Ketika kita masih bayi dan anak-anak, kita mengalami dunia tanpa filter. Kita melihat hidup tanpa prasangka, atau opini. Tetapi semakin kita beranjak dewasa, kita mengembangkan diri konseptual yang penuh dengan pandangan dunia, role model, citra diri, dan keyakinan yang membantu kita memahami hidup dan tempat kita tinggal.
Belief system yang kita bangun dalam hidup dapat banyak membantu kita dalam menjalani hidup. Tapi ada juga keyakinan yang membuat kita ragu-ragu bahkan berhenti untuk melakukan sesuatu. Yang membuat kita berpikiran sempit dan takut. Limiting belief adalah keyakinan yang membatasi pertumbuhan kita.
Kita semua mungkin memiliki cita-cita yang gagal. Misalnya, kita ingin menjadi orang yang berbudi luhur, tetapi terasa melakukannya sepanjang waktu, selalu banyak godaannya yang membuat kita gagal dan menyalahi diri sendiri. Limiting belief memberi tahu kita bahwa kita tidak akan pernah menjadi orang baik,mencapai cita-cita, atau bahwa kita sama sekali tidak dapat memenuhi potensi manusiawi kita.
Limiting belief memengaruhi setiap aspek kehidupan kita dan dapat menahan kita dalam berbagai cara. Bahkan ada beberapa pemikiran umum yang termasuk dalam limiting belief. Untuk mengidentifikasinya, tanyakan pada diri apakah kita memilikinya.
- Saya tidak punya waktu. Hampir semua orang di planet ini pernah memberikan alasan ini di beberapa titik. Tetapi ketika kita benar-benar peduli tentang sesuatu entah itu tugas, tujuan, atau hubungan, kita akan meluangkan waktu untuk itu. Setiap orang memiliki jam yang sama dalam sehari.
- Saya tidak memiliki apa yang diperlukan. Limiting belief Ini sering menutupi ketakutan akan kegagalan, atau terkadang ketakutan akan kesuksesan. Kita membandingkan diri kita dengan orang lain dan berpikir, “Saya tidak bisa melakukan itu. Saya tidak memiliki keterampilan”. Padahal dengan mencoba dan yakin, kita dapat mempelajari keterampilan apa pun.
- Saya tidak cukup kuat. Keyakinan ini membuat kita tetap berada di zona nyaman kita. Kita tidak percaya bahwa kita memiliki kekuatan untuk bangkit kembali dari penolakan, kegagalan, atau ketidaknyamanan. Kadang kita lebih suka tetap di tempat yang sekarang daripada mengambil risiko gagal.
- Saya tidak pantas mendapatkan cinta. Ini adalah limiting belief yang paling umum dalam hubungan. Ketika kita percaya bahwa kita tidak pantas mendapatkan cinta, kita mungkin menolak setiap calon pasangan, menyabotase hubungan kita dengan pertengkaran dan kecurangan atau menghindari kencan sama sekali.
Yang benar harus kita yakini adalah bahwa kita semua memiliki potensi yang tidak terbatas. Sukses dimulai dengan keyakinan ini. Ketika kita sangat yakin bahwa kita mampu dan pantas untuk sukses, kita dapat memanfaatkan potensi itu. Mungkin kita harus melakukan tindakan yang lebih besar, yang pada gilirannya mendorong hasil yang lebih besar. Mengatasi limiting belief tidak selalu mudah. Mereka mendarah daging dalam diri kita. Tetapi begitu kita dapatmenemukan apa itu dan bagaimana mengidentifikasinya, kita akan bisa belajar bagaimana mengatasi limiting belief kita.
Mungkin dimulai dengan self-talk kita. Apa monolog internal yang kita katakan? Apakah kita memperlakukan diri kita sendiri seperti teman atau musuh? Pelajari bagaimana kebiasaan mental seperti self-talk membentuk keyakinan dan pengalaman kita, dan bagaimana kita dapat mengubah kata-kata yang kita ucapkan kepada diri sendiri.
Fear of rejection, rasa takut ditolak adalah hal biasa dalam hubungan cinta, tetapi rasa takut itu juga dapat memengaruhi karier dan persahabatan kita. Karena hal itu terjadi dari limiting belief kita, bahwa kita tidak cukup kuat untuk menangani penolakan. Sudah waktunya untuk berhenti hidup dalam ketakutan dan mulai mengambil risiko.
Banyak orang menggunakan usia sebagai alasan untuk tidak melakukan hal-hal yang ingin mereka lakukan. Hal ini pun menjadi limiting belief. Banyak orang berpikir mereka terlalu tua untuk belajar, traveling, olahraga, berganti karir, mulai berkencan lagi, atau bahkan hanya mempelajari beberapa keterampilan baru. Di lain sisi, ada juga orang-orang yang berpikir bahwa mereka terlalu muda untuk melamar pekerjaan yang luar biasa, pindah ke kota baru, atau berganti karier.
Umumnya, limiting belief kehilangan kekuatannya dengan segera, setelah kita menganggap bahwa keyakinan itu mungkin tidak benar. Sebagai latihan mental, gunakan kemampuan untuk mempertanyakan keyakinan kita sendiri dan menemukan kemungkinan alternatif. Tantang diri kita untuk membayangkan dunia di mana asumsi kita mungkin salah.
Kita suka membayangkan diri kita menjadi korban dari limiting belief kita sendiri, tetapi kenyataannya adalah kita mengadopsi keyakinan ini karena keyakinan itu sudah bersama dengan kita dengan cara tertentu. Pada dasarnya kita berpegang pada limiting belief kita untuk alasan yang sama, untuk melindungi diri kita dari perjuangan dan kegagalan.
Terkadang juga kita sering berpegang pada limiting belief kita, karena hal tersebut membuat kita merasa istimewa, merasa benar sendiri, atau bahwa kita pantas mendapat perhatian khusus. Misalnya, karena kita lebih tua, kita harus dihormati dan dikasihani oleh yang lebih muda. Cari tahu bagaimana keyakinan kita dapat melayani kita dan tanyakan pada diri sendiri apakah itu benar-benar layak atau tidak.
Temukan hal-hal di mana kita mungkin salah. Kita tidak hanya menyimpan beberapa limiting belief, tetapi kita juga memiliki pilihan. Kita dapat memilih apa yang harus dipercaya dan mungkin bisa di rubah.
Dengan latihan berulang dalam memperhatikan limiting belief kita dan membayangkan hal baru untuk menggantikannya. Kita dapat belajar untuk memperhatikan keputusan kecil yang kita buat, berdasarkan keyakinan yang kita miliki. Dan saat itulah kita akan memiliki kendali lebih besar atas apa yang kita pilih untuk dipercayai.
(DK-TimKB)
Sumber Foto : Addicted 2 Success
Berita lainya
Terapi Kreatif: Mengungkap Potensi Penyembuhan Melalui Seni
Duck Syndrome: Menjaga Ketenangan Di Tengah Tekanan
Kesederhanaan: Kunci Hidup Bahagia Dan Seimbang