Kulit Bundar

New Age of Sports Community

Element6
Element6

Perilaku Obsesif: Memahami Rahasia Di Baliknya


Dalam masyarakat modern, kata “obsesi” sering digunakan secara longgar untuk menggambarkan minat yang kuat terhadap sesuatu. Namun, dalam dunia psikologi, obsesi memiliki definisi yang lebih kompleks dan serius. Artikel ini akan mengeksplorasi obsesi dari sudut pandang psikologis, memberikan pemahaman mendalam tentang apa itu, bagaimana ia termanifestasi, penyebabnya, dan bagaimana mengatasinya.

Pengertian Obsesi

Obsesi adalah pikiran, gambaran, atau dorongan yang tidak diinginkan dan berulang yang menyerang pikiran seseorang, sering kali menyebabkan kecemasan atau ketidaknyamanan yang signifikan. Obsesi bukan hanya kekhawatiran sehari-hari atau perhatian terhadap minat tertentu, tetapi lebih ke pikiran yang mengganggu dan sulit untuk dikendalikan.

Obsesi mungkin sering muncul kembali dalam kehidupan sehari-hari Anda, seperti pikiran, mimpi, dorongan, fantasi.

Perilaku Dan Gejala Obsesif

Perilaku obsesif dapat bervariasi, tetapi beberapa tanda umum termasuk kecemasan yang parah, kebutuhan untuk melakukan ritual atau rutinitas tertentu, dan pikiran yang mengganggu yang terus muncul. Gejala ini sering kali menyebabkan penurunan fungsi di sekolah, tempat kerja, atau dalam interaksi sosial.

Penyebab Obsesi

Penyebab obsesi bisa beragam, termasuk faktor genetik, biokimia otak, pengalaman hidup yang traumatis, dan masalah kesehatan mental lainnya. Stres dan perubahan besar dalam kehidupan juga bisa memicu atau memperburuk obsesi.

Para peneliti telah mengidentifikasi banyak kemungkinan penyebab gangguan obsesif-kompulsif, termasuk:

• Genetika: Menurut studi, sekitar 45%-65% gejala OCD dapat dikaitkan dengan faktor genetik.
• Trauma: Mengalami trauma, seperti pelecehan atau pengkhianatan, merupakan faktor risiko yang signifikan untuk OCD. Selain itu, banyak orang dengan OCD juga mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD).
• Pola asuh: Ada beberapa korelasi antara memiliki orang tua yang terlalu protektif dan perkembangan OCD. Orang tua yang cemas dan/atau memiliki obsesi sendiri dapat menularkannya kepada anak-anak mereka, sebagian melalui genetika dan sebagian lagi melalui lingkungan rumah dan perilaku yang dipelajari.
• Stres: Studi menunjukkan bahwa peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, terutama selama masa kanak-kanak, sering kali memainkan peran penting dalam perkembangan obsesi. Apakah pengasuhan yang menghukum dan peristiwa kehidupan yang penuh tekanan merupakan faktor risiko lingkungan untuk gejala obsesif-kompulsif pada masa muda? Sebuah studi kembar longitudinal.
• Kelainan otak: Studi pencitraan yang dilakukan pada orang dengan OCD telah mengungkapkan hiperaktivitas di area otak yang terlibat dalam kontrol impuls, regulasi emosi, dan pengambilan keputusan.
• Kondisi lainnya: Diperkirakan 69% orang dengan OCD memiliki satu atau lebih kondisi komorbiditas (hidup berdampingan). Ini termasuk kondisi kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan umum (GAD) dan gangguan depresi mayor (MDD), serta gangguan tic seperti sindrom Tourette (TS).

Jenis Obsesi

Ada berbagai jenis obsesi, termasuk ketakutan terhadap kuman atau kontaminasi, kekhawatiran terhadap keselamatan diri sendiri atau orang lain, dan kebutuhan untuk simetri atau ketertiban. Setiap jenis ini memiliki karakteristik unik dan menimbulkan tantangan yang berbeda.

Perfeksionisme

Orang dengan obsesi perfeksionis diliputi oleh rasa takut melakukan kesalahan, melakukan sesuatu yang salah, atau meninggalkan sesuatu yang tidak pada tempatnya

Relasional

Obsesi yang berfokus pada hubungan melibatkan keraguan dan kekhawatiran yang berlebihan tentang “kebenaran” hubungan romantis atau pasangan. Beberapa peneliti menyebut obsesi semacam ini sebagai gangguan obsesif-kompulsif hubungan (relationship obsessive-compulsive disorder/ROCD).

Kontaminasi

Obsesi kontaminasi dapat melibatkan ketakutan akan kontaminasi fisik (seperti kotoran, bakteri, kuman, bahan kimia, atau penyakit) atau kontaminasi moral (seperti orang, tempat, atau ide yang dianggap “buruk” atau tidak menyenangkan). Ketika dihadapkan pada kemungkinan (atau bahkan terkadang pemikiran) kontaminasi, orang dengan obsesi kontaminasi sering kali merasa kewalahan.

Menyakiti Diri Sendiri Atau Orang Lain

Beberapa orang dengan OCD mengalami obsesi yang berkaitan dengan tindakan menyakiti diri sendiri atau orang lain.

Pikiran yang Mengganggu

Pikiran yang mengganggu biasanya terkait dengan sesuatu yang menakutkan, berbahaya, tidak pantas, atau menjijikkan.

Kondisi Kesehatan Mental Terkait

Obsesi sering dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental lainnya, seperti gangguan kecemasan, gangguan depresi, dan yang paling umum, Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD). Pemahaman tentang hubungan ini penting untuk pengobatan yang efektif.

Gangguan penggunaan zat (Substance Use Disorder/SUD)
Seseorang yang mengalami gangguan penggunaan zat (SUD) mungkin lebih mungkin mengalami OCD. Pada dasarnya, SUD dapat memengaruhi cara seseorang berpikir dan bertindak, yang mungkin menyulitkan seseorang untuk membatasi atau menghentikan penggunaan zat mereka.

Ketergantungan

Ketergantungan mengacu pada cara berperilaku dalam suatu hubungan. Terkadang, hal ini dapat terlihat seperti obsesi karena orang yang mengalami kodependensi terlihat terlalu peduli dengan orang lain dalam suatu hubungan.

Gangguan dismorfik tubuh (BDD)

Gangguan dismorfik tubuh (BDD) mungkin juga terkait dengan obsesi. Seseorang yang mengalami BDD mungkin terus-menerus memikirkan berat badannya atau penampilannya.

Cara Mengelola Obsesi

Mengelola obsesi melibatkan serangkaian pendekatan, termasuk terapi perilaku kognitif, teknik relaksasi, dan strategi pengelolaan stres. Memahami pemicu obsesi dan belajar cara menghadapinya juga merupakan bagian penting dari proses pengelolaan.

Pengelolaan Obsesi meliputi :

• Temukan dukungan: Berpartisipasi dalam kelompok dukungan sebaya untuk orang-orang dengan OCD atau pikiran-pikiran yang mengganggu dapat membantu Anda merasa tidak terlalu sendirian dan menghubungkan Anda dengan sumber-sumber yang berharga.

• Hindari narkoba dan alkohol: Banyak orang dengan OCD juga memiliki gangguan penggunaan zat (SUD). Pada gilirannya, penggunaan alkohol yang berlebihan akan memperburuk gejala OCD.

• Latihlah kebiasaan tidur yang baik: Insomnia sering kali memperburuk pikiran-pikiran yang mengganggu. Untuk meningkatkan kualitas tidur Anda, latihlah kebiasaan tidur yang sehat seperti tidur pada waktu yang sama setiap malam dan matikan ponsel Anda satu jam sebelum tidur.

• Berolahraga secara teratur: Tetap aktif secara fisik dapat membantu Anda membakar kelebihan energi dan menjaga pikiran Anda dari obsesi Anda. Penelitian menunjukkan bahwa olahraga yang kuat bahkan dapat mengurangi keparahan gejala OCD.

• Gunakan program swadaya: Dari buku kerja dan latihan online hingga aplikasi ponsel pintar, ada banyak alat bantu mandiri yang dapat Anda gunakan untuk memantau pola pikir obsesif Anda dan belajar untuk menghentikannya.

• Berlatihlah dengan penuh perhatian: Obsesi dapat membuat Anda merasa tidak berada di kursi pengemudi dalam hal pikiran. Teknik mindfulness dan pikiran-tubuh, seperti yoga dan meditasi, dapat membantu Anda tetap membumi dan hadir.

• Kelola stres: Stres kronis dapat memicu pikiran obsesif atau memperburuknya. Jika Anda rentan terhadap pemikiran obsesif, cobalah untuk meminimalkan stres dan lebih sering bersantai dengan menggunakan praktik-praktik di atas.

Pengobatan Obsesi

Pengobatan untuk obsesi mungkin termasuk terapi psikologis, seperti terapi perilaku kognitif (CBT) atau terapi eksposur dan pencegahan respons (ERP), dan dalam beberapa kasus, obat-obatan, seperti antidepresan. Setiap kasus obsesi unik, sehingga pendekatan pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu.

(EA/timKB).

Sumber foto: momjunction.com