Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Apa yang Perlu Kita Ketahui Tentang Narcissistic Personality Disorder?


Kata narsisme banyak dilontarkan dalam budaya kita, sebagai orang yang terobsesi dengan selfie. Narsis juga didorong oleh rasa percaya diri yang tinggi dan ingin dipuji atau diakui. Sering juga untuk menggambarkan seseorang yang tampaknya terlalu sombong dan yakin dengan diri mereka sendiri. 

Namun dalam istilah psikologis, narsisme mungkin bisa dikatakan mencintai diri sendiri, tetapi bukan jenis yang tulus. Lebih akurat untuk mengatakan bahwa orang dengan gangguan kepribadian narsistik (Narcissistic Personality Disorder/NPD), mereka jatuh cinta dengan diri mereka sendiri. Mereka berpikir bahwa diri merekalah yang ideal dan sempurna. Justru karena hal itu, mereka cinta dan bangga terhadap diri mereka sendiri. Padahal mungkin justru mereka menghindari perasaan tidak aman yang mendalam.

Gangguan kepribadian narsistik melibatkan pola egois, pemikiran dan perilaku arogan. Serta kurangnya empati dan perhatian untuk orang lain, serta kebutuhan yang berlebihan untuk dikagumi. Dan juga orang dengan gangguan ini digambarkan sebagai orang yang sombong, manipulatif, egois, menggurui, dan menuntut. Cara berpikir dan berperilaku ini muncul di setiap area kehidupan narsisis. Mulai dari pekerjaan, media sosial, persahabatan hingga keluarga dan hubungan cinta.

Orang dengan gangguan kepribadian narsistik sangat resisten untuk mengubah perilaku mereka. Bahkan ketika hal itu pun menyebabkan masalah dalam kehidupan mereka. Kecenderungan mereka adalah untuk menyalahkan orang lain. Terlebih lagi, mereka sangat sensitif dan bereaksi buruk terhadap kritik, ketidaksepakatan, atau penghinaan sekecil apa pun, yang mereka pandang sebagai serangan pribadi.  

Bagi orang-orang yang hidup dalam lingkaran kehidupan narsisis, seringkali lebih mudah untuk mengikuti tuntutan mereka demi menghindari keributan dan kemarahan. Namun, dengan memahami lebih banyak tentang gangguan kepribadian narsistik, kita dapat mengenali narsisis dalam hidup kita, melindungi diri kita dan menetapkan batasan yang lebih sehat.

Sementara penyebab pastinya tidak diketahui, para peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada gangguan narsistik tersebut. Beberapa pengalaman kehidupan awal dianggap berkontribusi pada gangguan kepribadian narsistik, termasuk pelecehan atau trauma, pujian yang berlebihan, kurangnya lingkungan yang memvalidasi secara otentik, pemanjaan orang tua yang berlebihan, pola asuh yang salah, genetika dan biologi juga dianggap memainkan peran yang cukup besar. Meskipun penyebab pastinya kemungkinan sangat kompleks dan beragam.

Foto : Family-Love to Know

Seorang narsisis bisa sangat magnetis dan menawan. Mereka sangat pandai menciptakan citra diri yang fantastik dan menawan sehingga dapat menarik perhatian kita. Penting untuk diingat bahwa narsisis tidak mencari pasangan, mereka mencari pengagum yang patuh. Satu-satunya nilai diri kita bagi seorang narsisis, adalah sebagai seseorang yang dapat memberi tahu mereka betapa hebatnya mereka. Dan dapat menopang ego mereka yang harus terpuaskan. Keinginan dan perasaan kita tidak masuk hitungan.

Mungkin kita memiliki beberapa teman atau keluarga yang memiliki gangguan ini. Alangkah baiknya jika kita mengenali gangguan narsistik tersebut sebagai suatu akibat, sehingga kita bisa menolongnya dengan mencari akar permasalahannya. Akan tetapi, perlu diingat bahwa orang dengan gangguan narsistik biasanya sulit untuk ditegur, karena mereka lihai dalam memanipulasi dan berbohong. Dan mereka sangat resisten terhadap perubahan.

Menurut penelitian, diagnosis gangguan narsistik lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Lima puluh hingga 75% orang yang didiagnosis dengan gangguan ini adalah laki-laki.

Tantangannya adalah bahwa banyak orang dengan gangguan kepribadian ini tidak mencari pengobatan. Sampai gangguan tersebut mulai mengganggu secara signifikan atau berdampak pada kehidupan mereka. Misalnya mereka berkonflik dalam hubungan mereka karena tidak sesuai dengan standar yang mereka miliki. Dan biasanya gangguan narsistik ini diikuti oleh berbagai gangguan lainnya seperti kecemasan dan depresi. Dalam banyak kasus, mereka akan mencari bantuan untuk mengobati gangguan yang mengikuti, bukan gangguan narsistik itu sendiri.

Ketika seseorang dengan gangguan narsistik datang ke terapi, mereka tidak akan menyadari kesulitan yang mereka jalani mungkin berasal dari sifat kepribadian mereka sendiri. Mereka akan menyalahkan orang lain atas masalah mereka, dan terapi sebagai tempat curhat, mereka tidak mau menerima tanggung jawab apa pun. Selain itu, mereka sering tidak menyadari bahwa merekalah yang memiliki masalah.

Kadang ketika seseorang dengan gangguan ini tetap dalam terapi, mereka mungkin tidak menemukan alasan yang sah untuk berubah. Bagaimanapun, psikoterapi jangka panjang tampaknya merupakan pengobatan yang paling efektif untuk orang dengan gangguan narsistik.

Ketika orang tersebut berkomitmen untuk perawatan jangka panjang, mereka mungkin dapat mengatur dan memahami emosinya sendiri, mengidentifikasi perilaku dan sikap yang dapat menyebabkan konflik dengan orang lain. Serta mengembangkan kemampuan untuk mencegah dan mengubah perilaku, juga mengelola reaksi terhadap kritik.

(DK-TimKB)

Sumber Foto : Ogborne Law