Kekerasan tidak selalu berwujud fisik. Banyak orang mengalami kekerasan yang tak kasat mata, namun memiliki dampak mendalam, yakni kekerasan verbal. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam mengenai kekerasan verbal, tanda-tandanya, dampaknya, dan langkah yang dapat diambil jika mengalaminya.
Pengertian Kekerasan Verbal
Kekerasan verbal merujuk pada kata-kata atau ucapan yang digunakan untuk mengontrol, melukai, atau merendahkan seseorang. Ini bisa termasuk bentakan, cacian, penghinaan, atau bahkan sindiran yang menyakitkan.
Kebanyakan orang beranggapan bahwa jika mereka dianiaya secara verbal, mereka akan mengetahuinya. Bagaimanapun, pelecehan verbal sering kali melibatkan perilaku membentak, merendahkan, mencaci-maki, dan meremehkan. Namun ada lebih banyak pelecehan verbal daripada yang disadari orang. Beberapa orang sering dianiaya secara verbal tanpa menyadarinya.
Tanda Kekerasan Verbal
• Perasaan terus-menerus direndahkan atau dikritik.
• Kerap kali merasa ditakut-takuti atau diancam.
• Kesulitan berbicara atau berpendapat tanpa takut.
• Merasa selalu bersalah atau salah tanpa alasan yang jelas.
• Bereaksi berlebihan terhadap masalah kecil untuk menimbulkan rasa malu atau takut
• Menyalahkan
• Mencoba mempermalukan Anda
Jenis Kekerasan Verbal
• Penghinaan dan Nama Panggilan: Menggunakan kata-kata yang merendahkan seperti “bodoh” atau “jelek”.
• Ancaman: Mengancam akan melakukan sesuatu yang berbahaya atau merugikan.
• Menyalahkan: Menyalahkan korban atas semua masalah atau kesalahan.
• Isolasi: Mengontrol dengan siapa korban berbicara atau bersosialisasi.
• Gaslighting: Membuat seseorang meragukan realitas dan ingatannya.
• Penilaian (Judgement): Jenis pelecehan verbal ini melibatkan sikap meremehkan korban, tidak menerima korban apa adanya, atau memaksakan harapan yang tidak realistis pada korban.
• Manipulasi: Menggunakan kata-kata untuk memanipulasi dan mengendalikan orang lain juga merupakan salah satu jenis pelecehan verbal. Hal ini dapat mencakup membuat pernyataan seperti, “Jika kamu benar-benar mencintaiku, kamu tidak akan berbicara dengan orang lain tentang hubungan kita,” atau menggunakan rasa bersalah untuk membuat kamu melakukan hal-hal tertentu.
• Sikap merendahkan: Meskipun sering kali disamarkan sebagai humor, komentar sarkastik yang dimaksudkan untuk meremehkan dan merendahkan orang lain dapat merupakan bentuk pelecehan verbal.
• Kritik: Ini melibatkan komentar kasar dan terus-menerus yang dimaksudkan untuk membuat orang tersebut merasa buruk tentang dirinya sendiri dan tidak membangun tetapi disengaja dan menyakitkan. Kritik bisa menyakitkan baik di depan umum maupun pribadi, terutama jika orang tersebut hanya bersikap jahat dan tidak berniat bersikap konstruktif.
• Ejekan: Biasanya, orang yang melakukan pelecehan verbal akan menjadikan Anda sasaran lelucon mereka. Hal ini dapat dilakukan secara pribadi atau secara langsung. Namun jika Anda tidak menganggapnya lucu, maka itu bukanlah kesenangan yang tidak berbahaya. Terlebih lagi, orang yang melakukan pelecehan verbal biasanya memilih lelucon yang menyerang area di mana Anda merasa rentan atau lemah.
• Menahan diri atau Mendiamkan: Jenis pelecehan verbal ini melibatkan penolakan untuk memberikan kasih sayang atau perhatian, termasuk berbicara dengan Anda, menatap Anda, atau bahkan berada di ruangan yang sama dengan Anda.6 Contoh menahan atau mengabaikan termasuk diam atau diam terhadap seseorang.
Dimana Kekerasan Verbal Bisa Terjadi?
• Dalam Hubungan Romantis: Pasangan mungkin menggunakan kata-kata sebagai alat untuk mengontrol atau merendahkan.
• Di Tempat Kerja: Bos atau rekan kerja mungkin menggunakan kekerasan verbal untuk mengintimidasi atau mendominasi.
• Di Sekolah: Anak-anak dan remaja dapat mengalami bullying verbal dari teman sebaya.
• Dalam Keluarga: Anggota keluarga mungkin menggunakan kata-kata untuk merendahkan atau mengontrol.
Dampak dari Kekerasan Verbal
Pelecehan verbal dapat berdampak pada setiap elemen kehidupan, mulai dari kinerja akademis, hubungan, hingga kesuksesan di tempat kerja. Sama seperti bentuk pelecehan atau intimidasi lainnya, pelecehan verbal memiliki konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang, termasuk:
• Penurunan harga diri dan rasa percaya diri.
• Gangguan tidur dan makan.
• Kecemasan, depresi, atau stres pasca-traumatik.
• Kesulitan dalam menjalin hubungan yang sehat di masa depan.
• Perubahan suasana hati
• Perasaan malu, bersalah, dan putus asa
• Penarikan diri dan isolasi sosial
• Penggunaan zat
Apa yang Harus Dilakukan Jika Terjadi Kekerasan Verbal
• Pahami bahwa Anda Tidak Bersalah: Kekerasan verbal adalah tentang kontrol, bukan tentang kesalahan Anda.
• Bicarakan dengan Orang yang Anda Percayai: Teman, anggota keluarga, atau profesional.
• Buat Batasan: Jika mungkin, hindari pihak yang menyebabkan Anda merasa terancam.
• Pertimbangkan Konseling: Terapis atau kelompok dukungan dapat membantu Anda memproses dan mengatasi trauma.
• Akhiri Hubungan: Jika tidak ada tanda-tanda bahwa pelecehan verbal akan berakhir, atau orang tersebut berniat memperbaiki perilakunya, Anda mungkin perlu mengambil langkah untuk mengakhiri hubungan. Sebelum melakukannya, bagikan pemikiran dan ide Anda dengan teman, anggota keluarga, atau konselor yang tepercaya. Anda mungkin juga ingin membuat rencana keselamatan jika pelecehan meningkat saat Anda memutuskan hubungan.
Kapan Mencari Bantuan Profesional
Jika Anda merasa terancam, mengalami trauma berkelanjutan, atau kesulitan mengatasi dampak kekerasan verbal, segera cari bantuan profesional. Terapis atau konselor dapat memberikan dukungan, sumber daya, dan strategi untuk membantu Anda pulih.
Kekerasan verbal adalah bentuk kekerasan yang seringkali tidak mendapatkan perhatian yang layak, namun dampaknya bisa sangat merusak. Penting untuk mengenali tanda-tandanya, mengetahui bagaimana cara menghadapinya, dan kapan harus mencari bantuan. Dengan pendidikan dan kesadaran, kita dapat berkontribusi dalam mencegah kekerasan verbal dan mendukung mereka yang terpengaruh olehnya.
(EA/timKB).
Sumber foto: employeejustice.com
Berita lainya
Terapi Kreatif: Mengungkap Potensi Penyembuhan Melalui Seni
Duck Syndrome: Menjaga Ketenangan Di Tengah Tekanan
Kesederhanaan: Kunci Hidup Bahagia Dan Seimbang