Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Joe Frazier, Seteru Abadi Ali Dan Foreman


Jakarta – Selain Ken Norton, petinju hebat kelas berat lain yang pernah mengkanvaskan Muhammad Ali adalah Joe Frazier. Penampilannya yang bengis di wajahnya yang memang menakutkan, membuat para lawannya sudah kena mental sebelum bertanding. Muhammad Ali pun sempat kena mental namun bisa ditutupi dengan gayanya yang menjatuhkan mental lawan dengan ucapan ucapannya sebelum pertandingan. Usai keduanya pensiun, mereka menjadi kawan baik hingga akhir hayat, juga bersama mantan rival mereka George Foreman.

Joseph William Frazier, yang lebih dikenal dengan nama panggilan Smokin Joe, adalah salah satu petinju terbesar dalam sejarah tinju. Lahir pada 12 Januari 1944 di Beaufort, Kalifornia Selatan, Amerika Serikat, Joe Frazier tumbuh dalam keluarga yang tertarik dengan olahraga tinju. Keluarganya membeli televisi hitam putih pada awal tahun 1950-an, dan itulah pertama kalinya Joe melihat aksi tinju di layar. Ia terpesona melihat petinju legendaris seperti Rocky Marciano, Sugar Ray Robinson, Rocky Graziano, dan Willie Pep.

Terinspirasi oleh komentar pamannya yang berkata bahwa dia akan menjadi petinju terbaik di masa depan, Joe mulai melatih dirinya sendiri di rumah dengan menggunakan karung tinju yang diisi dengan lumut, kain perca, batu bata, dan tongkol jagung. Dia mengembangkan hasrat yang kuat untuk menjadi petinju dan berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan mencapai puncak kesuksesan dalam dunia tinju.

Foto: fightcity.com

Pada tahun 1959, saat berusia 15 tahun, Joe meninggalkan rumahnya dan bergabung dengan kakaknya, Tommy, di New York. Ia memiliki impian besar untuk menjadi petinju terbaik dan dia yakin bahwa New York adalah tempat yang tepat untuk mewujudkannya. Pada tahun 1961, Joe memutuskan untuk menghidupkan kembali mimpinya dan bergabung dengan gym Liga Atletik Polisi di Philadelphia.

Di gym ini, Joe mendapatkan bimbingan dari Duke Dugent, manajer gym, dan Yancey Durham, pelatihnya. Mereka membantu Joe meningkatkan keterampilan tinjunya dan juga membantu menurunkan berat badannya hingga mencapai 190 pound. Joe Frazier adalah contoh nyata kerja keras dan tekad yang kuat untuk mencapai tujuan. Dia melatih dengan tekun dan tidak kenal lelah, berusaha menjadi petinju terbaik yang bisa ia menjadi.

Pada tahun 1962, Joe Frazier berhasil memenangkan gelar kelas berat pemula di turnamen “Sarung Tangan Emas Philadelphia”. Prestasinya dalam turnamen ini menjadi pembuktian bahwa ia memiliki bakat dan potensi yang luar biasa dalam dunia tinju. Ia semakin mendapatkan pengakuan dan perhatian sebagai seorang petinju yang menjanjikan.

Kemudian, pada Olimpiade 1964 di Tokyo, Joe Frazier menghadapi Hans Huber dari Jerman untuk memperebutkan medali emas. Meskipun Joe mengalami patah ibu jari kiri saat pertandingan berlangsung, hal itu tidak menghentikannya. Dengan keberanian dan ketekunan yang luar biasa, Joe naik ke dalam ring dan akhirnya memenangkan medali emas. Prestasi ini membuktikan bahwa Joe adalah petinju yang tangguh dan memiliki mental juara.

Setelah sukses di Olimpiade, Joe Frazier memutuskan untuk beralih ke tinju profesional. Pada 16 Agustus 1965, ia melakukan debut profesionalnya dengan menghadapi Woody Goss dan berhasil memenangkan pertarungan dengan technical knockout di babak pertama. Dalam beberapa tahun berikutnya, Joe Frazier meraih kemenangan demi kemenangan dan naik peringkat sebagai salah satu penantang terbaik untuk gelar kelas berat dunia.

Pada 8 Maret 1971, pertarungan yang akan dikenang sepanjang masa terjadi antara Joe Frazier dan Muhammad Ali di Madison Square Garden. Pertarungan ini dikenal dengan sebutan “Pertarungan Abad Ini”. Pertarungan itu berlangsung sengit dan dramatis, tetapi pada ronde ke-15, Joe Frazier mengirimkan hook kiri legendarisnya yang menghantam wajah Ali. Ali terjatuh dan Joe Frazier memenangkan pertarungan tersebut. Ini adalah kemenangan yang sangat penting dalam karier Joe Frazier dan membuat namanya semakin melekat dalam dunia tinju.

Foto: sportingnews.com

Namun, pada Januari 1973, Joe Frazier kehilangan gelar kelas berat dunianya dalam pertarungan melawan George Foreman. Kekalahan ini juga membuka jalan bagi pertarungan ulang antara Joe Frazier dan Muhammad Ali. Pada 28 Januari 1974, di Madison Square Garden, mereka bertemu untuk pertarungan kedua kalinya. Sayangnya, Joe Frazier kalah dalam pertarungan yang berlangsung sangat sengit ini.

Namun, duel legendaris antara Joe Frazier dan Muhammad Ali belum berakhir. Pada 1 Oktober 1975, di Manila, Filipina, mereka bertemu untuk pertarungan ketiga dan terakhir yang dikenal sebagai “The Thrilla in Manila”. Pertarungan ini menjadi salah satu pertarungan paling brutal dan menguras energi dalam sejarah tinju. Kedua petinju saling berhadapan dengan sengit, tetapi pada ronde ke-14, Joe Frazier tidak dapat melanjutkan pertarungan karena kelelahan yang parah. Pertarungan itu dihentikan, dan Ali dinyatakan sebagai pemenang. Pertarungan ini memperlihatkan keberanian dan ketangguhan Joe Frazier meskipun pada akhirnya ia harus mengalami kekalahan.

Setelah kekalahan dari Foreman pada 15 Juni 1976, dalam pertarungan yang dikenal sebagai “Battle of the Gladiators” untuk kejuaraan kelas berat NABF, Joe Frazier memutuskan untuk mengakhiri karier tinjunya. Meskipun telah mengalami kekalahan dan kesulitan, ia tetap diingat sebagai salah satu petinju terhebat dalam sejarah olahraga.

Joe Frazier tidak hanya meninggalkan jejak dalam dunia tinju, tetapi juga dalam budaya populer. Ia membuat penampilan cameo singkat di film pertama “Rocky”. Selain itu, ia juga muncul dalam dua episode “The Simpsons” dan menjadi karakter dalam seri permainan video “Fight Night”.

Pada tahun 1990, Joe Frazier dihormati dengan masuk ke dalam “Hall of Fame Tinju Internasional”. Penghargaan ini merupakan pengakuan atas prestasinya sebagai salah satu petinju terbesar sepanjang masa.

(EA/timKB).

Sumber foto: arabnews.com