Pertarungan Wanita Pertama dalam Sejarah UFC

Tanggal 23 Februari 2013 menjadi hari bersejarah bagi dunia Ultimate Fighting Championship (UFC) dan olahraga Mixed Martial Arts (MMA) secara umum. Pada hari itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah UFC, dua wanita, Ronda Rousey dan Liz Carmouche, bertarung di dalam oktagon. Pertarungan wanita pertama dalam sejarah UFC ini bukan hanya sekadar laga, tetapi juga sebuah pernyataan bahwa wanita memiliki tempat yang setara dalam dunia olahraga yang didominasi pria.

Latar Belakang

Sebelumnya, UFC, sebagai organisasi MMA terbesar di dunia, tidak pernah menggelar pertarungan wanita. Keputusan untuk menampilkan Rousey dan Carmouche di panggung sebesar UFC adalah langkah berani dan progresif. Hal ini membuka jalan bagi generasi petarung wanita berikutnya, mengubah persepsi publik tentang kemampuan wanita dalam olahraga bela diri, dan membuka pasar baru bagi UFC.

Langkah ini bukan tanpa risiko. UFC, yang sebelumnya dikenal dengan pertarungan sengit antar pria, harus menghadapi berbagai tantangan dan keraguan. Banyak pihak yang meragukan apakah pertarungan wanita akan menarik minat penonton dan menghasilkan keuntungan. Namun, keputusan Dana White, presiden UFC saat itu, untuk memberikan kesempatan kepada Rousey dan Carmouche adalah sebuah keputusan yang berbuah manis.

Profil Singkat Petarung

Ronda Rousey, yang dikenal dengan nama panggilan “Rowdy”, adalah juara bertahan dari UFC Women’s Bantamweight Championship. Sebelum bergabung dengan UFC, Rousey telah memenangkan gelar di Strikeforce dan memiliki rekaman tanpa kalah yang sempurna. Ia dikenal dengan teknik submissionnya yang luar biasa, terutama dengan armbar-nya yang sering berhasil mengalahkan lawannya.

Liz Carmouche, seorang veteran dari United States Marine Corps, adalah petarung berani yang telah berkompetisi di berbagai promosi MMA sebelum bergabung dengan UFC. Ia adalah salah satu dari sedikit wanita yang telah mencapai tingkat tinggi dalam MMA dan memiliki reputasi sebagai petarung yang kuat dan tangguh.

Pertarungan

Pertarungan antara Rousey dan Carmouche berlangsung di Honda Center, Anaheim, California. Laga ini diadakan di kelas Bantamweight (135 lbs atau 61 kg) dan menjadi pertarungan utama UFC 157.

Pertarungan berlangsung sengit sejak awal. Carmouche, yang memiliki keunggulan dalam kekuatan fisik, mencoba untuk mendominasi pertarungan. Namun, Rousey, dengan teknik judo dan grappling-nya yang superior, berhasil mengendalikan jalannya pertarungan.

Pertarungan ini berlangsung sangat intens dan menarik, dengan Rousey berhasil mengalahkan Carmouche dengan teknik submission armbar hanya dalam waktu 4 menit 49 detik di babak pertama. Kemenangan ini memperkuat reputasi Rousey sebagai salah satu petarung wanita terbaik di dunia.

Dampak

Pertarungan ini tidak hanya menjadi momen penting dalam sejarah UFC, tetapi juga membuka peluang baru bagi wanita untuk berkompetisi di ajang MMA. Dengan keberhasilan Rousey dan Carmouche, banyak wanita lainnya yang kemudian berani untuk mengikuti jejak mereka dan berkompetisi di UFC.

Ronda Rousey sendiri menjadi ikon MMA wanita, tidak hanya karena kemampuannya di dalam oktagon, tetapi juga karena kepribadiannya yang kuat dan kemampuannya untuk menarik perhatian media. Ia menjadi inspirasi bagi banyak wanita untuk terjun ke dunia MMA.

Penutup

Pertarungan bersejarah antara Ronda Rousey dan Liz Carmouche pada 23 Februari 2013 tidak hanya menjadi tonggak penting dalam sejarah UFC dan MMA, tetapi juga menandai perubahan signifikan dalam lanskap olahraga yang didominasi pria ini. Pertandingan ini membuktikan bahwa wanita memiliki kemampuan, ketahanan, dan daya tarik yang setara dengan pria dalam olahraga keras ini. Lebih dari sekadar pertarungan, laga ini adalah representasi dari perjuangan panjang para atlet wanita untuk mendapatkan pengakuan dan kesempatan yang sama di dunia olahraga.

(EA/timKB).

Sumber foto: google

Download aplikasi Kulit Bundar untuk membaca berita dan artikel lebih mudah di gadget anda