Belajar adalah proses yang berkelanjutan dalam hidup, dan tidak akan pernah berakhir. Sejak kita lahir, kita belajar dari orang tua dan keluarga. Lalu kita belajar dari guru, teman, buku, media, internet, dan sebagainya. Seringkali kita dibombardir dengan beberapa sudut pandang dan nasehat, dalam hal bagaimana kita menjalani hidup di dunia di mana kita sering menghadapi perselisihan, kekecewaan, frustrasi, turbulensi batin, putusnya hubungan, tekanan di tempat kerja, dan lain-lain. Walaupun kita bertemu guru yang hebat, tidak jarang kita masih menemukan diri kita merasa tidak berdaya, merasa tidak mampu mengatasi tantangan kompleks kehidupan yang kita jalani.
Akan tetapi, saat kita membiarkan diri kita menata dan merapikan pikiran kita, mundur beberapa langkah, diam dalam hening dan hanya menjadi pengamat alam semesta, kita akan menemukan beberapa pelajaran yang dapat kita pelajari dan pahami. Sehingga dapat memberikan kontribusi pada kedamaian batin kita, terlepas dari kekacauan yang mungkin kita temukan di dunia luar sana.
Saat kita melihat bukit, pemandangan yang indah, dan melakukan perjalanan dan menjelajahi alam, dapatkah kita melihat sesuatu disana? Sayangnya kebanyakan dari kita gagal untuk mengamati, mendengarkan, dan memahami ilmu yang diajarkan oleh alam semesta kepada kita, setiap hari dengan caranya yang halus dan seringkali tidak tampak.
Matahari tidak bersinar untuk beberapa pohon saja, tetapi untuk kebahagiaan semua makhluk di bumi yang luas ini
Alam begitu baik, tanpa pamrih dan tidak mengharapkan imbalan apa pun. Mungkin itu bentuk paling murni dari apa pun yang kita ketahui. Selalu ada beberapa kata untuk menggambarkan keindahannya. Namun terlepas dari keindahannya, ada banyak nilai yang bisa diamati di alam dan dipelajari darinya.
Meskipun ada banyak hal yang dapat dipelajari dari alam hanya dengan mengamatinya, hidup di dalamnya, dan merasakannya, tetapi mungkin hanya beberapa saja yang dapat kita pahami dan lukiskan dengan kata-kata terbatas yang kita miliki.
Kita pasti melihat dunia ini dengan kesetaraan dan persamaan bagi siapapun yang tinggal dan hidup di bumi ini. Matahari menyinari semua makhluk, dan matahari tidak pilih kasih.
Alam adalah contoh terbaik dari pelayanan tanpa pamrih. Alam memberikan kita udara untuk bernafas, air untuk diminum, makanan untuk dimakan, dan tanah untuk tumbuh tanpa mengharapkan imbalan apa pun.
Demikian pula, kita juga harus tidak mementingkan diri sendiri dalam hidup kita. Sebagian besar alasan orang tidak puas adalah karena harapan mereka. Harapan dan ekspektasi, serta pengakuan dari kehidupan, orang, teman dan keluarga.
Kita selalu melakukan sesuatu untuk mendapatkan imbalan dan bahkan tidak berpikir untuk melakukan pekerjaan yang tidak memberikan imbalan apa pun. Sebaliknya, kita sebaiknya melakukan peran kita tanpa terlalu memikirkan imbalannya. Kita yang sepatutnya melakukan perbuatan baik untuk orang lain, melakukan pelayanan tanpa pamrih untuk mereka yang membutuhkan. Semata-mata karena, alampun tanpa pamrih melayani kita dengan sinar matahari, udara yang kita hirup, air yang kita minum, serta apa yang kita makanpun berasal dari alam.
Berikan kepada dunia yang terbaik yang kita miliki, dan yang terbaik akan kembali padamu
Alam telah menetapkan waktu yang tetap untuk semua hal, dan mereka semua memberi diri mereka pada waktu itu saja, dengan kecepatannya masing-masing. Tidak ada yang terburu-buru atau dilakukan sebelum atau sesudah itu.
Tetapi jika kita melihat sekeliling kita, maka cukup jelas bahwa kita semua selalu dalam keadaan terburu-buru. Kita ingin semuanya dilakukan lebih awal dan sering kehilangan kesabaran. Kita sebaiknya memahami bahwa banyak kesalahan dapat dihindari hanya dengan bersabar dan berproses.
Pepohonan dan tanaman, perhatikan cara mereka yang selalu memberi kita buah, sayuran, naungan, dan oksigen penting yang sangat kita diperlukan untuk keberlangsungan hidup kita. Pemberian ini tidak bersyarat . Mereka memberi karena itulah sifat mereka. Selain itu, saat memberi, mereka tidak menghakimi dengan membedakan antara makhluk hidup mana pun, baik hewan, orang suci, pengemis, penjahat, atau bahkan seorang pejabat. Sekali lagi ketika mereka memberi, mereka melakukannya tanpa harapan untuk mendapatkan kembali apa pun dari kita.
Pelajaran yang kita petik dari cerita diatas adalah, cinta tanpa syarat. Mari kita belajar memberi, tidak berharap atau berekspektasi yang nantinya akan membuat kita terluka. Saat kita memberi dengan kemurnian pikiran dan niat, kita akan menerimanya. Sudah menjadi suatu hukum yang terjadi di alam ini. Semesta akan berkonspirasi untuk mewujudkannya.
Sekarang perhatikan juga bahwa setiap kali ada hujan dan angin, pohon tidak tetap kaku dalam posturnya dan menahan angin, melainkan membiarkan daun dan cabangnya meliuk dan bergoyang mengikuti angin. Bahkan mungkin akarnya akan terguncang dan terganggu. Pohon memilih untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang berubah dengan menjadi fleksibel dan di situlah letak “kekuatan” daripada “kelemahan”-nya.
Apakah yang dapat kita pahami disini tentang bagaimana kita beradaptasi dalam goyangan “angin” masalah yang kita temui?
Ketika kita mengamati aliran air yang mengalir, kita akan melihat beberapa aspek kunci. Ada vitalitas tertentu dalam arus. Ada aliran yang bening dan bersih, ada yang keruh dan kotor. Dan untuk tetap mengalir adalah sifat dari aliran air. Ada rasa harmoni dan melodi yang terlepas dalam alirannya dan tetap tidak terganggu oleh sampah, bebatuan, atau apapun yang mungkin ditemui selama alirannya.
Alih-alih menghentikan alirannya, air hanya menaiki bebatuan kecil, melewati bongkahan batu besar dan melanjutkan alirannya. Dengan melakukan itu, ia dengan sederhana dan anggun menerima keberadaan bebatuan dan bongkahan batu, dan tidak menghakiminya, tidak bergumul dengannya dan hanya memutuskan apa yang perlu dilakukannya untuk melanjutkan aliran dan mengalaminya. Pada saat ia menemui jalan buntu dan tidak dapat melewati rintangan, ia tidak menyerah tetapi hanya mengubah jalurnya dan sekali lagi melanjutkan alirannya tanpa terhalang.
Lalu apakah yang dapat kita pelajari dan pahami dari air yang mengalir tersebut? Kita perlu belajar mengikuti arus kehidupan dengan patuh dan penuh kasih. Menjalankan “peran” yang telah ditetapkan oleh Tuhan untuk kita, yang telah dipilih oleh jiwa kita, sebagai bagian dari perjalanan kehidupan kita. Tetap stagnan akan “memperkeruh” hidup kita.
Bebatuan, sampah dan penghalang lainnya, mewakili masalah yang pasti akan kita hadapi dalam hidup kita. Apa yang perlu kita lakukan adalah menerimanya dengan kesadaran dan tanpa penilaian. Dalam kesadaran, bahwa kita memiliki kapasitas yang melekat untuk melewati rintangan ini dan melanjutkan aliran hidup kita dengan melepaskan kemelekatan tersebut.
(DK-TimKB)
Sumber Foto : Mindful.org
Berita lainya
Terapi Kreatif: Mengungkap Potensi Penyembuhan Melalui Seni
Duck Syndrome: Menjaga Ketenangan Di Tengah Tekanan
Kesederhanaan: Kunci Hidup Bahagia Dan Seimbang