Jakarta – Scottie Pippen, nama yang sangat dikenal oleh penggemar bola basket di seluruh dunia. Meskipun namanya sering kali tertutup oleh bayang-bayang rekan setimnya yang legendaris, Michael Jordan, prestasi dan perjuangan Pippen untuk mencapai puncak dunia bola basket tetap menjadi kisah inspiratif bagi banyak orang.
Lahir di Hamburg, Arkansas, Amerika Serikat pada 25 September 1965, Scotty Maurice Pippen Sr. atau yang lebih akrab dipanggil Scottie Pippen memang memiliki darah bola basket sejak kecil. Mimpi seorang anak kecil yang ingin menjadi pemenang di game ketujuh kejuaraan NBA bukanlah angan-angan semata. Di Sekolah Menengah Hamburg, Pippen bermain untuk tim bola basket Singa Hamburg. Berkat bakat dan ketekunannya, Pippen mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi dan bermain bola basket di University of Central Arkansas. Disana, ia menunjukkan kualitas permainannya dengan mencetak rata-rata 17,2 poin per game selama empat tahun bermain.
Mimpi untuk bermain di NBA semakin nyata ketika Pippen mendaftarkan diri pada draft NBA 1987. Dia dipilih oleh Seattle SuperSonics sebelum akhirnya bergabung dengan Chicago Bulls. Debutnya di NBA terjadi pada 7 November 1987 melawan Philadelphia 76ers. Meskipun baru pertama kali bermain, ia mampu mencetak 10 poin. Musim pertamanya di NBA diakhiri dengan rata-rata 7,9 poin per game.
Seiring berjalannya waktu, performa Pippen meningkat pesat. Pada musim 1988-89, ia mencetak rata-rata 14,4 poin per pertandingan. Berkat performanya yang mengesankan, Pippen dipilih untuk NBA All-Star Team di musim berikutnya.
Di bawah asuhan pelatih Phil Jackson, Pippen berkembang menjadi salah satu pemain kunci Chicago Bulls. Bersama Michael Jordan, Pippen mengantarkan Chicago Bulls memenangkan kejuaraan NBA pada musim 1990-91, 1991-92, dan 1992-93. Namun, kejayaan Bulls tidak berhenti disitu.
Ketika Jordan pensiun, Pippen menjadi pemimpin utama Bulls. Meskipun mengalami beberapa tantangan dan kontroversi, seperti insiden dengan pelatih Jackson pada Game 3 semifinal Wilayah Timur melawan New York Knicks, Pippen tetap menunjukkan kualitas terbaiknya.
Kembalinya Jordan ke NBA memberikan angin segar bagi Bulls. Dengan tambahan pemain bintang lainnya seperti Dennis Rodman, Bulls mampu memenangkan tiga kejuaraan NBA berturut-turut pada musim 1995-96, 1996-97, dan 1997-98.
Setelah periode keemasan bersama Bulls, Pippen melanjutkan karirnya bersama Houston Rockets dan Portland Trail Blazers sebelum kembali dan mengakhiri karir NBA-nya bersama Chicago Bulls. Tak hanya di NBA, Pippen juga menorehkan prestasi di tingkat internasional. Dia adalah bagian dari “The Dream Team” yang memenangkan medali emas di Olimpiade Barcelona 1992 dan “The Dream Team 3” di Olimpiade Atlanta 1996. Selain karir bola basketnya, Pippen juga dikenal di dunia hiburan. Banyak lagu, acara TV, dan literatur yang mengangkat nama dan prestasinya.
Setelah bermain selama 17 musim di NBA dan memenangkan enam kejuaraan NBA, Pippen dianggap sebagai salah satu small-forward terhebat sepanjang masa. Meskipun sering berada di bayang-bayang Michael Jordan, Pippen tetap menjadi legenda dalam dunia bola basket. Kisah hidup dan perjuangannya menjadi inspirasi bagi banyak orang, menunjukkan bahwa dengan kerja keras dan dedikasi, mimpi apapun bisa menjadi kenyataan.
(EA/timKB).
Sumber foto: nba.com
Berita lainya
Stanislas Wawrinka: Perjalanan Sang Juara Grand Slam
Rocky Marciano Gantung Sarung Tinju
Dara Torres: Legenda Renang Dengan 12 Medali Olimpiade