Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Jalan Berliku Akuisisi Manchester United


Jakarta – Investor kaya raya dari Timur Tengah gagal mengakuisisi kepemilikan Manchester United, yang berarti Setan Merah gagal menjadi klub Sultan. Dilaporkan bahwa, Sheikh Jassim bin Hamad al-Thani tidak menanggapi permintaan klub untuk menyediakan asal-usul sumber dananya. United meminta kubunya menyerahkan “surat komitmen pembiayaan adat”, tetapi tawarannya yang ditingkatkan datang tanpa dokumen yang diperlukan. Pihak Old Trafford mengeluarkan ultimatum untuk memberikan dokumentasi dan dia kemudian menarik diri dari proses penawaran.

Hal itu menyebabkan Sheikh Jassim dikalahkan dalam pembelian United oleh Sir Jim Ratcliffe, yang membeli 25 persen saham klub pada akhir Desember. Ratcliffe memberikan tenggat waktu pada Hari Natal bagi United untuk menerima tawarannya dan klub mengumumkan kesepakatan tersebut pada 24 Desember. Kesepakatan tersebut menelan biaya total $1,64 miliar.

Namun, dokumen terbaru juga mengungkapkan bahwa keluarga Glazer bisa memaksa Ratcliffe keluar dari klub 18 bulan setelah pembeliannya diratifikasi pada bulan Februari. Setelah periode tersebut, keluarga Glazer dapat melakukan penjualan total terhadap Setan Merah dan, meski Ratcliffe pertama kali menolak untuk membeli klub tersebut, mereka dapat menjualnya kepada penawar yang lebih tinggi dan pebisnis Inggris tersebut harus menyerahkan sahamnya dengan harga yang dia bayarkan.

United akan berupaya memperkuat skuad Erik ten Hag selama jendela transfer Januari untuk berusaha mencapai posisi teratas di klasemen Liga Primer. Namun, mereka harus berkonsultasi dengan Ratcliffe mengenai bisnis transfer apa pun yang ingin mereka lakukan meski pun kesepakatannya dengan United belum dikonfirmasi hingga 13 Februari.

Bagi fans Manchester United, mereka lebih senang Sir Ratcliffe sebagai pemilik baru Old Trafford. Mereka menanggap Sir Ratcliffe yang merupakan fans berat Setan Merah lebih mengerti kondisi MU dibandingkan investor lain, terutama dari luar Inggris. Mereka tidak ingin kasus dengan keluarga Glazer terulang kembali. Keluarga Glazer menjadi pemilik MU selama lebih dari dekade terakhir, namun mereka memandang MU semata sebagai investasi dan mesin pencetak profit ketimbang sebagai sebuah klub sepakbola dengan filosofinya.

(Yp/timKB).

Sumber foto: google