saya berusaha total.” Terus berprestasi untuk tanah air tercinta, Indonesia.
(BS/timKB)
Sumber Foto: Kumparan
Berita lainya
Ma Long: Sang Diktator Tenis Meja Dunia
Kasparov vs Deep Blue: Pertandingan Catur Bersejarah
Leon Spinks: Peraih Emas Olimpiade Dan Juara Dunia Kelas Berat