Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Butet, Sang Peraih Emas Olimpiade


Jakarta – Bulu tangkis merupakan salah satu olahraga yang sangat populer di Indonesia. Di antara banyak atlet bulu tangkis yang telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, Liliyana Natsir, atau lebih akrab disapa Butet, menjadi salah satu legenda yang tak terlupakan. Dengan prestasi dan dedikasinya yang luar biasa, Butet telah menginspirasi banyak orang dan meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam dunia olahraga.

Butet dilahirkan pada 9 September 1985 di Manado, Sulawesi Utara. Sejak duduk di sekolah dasar, ia sudah menunjukkan bakatnya dalam bulu tangkis dengan bergabung di klub bulu tangkis Pisok Manado. Tekadnya untuk berkiprah di dunia bulu tangkis begitu kuat, sehingga ia rela tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah lulus dari SD, Butet memutuskan untuk pergi ke Jakarta dan bergabung dengan klub PB Tangkas.

Dalam upayanya untuk menjadi pemain bulu tangkis yang handal, Butet tidak pernah mengenal lelah. Ia selalu menambah porsi latihan dan berusaha keras untuk meningkatkan kemampuannya. Dedikasi dan kerja kerasnya segera membuahkan hasil, dan ia berhasil meraih beberapa kejuaraan dalam karier awalnya.

Awal karier profesional Butet dimulai ketika ia berpasangan dengan Natalia Christine Poluakan di nomor ganda putri. Namun, pelatih Richard Mainaky melihat potensi yang lebih besar pada Butet dan memutuskan untuk memasangkan Butet dengan Nova Widianto di nomor ganda campuran sejak tahun 2004. Keputusan ini ternyata tepat, karena pasangan Nova Widianto-Liliyana berhasil meraih banyak gelar juara, termasuk gelar di Singapore Open, SEA Games, Taiwan Open, dan Indonesia Open. Prestasi yang paling mengesankan adalah saat mereka berhasil meraih gelar juara dunia di Amerika Serikat pada tahun 2005 dan di Malaysia pada tahun 2007.

Foto: detik.com

Namun, pada tahun 2009, pasangan Nova Widianto-Liliyana memutuskan untuk berpisah. Usia Nova yang sudah 35 tahun saat itu menjadi alasan utama bagi Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) untuk mengakhiri pasangan yang memiliki selisih usia yang cukup jauh. Meski terjadi perubahan dalam pasangannya, Butet tak membutuhkan waktu lama untuk menemukan pasangan barunya. Tontowi Ahmad, atau yang akrab disapa Owi, dipilih untuk menjadi pasangan Butet.

Kemitraan antara Butet dan Owi terbukti sangat sukses. Mereka dengan cepat beradaptasi satu sama lain dan meraih berbagai gelar juara dalam waktu singkat. Pada tahun 2010, mereka berhasil menjuarai turnamen Macau Open Grand Prix Gold, yang menjadi langkah awal kejayaan mereka sebagai pasangan. Tahun-tahun berikutnya, Butet dan Owi semakin kompak dan meraih banyak gelar juara, termasuk Malaysia Open GP Gold, Sunrise India Open Super Series, Swiss Open, dan masih banyak lagi. Prestasi yang paling mengesankan adalah saat mereka berhasil meraih gelar juara dunia di Guangzhou, Cina.

Kesuksesan Butet tak berhenti di level turnamen internasional. Pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil, Butet berhasil merebut medali emas dalam nomor ganda campuran. Kemenangan ini tidak hanya mengukir sejarah, tetapi juga membanggakan Indonesia.

Keberhasilan Butet juga tercermin dari peringkat dunia yang ia raih bersama pasangannya. Bersama Nova Widianto, mereka berhasil meraih peringkat satu dunia pada September 2010. Sementara itu, bersama Tontowi Ahmad, mereka mencapai peringkat satu dunia pada Mei 2018.

Prestasi dan dedikasi Butet tidak hanya diakui di dalam negeri, tetapi juga mendapat apresiasi di tingkat internasional. Namanya akan selalu dikenang sebagai salah satu legenda bulu tangkis Indonesia yang telah memberikan kontribusi besar bagi olahraga ini.

(EA/timKB).

Sumber foto: thejakartapost