Dalam dunia psikologi, neurotisisme adalah salah satu topik yang sering menarik perhatian. Karakteristik kepribadian ini sering dikaitkan dengan cara individu mengelola stres dan emosi negatif. Namun, bagaimana sebenarnya neurotisisme mempengaruhi seseorang, baik dalam perilaku maupun hubungan interpersonal? Artikel ini akan mengeksplorasi neurotisisme secara mendalam, mulai dari definisi, gejala, hingga strategi pengelolaannya.
Pengertian Neurotisisme
Neurotisisme adalah salah satu dimensi kepribadian yang dijelaskan dalam model kepribadian Big Five, sering dikaitkan dengan tingkat ketidakstabilan emosional. Individu dengan tingkat neurotisisme yang tinggi cenderung mengalami emosi negatif seperti kecemasan, kemarahan, atau depresi dengan lebih intens. Mereka lebih reaktif terhadap stres dan cenderung mempersepsikan situasi sehari-hari sebagai lebih mengancam.
Tanda dan Gejala Neurotisisme
Individu yang memiliki tingkat neurotisisme yang tinggi dapat menunjukkan beberapa tanda dan gejala, di antaranya:
• Kecemasan yang berlebihan
• Mood yang sering berubah-ubah
• Respon emosional yang berlebihan
• Kesulitan mengelola tekanan
• Pemikiran pesimistis
• Kecenderungan untuk merasakan rasa bersalah atau malu
• Kecenderungan untuk menafsirkan situasi netral sebagai ancaman
• Seringkali menganggap masalah kecil sebagai sesuatu yang membebani
• Mudah menjadi iri atau merasa iri terhadap apa yang dimiliki orang lain
• Frustrasi atau kemarahan tentang kejadian sehari-hari
Penyebab Neurotisisme
Neurotisisme tidak disebabkan oleh satu faktor tunggal tetapi merupakan interaksi dari genetika, lingkungan, dan pengalaman hidup. Beberapa studi menunjukkan bahwa ada komponen genetik yang kuat, dengan kecenderungan neurotisisme dapat diwariskan dalam keluarga. Sementara itu, pengalaman masa kecil, seperti trauma atau stres kronis, juga dapat berkontribusi pada pengembangan karakteristik neurotis ini.
Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan.
Fungsi otak: Sebuah penelitian berskala lebih kecil menemukan bahwa setelah melihat gambar-gambar yang tidak menyenangkan, orang-orang dengan peringkat neurotisme yang lebih tinggi memiliki tingkat oksigen yang lebih rendah di korteks prefrontal lateral mereka dibandingkan dengan mereka yang memiliki peringkat neurotisme yang lebih rendah.Area otak ini berperan dalam berbagai fungsi kognitif proses.
Trauma masa kanak-kanak: Mengalami beberapa jenis trauma di kemudian hari tampaknya tidak meningkatkan neurotisisme, namun paparan terhadap peristiwa semacam ini ketika Anda masih muda tampaknya memiliki efek ini.
Iklim: Jika Anda tinggal di iklim yang rentan terhadap pola cuaca yang lebih ekstrem, hal ini dapat meningkatkan risiko ciri-ciri kepribadian neurotik—mungkin karena fungsi dopamin yang lebih buruk akibat stres iklim.
Gender: Sebuah studi kepribadian multikultural menemukan bahwa perempuan memiliki skor lebih tinggi untuk sifat ini. Meskipun demikian, kesenjangan antar gender tampaknya lebih kecil di dunia online. Diperkirakan hal ini terjadi karena Anda bisa menjadi lebih anonim saat online, sehingga mengurangi kekhawatiran mengenai apa yang mungkin dipikirkan orang lain tentang Anda.
Genetika: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa neurotisisme diwariskan, sama seperti kita mewarisi sifat-sifat lain seperti tinggi badan. Oleh karena itu, pada tingkat tertentu, kita mungkin dilahirkan dengan kecenderungan terhadap sifat kepribadian tertentu.ahkan ada pendapat bahwa neurotisme mungkin berakar pada evolusi karena, dalam beberapa hal, menjadi hipersensitif terhadap bahaya atau ancaman dapat menawarkan keuntungan untuk bertahan hidup.
Dampak pada Perilaku
Neurotisisme dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang, termasuk cara mereka berperilaku dan bereaksi terhadap situasi tertentu. Neurotisisme dapat membantu orang bertahan hidup karena mereka cenderung lebih memperhatikan hasil atau risiko negatif. Penelitian juga menghubungkan sifat ini dengan tingkat keberhasilan akademis yang lebih tinggi.
Di sisi lain, kepribadian neurotik dapat berdampak negatif pada perilaku, misalnya jika Anda tidak mampu mengelola perasaan khawatir. Dalam beberapa kasus, neurotisme dapat berkontribusi pada perkembangan masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan.
Beberapa dampak perilaku dari neurotisisme meliputi:
• Ketidakmampuan untuk mengatasi stres dengan baik, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik.
• Keputusan impulsif atau kurang dipikirkan karena didorong oleh emosi daripada logika.
• Tendensi untuk menghindari situasi yang dianggap mengancam atau menimbulkan kecemasan.
Dampak pada Hubungan
Dalam konteks hubungan, baik romantis maupun sosial, neurotisisme dapat menyebabkan tantangan tertentu, seperti:
• Konflik interpersonal yang meningkat akibat kesalahpahaman atau reaksi emosional yang tidak proporsional.
• Kesulitan dalam komunikasi, seringkali karena ketakutan akan penolakan atau kritik.
• Ketergantungan emosional, dengan kebutuhan konstan untuk jaminan dan dukungan dari orang lain.
Mengatasi Neurotisisme
Meskipun neurotisisme cenderung menjadi bagian dari disposisi bawaan seseorang, ada strategi dan pendekatan yang dapat membantu mengelola aspek-aspeknya yang lebih menantang, termasuk:
• Terapi: Konseling psikologis atau terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu individu memahami dan mengubah pola pikir negatif.
• Mindfulness dan Meditasi: Praktik ini membantu dalam mengembangkan kesadaran diri dan mengurangi reaktivitas terhadap stres.
• Jaringan Dukungan: Membangun hubungan yang sehat dan mendukung dengan keluarga, teman, atau kelompok dukungan.
• Pengembangan Keterampilan: Pelatihan dalam manajemen stres, asertivitas, atau komunikasi efektif dapat memberikan alat untuk interaksi sosial yang lebih sehat.
Neurotisisme yang tinggi tidak membuat Anda menjadi buruk; itu adalah sifat positif yang membuat Anda sensitif dan sadar. Dengan mengelola pikiran dan emosi negatif, Anda dapat menyalurkan perilaku neurotik ke arah terbaik, sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan Anda. Pelajari kekuatan Anda dan manfaatkan itu sambil mengurangi dampak negatif dari sifat ini.
Dalam kesimpulan, neurotisisme adalah karakteristik kompleks yang mencakup berbagai emosi dan perilaku. Memahami dan mengakui bagaimana hal itu mempengaruhi kehidupan dan hubungan adalah langkah pertama menuju kesejahteraan yang lebih baik. Dengan strategi dan dukungan yang tepat, individu yang mengalami tingkat neurotisisme yang tinggi dapat menemukan keseimbangan dan kebahagiaan dalam menghadapi tantangan sehari-hari.
(EA/timKB).
Sumber foto: medicalnewstoday.com
Berita lainya
Terapi Kreatif: Mengungkap Potensi Penyembuhan Melalui Seni
Duck Syndrome: Menjaga Ketenangan Di Tengah Tekanan
Kesederhanaan: Kunci Hidup Bahagia Dan Seimbang