Sebagai manusia, kita semua memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai. Hal ini menjadi dasar untuk menjadi manusia, dan merupakan kebutuhan emosional kita yang terdalam. Untuk mencintai orang lain, dan untuk sepenuhnya menerima cinta orang lain, pertama-tama kita harus mencintai diri sendiri. Adalah tentang memahami siapa kita sebenarnya di bawah semua label, doktrin dan kepercayaan, merasakan hubungan kita dengan segala sesuatu di sekitar kita, dan mengalami diri kita sebagai cinta itu sendiri.
Ada banyak langkah di sepanjang perjalanan menuju cinta diri, dan hal itu tidak terjadi dalam semalam. Bahkan, ada banyak penghalang di sepanjang jalan kita yang membuat kita tidak mengalami cinta terhadap diri. Jadi kita harus terlebih dahulu melepaskan hal-hal yang menghalangi cinta diri, terhubung dengan sumber cinta kita yang tak terbatas, dan pada akhirnya memahami sifat sejati kita, sebagai cinta.
Setiap kita lahir dengan memiliki identitas yang unik. Kita diberi nama dan berbagai label, biasanya berdasarkan minat dan keinginan orang tua, atau masyarakat. Kemudian, kita tumbuh teridentifikasi dengan label-label ini, meskipun kita tahu jauh di lubuk hati bahwa kita lebih dari sekadar hal-hal tersebut. Ketika kita belajar untuk mengidentifikasi lebih banyak terhadap peran kita sebagai manusia yang sudah terkondisi, kita lupa siapa kita sebenarnya.
Dari saat kita lahir, kita mulai menciptakan identitas individu. Sebagai bagian dari diri yang terpisah itu, kita mulai melihat ke luar untuk memenuhi kebutuhan kita. Dan sebagai makhluk sosial, kita cenderung melihat keluar untuk memenuhi kebutuhan emosional kita. Awalnya mendapatkan dan mencari cinta dari orang tua kita, dan mungkin kemudian dari keluarga besar dan teman lainnya. Seringkali, kita memenuhi kebutuhan ini dan merasa nyaman dengan siapa kita dan merasakan cinta itu sebagai ekspresi cinta.
Namun, kadang-kadang, kita merasa bahwa kebutuhan dicintai dan mencintai tidak terpenuhi, dan itu dapat mengganggu kemampuan kita untuk terhubung ke sumber cinta yang ada dalam diri kita. Hidup terasa kering dan hampa, sepertinya ada sesuatu yang hilang. Kebutuhan emosional kita yang terdalam adalah cinta, yang dapat ditunjukkan kepada kita dalam berbagai cara.
Para psikolog juga menggambarkan cara kita merasa dicintai adalah sebagai kebutuhan emosional inti kita. Termasuk, perhatian, rasa ingin didengarkan, kasih sayang, kepedulian dan juga penghargaan serta penerimaan. Ketika kebutuhan ini tidak dipenuhi oleh orang tua atau keluarga kita, kita mungkin tidak bisa untuk mencintai, apalagi mencintai diri sendiri.
Kita mencari keluar untuk memenuhi kebutuhan emosional kita. Kita mencari cinta, dan emosi kita perlu dipenuhi, dari orang yang ada di luar diri kita. Ketika kita masih sebagai anak-anak, hal ini sangat perlu. Dan ketika kita menjadi dewasa, kita dapat mulai beralih mencari cinta. Dan karena cinta sudah menjadi kebutuhan kita, jika kita tidak mencapai apa yang kita inginkan untuk dicintai, akhirnya kita menjadi rapuh. Bisa jadi akhirnya mencari pengakuan atau validasi dari sekitar kita atau media sosial. Bisa juga dengan membeli teman, dengan cara mentraktir mereka di cafe, atau memberikan hadiah-hadiah untuk orang lain. Semua itu hanya sementara, dan kita tidak juga bisa memenuhi rasa ingin dicintai dan mencintai.
Kita dapat memenuhinya dari dalam diri kita. Kita dapat mencintai diri kita sendiri. Ketika diri kita menjadi tujuan cinta itu, kita memenuhi kebutuhan kita akan perhatian dengan mendengarkan suara hati kita secara mendalam, melalui latihan seperti refleksi diri, kontemplasi, dan meditasi.
Memberi diri kita kasih sayang dengan merawat pikiran dan tubuh kita melalui praktik gaya hidup sehat. Kita menghargai diri dengan memperhatikan dan respek terhadap talenta dan bakat unik kita. Kita menerima diri kita sendiri dengan melihat seluruh diri kita yang otentik sepenuhnya tanpa perlu mengubahnya.
Ada tempat di dalam diri kita yang bebas dari pemikiran dan pendapat dunia luar. Bebas dari kondisi yang membatasi kita. Sumber cinta di dalam diri kita dan kita memiliki akses ke sumber itu kapan saja. Dengan mengakses sumber cinta yang ada di dalam diri, kita menjadi lebih mengenal diri sendiri, mendapatkan perhatian, kasih sayang, penghargaan, dan penerimaan diri dari dalam.
Mencintai diri sendiri termasuk mencintai bayangan diri sepenuhnya, menerima diri seutuhnya. Artinya juga kita dapat melihat karunia dan bakat unik kita, serta menerima kekurangan diri kita sendiri tanpa penilaian, hanya menerimanya.
Shadow self atau bayangan diri, juga menjadi bagian dari diri kita. Apa itu bayangan diri? Ada banyak cara untuk menggambarkannya. Tetapi pada dasarnya, bayangan diri adalah bagian dari kepribadian kita yang kita coba sembunyikan dari orang lain. Dan kadang dari diri kita sendiri. Seiring berjalannya kehidupan kita sejak kecil, kita belajar dalam hidup, bahwa ada sifat-sifat yang tidak dapat diterima oleh keluarga atau masyarakat. Kita mulai menyembunyikan bagian-bagian itu, dan mungkin hanya menunjukkannya kepada orang-orang tertentu.
Masalahnya semakin sulit ketika kita berusaha untuk tidak menunjukkan aspek-aspek diri kita sendiri, semakin sulit kita menjadi diri kita sendiri. Seperti memegang bola di bawah air. Dibutuhkan banyak energi untuk menyingkirkan bagian dari diri kita sendiri. Selain itu, karakteristik bayangan kita dapat membuat kita berperilaku dengan cara yang tidak sehat. Misalnya, kita diajar untuk tegar setiap saat, selalu positif, tidak menangis, selalu harus berjuang dan lain-lain. Sebagai orang dewasa, kita kadang merasa lemah dan menyembunyikan atau menolak diri emosional kita, padahal kita tidak selamanya bisa kuat, lalu kita berpura-pura kuat. Ini kemudian dapat menyebabkan dinamika yang tidak sehat. Juga dapat mengganggu kesempatan untuk mengalami cinta diri, karena kita tidak membuka diri untuk mencintai diri sendiri.
Kenyataannya adalah bahwa kita hanya dapat mengalami dua aspek sebagai kontras. Kita hanya bisa memahami cahaya dengan membandingkannya dengan gelap. Kita hanya mengerti siang hari dengan memiliki yang sebaliknya, yaitu malam. Paham arti pahit dan juga tau apa itu manis. Jadi, setiap aspek diri kita secara alami datang bersama dengan yang sebaliknya.
Merangkul bayangan kita sangat penting dalam perjalanan menuju kesadaran diri dan cinta diri. Ketika kita berdamai dengan semua aspek diri kita sendiri, kita secara spontan berdamai dengan apapun yang kita hadapi.
Langkah terakhir dalam perjalanan cinta diri kita adalah menjadi cinta itu sendiri, di mana kita tidak hanya mengalami cinta, tetapi kita mengidentifikasi diri kita sebagai cinta. Kita harus menyadari bahwa kita bukan sensasi fisik yang terus berubah yang kita sebut ‘tubuh’, dan kita bukan pengalaman mental sementara yang kita sebut ‘pikiran atau emosi’. Sebaliknya, kita mulai mengidentifikasi dengan kesadaran itu sendiri. Kesadaran menyaksikan aktivitas tubuh dan pikiran. Kita ada dalam kesadaran saat ini (present moment). Dan ketika kita mengalami present momentsepenuhnya, kita melepaskan definisi eksternal, ego tentang siapa kita, dan kita menjadi cinta murni. Inilah inti dari siapa kita. Semakin kita melakukan ini, semakin kita bisa melihat apapun dari perspektif cinta. Kita merangkul semua aspek diri kita dan bergabung menjadi satu diri, cinta tanpa syarat (unconditional love).
Meditasi adalah praktik yang memungkinkan kita untuk mengalami diri kita sebagai kesadaran murni dan pada akhirnya merupakan pintu untuk mengalami lebih banyak cinta dalam hidup kita. Dengan latihan teratur kita mulai merangkul semua yang ada dalam diri kita, dan juga melihat dengan jelas bahwa kita adalah potensi yang tak terbatas.
Ketika kita mempraktikkan cinta diri (self love), kita membiarkan cinta memiliki tempat yang selayaknya di pusat kehidupan kita, dan semua pengalaman hidup kita menjadi kesempatan untuk menjadi cinta. Kita memahami diri kita bukan hanya sebagai pengalaman fisik dan mental sementara kita, tetapi sebagai sumber cinta universal yang tak terbatas dan abadi.
(DK-TimKB)
Sumber Foto : Shivaloka
Berita lainya
Bagaimana Kebosanan Bisa Menjadi Sumber Kreativitas Anda?
Fleksibilitas Mental: Kunci Menghadapi Dunia Yang Dinamis
Mengenal Dan Mengatasi Fanxiety