Teknologi sepatu olahraga nampaknya tidak berhenti berinovasi. Tidak hanya soal bentuk dan warna, tetapi juga soal kenyamanan yang berhubungan dengan pengalaman mengenakan sepatu. Kolaborasi teknologi antar produsen sepatu pernah dilakukan Reebok dan Adidas dengan Instapump Fury. Teknologi Boost yang dipakai Adidas untuk sol sepatunya, dipasangkan pada sepatu lari Reebok. Lain lagi dengan Under Armour. Melalui seri SpeedForm Gemini 3, pemakai sepatu dimanjakan dengan teknologi yang tersambung ke gawai. Ini seperti jam pintar yang teknologinya disematkan pada sepatu. Bahkan sepatu ini memiliki kecanggihan yang mengingatkan penggunanya untuk membeli sepatu baru, jika sudah berlari lebih dari 600 kilometer.
Tetapi, selain bisa menggunakan teknologi canggih pada sepatu olahraga keluaran terbaru, ternyata kita juga bisa membiasakan diri berlatih tanpa alas kaki. Mengutip situs APKI (Asosiasi Pelatih Kebugaran Indonesia), telapak kaki adalah fondasi atau tumpuan utama dari keseluruhan tubuh kita. Telapak kaki membantu menyalurkan tenaga, memberikan input sensori sistem saraf, memberi kestabilan, dan juga komponen terpenting dalam melakukan gerakan.
Tidak tepat apabila kita, dalam aktivitas harian, selalu menekan dan menjepit telapak kaki dengan sepatu. Yang terjadi adalah kita membatasi mobilitas dan menghilangkan kemampuan sensori saraf dari telapak kaki. Sebagai informasi, telapak kaki memiliki 28 tulang, 20 otot, dan lebih dari 30 sendi.
Desain tubuh kita tidak bekerja sendiri-sendiri. Masalah yang kerap terjadi pada telapak kaki bisa merambat ke bagian tubuh lainnya. Masalah tersebut mulai dari menurunnya tenaga, aktivasi otot, mobilitas, dan masalah pada fungsi sensoris telapak kaki. Biasanya masalah tersebut merembet kepada disfungsi otot kaki, otot panggul, pelvis, dan bisa juga menyebabkan masalah pada tulang belakang.
Dari berbagai masalah yang bisa terjadi pada telapak kaki, penting bagi kita untuk membiasakan berlatih tanpa alas kaki. Jansen Ongko, pelatih kebugaran dan pendiri APKI, mengungkapkan dua alasan, mengapa penting berlatih tanpa alas kaki.
Meningkatkan input saraf sensoris dan meningkatkan efisiensi kerja otot
Saat berlatih tanpa alas kaki, kita mendapatkan banyak sekali input sensoris dari telapak kaki ke otak, tentang permukaan yang kita injak, posisi dari sendi-sendi, dan tingkat ketegangan otot (muscle tension).
Dengan memakai sepatu atau hanya kaos kaki sekalipun dapat merubah atau menghilangkan input sensoris ini secara signifikan. Akibatnya beberapa bagian otot menjadi tidak aktif, dikarenakan bantuan pendukung dari sepatu, sedangkan bagian otot yang lain harus bekerja terlalu keras atau pada waktu yang tidak tepat.
Hal ini berdampak pada kinerja keseluruhan otot pada rantai gerak kinetic (kinetic chain) dan keseluruhan pola gerakan saat kita mengangkat beban. Dengan berlatih tanpa alas kaki, kita dapat mengetahui seberapa besar tenaga yang harus digunakan, sehingga dalam melakukan olahraga atau angkat beban tenaganya menjadi lebih efisien.
Mengurangi risiko cedera
Dengan berlatih tanpa alas kaki, kita dapat meningkatkan kekuatan otot, mobilitas gerakan, dan proprioception dari bagian telapak kaki. Proprioception adalah kemampuan tubuh untuk mengetahui dan menyadari posisi dari tubuh dan kemampuan untuk bereaksi sesuai dengan keperluannya, contohnya seperti menjaga tubuh pada posisi yang diinginkan.
Saat kita memakai sepatu, kemampuan propriocetive tubuh akan berkurang. Ini berarti jika terdapat sesuatu yang tidak terduga, contohnya seperti saat kita menginjak permukaan yang tidak rata maka tubuh tidak dapat bereaksi dengan tepat untuk melindungi tubuh dari cedera.
Selain dari kemampuan proprioception, dengan berlatih tanpa alas kaki, kita dapat mengurangi kemungkinan cedera oleh karena meningkatnya kekuatan dan mobilitas dari telapak kaki. Ini penting karena dapat mencegah tubuh kita untuk mengompensasi dengan kerja dari otot lain secara berlebihan yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan otot (muscle imbalances), rekrutmen bagian otot yang tidak tepat, dan juga posisi sendi yang tidak tepat (poor joint alignment). Tubuh bekerja sebagai satu kesatuan, masalah pada telapak kaki dapat mengakibatkan potensi cedera pada bagian tubuh manapun.
(BS/timKB)
Sumber Foto: Procoal
Berita lainya
Gervonta Davis: Dari Baltimore ke Puncak Dunia Tinju
“The Battle of Ages” – Holyfield Bertahan Melawan Foreman
Spinks Vs Holmes 2: Pertandingan Ulang Kontroversial